Home / Pendekar / Bimantara Pendekar Kaki Satu / 189. Lingkaran Pertarungan

Share

189. Lingkaran Pertarungan

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2022-05-09 11:51:03

Bimantara terkejut melihat Gajendra mendekat dengan kudanya sendirian. Pangeran Sakai mendekat ke Bimantara dengan kudanya.

“Kau pemimpin kami di sini, Bimantara! Jangan diam saja! Perintahkan pada kami apa yang harus kami lakukan!” ucap Pangeran Sakai.

“Kita tunggu saja kedatangannya ke sini! Sepertinya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padaku!” jawab Bimantara.

“Tapi bagiamana jika dia tiba-tiba menyerang kita?! Kita harus bersiap melawannya!” protes Pangeran Sakai.

“Ikuti saja apa maunya Bimantara!” sahut Pangeran Dawuh.

Pangeran Sakai geram mendengarnya. Dia menatap semuanya. “Sekarang siapkan senjata kalian! Kita harus berjaga jika mendadak Gajendra melakukan serangan!” pinta Pangeran Sakai.

Semua terdiam dan tidak mengikuti perintah Pangeran Sakai. Pangeran Sakai pasrah dengan kecewa. Saat kuda Gajendra hampir sampai di hadapannya, dia menghentikan kudanya sambil menatap Bimantara.

Pasukan dari Panglima Aras bersiap dengan anak panahnya.

“Turunkan anak panah kalian!” pinta Bi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Didit Setiyadi
ceritanya bagus cuman point nya terlalu banyak untuk 1 lembar beli 500 point gak sampe 10 % nya sudah habis
goodnovel comment avatar
Hakayi
untuk itu hubungin CS Goodnovel ya, Kak.
goodnovel comment avatar
Syahrul Yahya
kenapa saya nambah beli point 16.000. sdh habis saya ngisi points tsb baru berapa lembar baca sdh habis....kemana fulsa penambahan 16.000 ribu itu sekarang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   190. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 1

    Gejendra menghentak bumi. Bimantara sudah mulai ancang-ancang untuk menyerangnya. Sementara pasukan Bimantara dari Perguruan matahari yang menyaksikannya tampak mulai tegang. Begitupun Panglima Aras dan Pasukannya. Panglima Sada bersama Kakek Kepala Perguruan Elang Hitam tampak tenang menyaksikannya.Pasukan Perguruan tengkorak berteriak memberi semangat pada Kepala Perguruannya ; Gajendra.“Tungguuuu!” teriak seseorang bersama suara langkah kudanya dari belakang pasukan Bimantara. Semua menoleh ke arah suara.Bimantara tercengang melihat ayahnya datang sambil menunggangi kuda dalam bentuk mayat hidup namun bisa sadar seperti manusia biasa. Pangeran Dawuh pun tak percaya melihat Naga Wali berhasil lolos dari kurungan penjara di istananya.“Ayah?!” teriak Bimantara.Gajendra tertawa melihatnya. Naga Wali memacukan kudanya menuju mereka, menembus barisan pasukan Bimantara yang tercengan melihatnya.Naga Wali turun dari kuda lalu berdiri di depan garis lingkaran yang mengurung Bimantara

    Last Updated : 2022-05-10
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   191. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 2

    “Kau hendak mencabut kalungku?” tanya Gajendra yang sudah tahu maksud serangan dari Bimantara tadi.Bimantara heran mendengar Gajendra sudah tahu niatnya. Gajendra tertawa. Dia mencabut kalungnya lalu menjatuhkannya ke atas tanah.“Kau pikir kekuatanku berasal dari kalung itu?” tanya Gajendra sambil tersenyum jahat. “Kau salah!”Bimantara diam saja mendengarnya. Dia mencoba tenang agar tidak terpancing emosi lagi.Gajendra kembali melanjutkan kata-katanya. “Begitu pun dengan gelangku.” Gajendra langsung melepas gelangnya lalu menjatuhkannya ke atas tanah. “Kekuatanku bukan berasal dari dua benda itu, tapi dari dalam diriku sendiri!”Bimantara terdiam mendengarnya. Semua yang menyaksikan pertarungan itu pun terdiam.“Kau pasti bisa melawannya, Bimantara!” teriak Pangeran Dawuh memberinya semangat.Mendengar itu semua pasukan Bimantara pun berteriak memberinya semangat. Para prajurit Panglima Aras pun tak kalah semangat memberi Bimantara semangat.Gajendra kembali mengeluarkan jurus-jur

