Share

182. Malam di Teras Padepokan

Bimantara duduk di teras padepokan sambil memandangi kakek kepala perguruan Elang Hitam bersama para muridnya yang masih berpesta minum-minuman keras di dekat api unggun. Pangeran Sakai dan yang lainnya tampak tertidur di belakangnya. Tak lama kemudian Pangeran Dawuh terbangun lalu heran melihat Bimantara tampak melamun sendirian.

Pangeran Dawuh bangkit lalu duduk di sebelahnya.

“Kau tidak bisa tidur?” tanya Pangeran Dawuh padanya.

Bimantara terkejut lalu menoleh padanya. “Aku harus berjaga, bagaimana jika mereka semua jahat kepada kita,” ucap Bimantara sambil menoleh ke arah para pendekar yang tengah mabuk-mabukan itu.

Pangeran Dawuh melihat raut wajah Bimantara yang sedih. Dia yakin bukan karena itu Bimantara tidak bisa tidur. Pasti ada sesuatu.

“Bagaimana dengan ayahku di istana?” tanya Bimantara kemudian.

“Ayahmu sudah aman di dalam kurungan penjara,” jawab Pangeran Dawuh.

“Terima kasih telah membantu menyelematkannya,” ucap Bimantara. “Nanti jika urusan ini telah selesai, aku ing
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status