Share

232. Pendekar Kampak

Pedang itu terus terbang menembus awan. Para penduduknya yang berlarian mengejar tampak kelelahan. Mereka akhirnya berhenti karena tak sanggup lagi berlari. Sementara itu, Bimantara masih berusaha memanggil pedang itu di dalam ruangan yang gelap dan pengap itu.

“Pedang perak cahaya merah, datanglah padaku jika benar kau ditakdirkan untukku,” gumam Bimantara.

Tak lama kemudian dia mendengar suara teriakan kesakitan di luar sana. Bimantara berhenti bergumam. Dia heran ada apa di luar sana. Tak lama kemudian dia mendengar suara ribut para tawanan yang dikurung di dalam penjara.

“Ada pedang terbang! Ada pedang terbang!”

Bimantara terbelalak mendengar itu. Apakah itu pedang perak cahaya merah? Tanya Bimantara tak percaya. Lalu, tiba-tiba cahaya datang menerangi lorong gelap di hadapan jeruji besi yang mengurung Bimantara. Dia terbelalak tak percaya melihat cahaya kemerahan itu perlahan mendekat padanya. Di bawah nya dia melihat mayat-mayat penjaga tengah terkapar bersimbah darah.

“Apakah i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zulfikar Moito
ceritanya bagus, sangat menghibur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status