    Last Updated : 2022-05-10
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   192. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 3

    Hari sudah mulai gelap. Bimantara dan Gejendra masih dalam posisi pingsan dan tidak sadarkan diri. Pasukan Perguruan Tengkorak tampak khawatir dengan gurunya. Begitupun dengan pasukan Bimantara.“Kita harus bertindak!” ucap Pangeran Dawuh dengan khawatirnya.“Tidak ada yang bisa meruntuhkan dinding pembatas tak terlihat yang melingkari mereka,” sahut Pangeran Sakai dengan putus asa.“Selama kita mencari tahu, kita pasti menemukan caranya,” sahut Kancil.Panglima Sada, Panglima Aras dan Kakek Kepala Perguruan Elang Putih tampak terdiam bingung. Kakek itu menoleh pada semuanya.“Dinding pembatas itu akan abadi jika keduanya sama-sama meninggal. Tak ada yang bisa meruntuhkannya! Mereka akan terjebak di sana sampai tubuh hancur hingga menjadi tulang belulang,” ucap Kakek itu.Semua terkejut mendengarnya.“Aku akan kembali ke istana untuk mencari sebuah kitab di perpustakaan yang menuliskan tentang ajian dinding pembatas itu,” ucap Kancil.“Tak ada yang boleh pergi dari sini sampai misi ki

    Last Updated : 2022-05-10
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   193. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 4

    Pangeran Dawuh sudah duduk bersila bersama yang lainnya menghadap Bimantara dan Gajendra yang masih terkulai di atas tanah di dalam lingkaran pembatas. Semuanya mengeluarkan tenaga dalam masing-masing. Saat semuanya menyerang dinding pembatas tak terlihat itu, cahaya yang mereka keluarkan dari tangan masing-masing ternyata tak bisa menembus dinding pembatas itu. Apalagi untuk meruntuhkannya. Cahaya itu malah memantul dan mengenai sebagian dari mereka.Pasukan Gajendra lega melihatnya.“Bagaimana pun caranya, mereka tak akan berhasil merubuhkan dinding pembatas tak terlihat itu!” teriak salah satu pasukan Gajendra dengan lega.“Tuan Guru kita memang hebat!” puji salah satu pengikut Gajendra.Kancil yang masih berusaha menyerang dinding pembatas dengan tenaga dalamnya kini terpelanting jauh ke belakang terkena pantulan tenaga dalamnya sendiri. Panglima Aras segera berlari ke arah Kancil dengan khawatir dan panik.“Pangeraaaan!” teriak Panglima Aras.Dia segera membantu Kancil berdiri di

    Last Updated : 2022-05-12
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   194. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 5

    Salah satu pejabat istana mendatangi Raja Banggala yang sedang duduk di singgasananya.“Ampun, Yang Mulia Raja. Mata-mata istana telah mengetahui di mana keberadaan Pedang Perak Cahaya Merah itu,” ucap salah satu pejabat istana itu dengan penuh semangat.Raja Banggala berdiri dengan penasaran.“Dimana Pedang Perak Cahaya Merah itu berada?” tanya Raja Banggala dengan penasaran.“Dia sudah dimiliki Pangeran Kantata, yang Mulia. Pangeran dari kerajaan Nusantara Timur,” jawab pejabat istana itu.Raja Banggala terkejut mendengarnya. “Kalau begitu kirimkan surat pada Raja Dwilaga agar memerintahkan Pangeran Kantata untuk membantu Pangeran Pangaraban agar menyelesaikan misi mereka,” perintah Raja Banggala.“Siap, Yang Mulia,” jawab pejabat istana itu.***Raja Dwilaga terbangun di tengah malam saat mendengar suara yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Raja Dwilaga dari kerajaan Nusantara Timur itu pun heran. Dia berteriak memanggil prajurit yang berjaga di depan kamarnya.“Prajurit! Periksa d

    Last Updated : 2022-05-12
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   195. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 6

    Pendekar Rambut Emas datang kepada Kepala Perguruan Matahari. Pendekar Tangan Besi itu tampak terkejut melihat guru utama itu datang menemuinya di tengah malam begitu di pinggir dermaga.“Tuan Guru Besar!” teriak Pendekar Perempuan itu.“Ada apa?” tanya Kepala Perguruan dengan bingung.“Salah satu murid dari perguruan matahari yang tengah berjuang bersama Bimantara telah mengirimkan surat padaku. Mereka mengatakan saat ini Bimantara tengah terjebak di dalam lingkaran dinding pembatas tak terlihat bersama Gajendra. Bimantara tengah tidak sadarkan diri akibat serangan tenaga dalam dari Gajendra, begitupun Gajendra. Mereka meminta bantuan kita untuk mencari pedang perak cahaya merah untuk merubuhkan dinding pembatas tak terlihat itu agar bisa menyelamatkan Bimantara,” jawab Pendekar Rambut Emas.Kepala Perguruan terkejut mendengarnya.“Kalau begitu, pergilah untuk mencari pedang perak cahaya merah itu,” pinta Kepala Perguruan padanya.“Baik, Tuan Guru besar,” jawab Pendekar Rambut Emas.

    Last Updated : 2022-05-12
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   196. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 7

    Panglima Sada menyerang Pangeran Kantata dengan pedangnya. Seketika Pedang di tangan Panglima Sada terlempar jauh. Pangeran Kantata menendang Panglima Sada hingga dia tersungkur. Pangeran Sakai hendak maju, namun Rajo dan Wira memeganginya dengan kuta.“Jangan, Pangeran. Kau bisa mati jika melawan dia!” pinta Rajo.“Aku sudah menjadi murid perguruan matahari! Aku memiliki ilmu yang bisa melawan dia! Kalian jangan meremehkanku!” teriak Pangeran Sakai yang mencoba melepaskan diri dari pegangan Rajo dan Wira. Namun karena pegangan Rajo dan Wira begitu kuat, Pangeran Sakai tak bisa melepaskan diri.Seketika amarah Pangeran Sakai yang sudah dirasuki cahaya merah kian menjadi. Dia mendatangkan angin puting beliung yang besar hingga semua yang berada di sekitar lingkaran dinding pembatas tak terlihat yang mengurung Bimantara dan Gajendra terlempar jauh dari sana.Saat semua pasukan yang mendukung Bimantara terlempar jauh dari Pangeran Kantata, dia tertawa begitu kencang. Kini pasukan yang me

    Last Updated : 2022-05-13
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   197. Pertarungan Bimantara VS Gajendra 8

    Pendekar Pedang Emas mengulurkan pedangnya ke hadapan Pangeran Kantata dengan tatapan tajamnya.“Serahkan Pedang Perak Cahaya Merah itu padaku! Jika kau mau selamat dari maut!” tantang Pendekar Pedang Emas padanya.Pangeran Kantata tertawa. “Kau tak akan bisa merebut pedang ini dariku! Justru kau yang harus menyingkir dariku jika tidak mau mati di tanganku!” ancam Pangeran Kantata.“Aku masih menghormatimu sebagai yang mulaiku! Jika kau tidak mau menyerahkan pedang itu, maka aku tak punya pilihan lain selain membunuhmu,” jawab Pendekar Pedang Emas.Pangeran Kantata langsung menyerang Pendekar Pedang Emas dengan pedangnya. Pendekar itu pun melawan serangan Pangeran Kantata dengan gesit. Petarungan keduanya tampak sengit dikelilingi oleh angin puting beliung.Semuanya menunggu siapa yang akan menang dan kalah dalam pertarungan itu. Kini, Pangeran Kantata hampir saja menusuk kaki Pendekar Pedang Emas, namun pendekar itu berhasil menghindarinya hingga dia langsung mengarahkan tendangannya

    Last Updated : 2022-05-13

Latest chapter

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   582. ENDING : Pertemuan di Nusantara

    Bimantara berjalan dengan tongkat hitamnya di pedesaan pinggir laut itu. Dia sudah tidak lagi menggunakan kaki cahaya naganya. Dia melihat di pulau seberang sudah tidak ada lagi bangunan tinggi yang memiliki menara yang menjulang. Bagunan Perguruan Matarhari telah lenyap di sana. Perkampungannya tampak sunyi. Beberapa rumah tampak sudah hancur berkeping-keping. Hanya ada beberapa rumah yang tampak baik-baik saja.Bimantara tidak tahu siapa yang masih hidup di negeri itu. Setelah dia memeriksa tiga kerajaan Nusantara yang hancur berkeping-keping, dia mengendalikan naganya untuk kembali ke kampung halamanannya.Bimantara berdiri di sisi tebing itu. Dia teringat saat menemui Dahayu di sana dahulu."Tahun depan aku akan menjadi murid di sana!" ucap Bimantara tiba-tiba. Memecah lamunan tiga remaja di hadapannya itu. Seolah ingin menunjukkan pada Dahayu bahwa tanpa kaki satu, dia masih layak mengejar impiannya. Tiga remaja itu menoleh ke arah Bimantara bersamaan. Saat menyadari yang bicara

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   581. Perang Besar Terakhir 8

    Setelah itu keadaan menjadi hening. Putra Mahkota Iblis dan keempat saudaranya benar-benar sudah mati. Bahari tersenyum.“Sekarang aku bisa mati dengan tenang,” ucap Bahari.Bahari pun memejamkan matanya. Kini Bimantara, Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang kembali merasakan dingin.Sementara Bimantara langsung berlari menuju Raja Dawuh yang tidak lagi bernyawa itu. Dia memeriksa tubuhnya. Denyut nadinya sudah berhenti. Bimantara menangis sambil memeluk mayatnya.“Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu!” isak Bimantara.Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang berjalan mendekat ke arahnya.“Kita sudah berhasil Bimantara,” ucap Tanaka.Bimantara pun menutup mata Raja Dawuh lalu berdiri di hadapan ketiga Panglimanya yang tersisa itu.“Tapi kita tidak berhasil mencegah mereka menghancurkan setiap kerajaan di atas muka bumi ini,” ucap Bimantara menyayangkannya. “Dan aku tidak berhasil menjaga Bahari dan Raja Dawuh.”“Aku yakin mereka akan tenang di nirwana kar

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   580. Perang Besar Terakhir 7

    “Aku bisa melakukannya tanpa harus membangkitkan Dahayu kembali,” ucap Bimantara.Pendekar Dua Alam mengernyit mendengarnya.“Cahaya di tubuh Dahayu sangat berguna untukmu, Bimantara. Jika cahaya kalian menyatu maka tidak ada satupun yang bisa melawan kalian, termasuk para Iblis itu,” protes Pendekar Dua Alam.“Dahayu telah mengalirkan cahayanya kepadaku,” ujar Bimantara.“Tapi cahayanya telah menyusut di tubuhmu,” protes Pendekar Dua Alam.Raja Dawuh pun bangkit.“Jika kau menolaknya karena sudah mengkhianatinya, aku rasa Dahayu akan mengerti, Bimantara. Kita tidak memiliki cara lain untuk membunuh mereka!” tambah Raja Dawuh.“Jangan paksa aku!” teriak Bimantara.Bimantara pun mengeluarkan tenaga dalamnya, dia pun langsung mengalirkannya pada Pendekar Dua Alam, Raja Dawuh, Bahari, Pendekar Sungai Panjang dan Tanaka.“Jangan lakukan itu, jika tidak tenagamu akan habis!” protes Tanaka yang menerima aliran tenaga dalam dari Bimantara.Bimantara tidak menggubris perkataan Tanaka. Tenaga

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   579. Perang Besar Terakhir 6

    “Jangan menangis,” pinta Ki Walang.“Aku tidak berhasil menjadi Chandaka Uddhiharata, Tuan Guru,” isak Bimantara. “Dunia sudah dihancurkan anak-anak iblis itu. Tiga kerajaan Nusantara telah habis terbakar, juga istana-istana di kerajaan lain. Sebentar lagi semua manusia akan mati. Mungkin aku juga akan mati. Padahal aku sudah membawa kelima Panglima terbaik di dunia ini.”“Apakah seperti ini akhirnya seorang murid yang sangat aku banggakan itu?” ucap Ki Walang sedikit marah. “Dahulu aku kagum padanya karena keterbatasannya dia memiliki cita-cita begitu agung untuk menjadi seorang pendekar yang berguna bagi sesama. Pahadal dia hanya memiliki kaki satu, tapi dia ingin memiliki jurus tendangan seribu.”Bimantara terdiam mendengar itu.“Hal yang tidak mungkin. Siapapun yang mendengarnya pasti akan tertawa karena ketidakpercayaannya. Tapi aku percaya akan itu. Akhirnya aku ajarkan semua ilmuku padamu. Dan kini, kau mengeluh disaat nyawa masih berada di dalam ragamu?!” teriak Ki Walang.“Ap

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   578. Perang Besar Terakhir 5

    Bimantara kembali menyerang Putra Mahkota Iblis yang tampak geram. Dia menggunakan segala jurus yang dia punya untuk melawannya. Sekuat tega Bimantara lakukan sendirian untuk melawannya. Berbagai serangan yang dilakukan Bimantara berhasil dilawannya dengan baik. Bimantara tampak kewalahan dan hampir saja kehilangan tenaga.“Kita harus membantunya,” pinta Raja Dawuh yang tampak khawatir pada Bimantara.“Aku tahu kau seorang raja,” sahut Tanaka. “Tapi yang paling penting dari sebuah tim adalah mengikuti arahan Pimpinannya. Sekarang kau bukan seorang raja lagi. Kau harus mengikuti permintaan Bimantara yang meminta kita menjaga Pendekar Dua Alam sampai dia selesai melakukan ritualnya. Nyawa kita sekarang untuk Pendekar Dua Alam.”“Tapi dia bisa mati melawan Putra Mahkota Iblis itu sendirian,” ucap Raja Dawuh semakin khawatir.“Percaya saja,” pinta Tanaka menenangkannya.Sementara Pendekar Sungai Panjang masih berusaha menggunakan tenaga dalamnya untuk mengembalikan tulang-tulang yang pata

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   577. Perang Besar Terakhir 4

    Bimantara terbang ke atas langit. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian dia meluncur ke bawah lalu menggunakan jurus tendangan seribunya untuk menghalau roh-roh hitam yang menyerang mereka. Satu persatu dari roh-roh hitam itu terpelanting jauh dan terbakar.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang terngaga melihatnya. Bimantara pun kembali mendarat di dekat mereka dengan sorot mata yang masih menyala. Putra Mahkota Iblis di dalam benteng itu tampak geram. Dia berteriak lalu mengeluarkan cahaya di tubuhnya. Gemanya hampir saja memecahkan dinding pembatas tak terlihat.“Sekarang saatnya kau harus memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu,” pinta Bahari.Bimantara mengangguk.“Semuanya segera bersiap!” pinta Bimantara pada kedua Panglima yang menemaninya itu.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang mengangguk. Mereka pun sudah bersiap dengan jurus masing-masing.Bimantara menoleh pada Tanaka dan Raja Dawuh yang masih menjaga Pendekar Dua Alam yang sedang membangkitkan para pendekar sakti

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   576. Perang Besar Terakhir 3

    Putra Mahkota Iblis itu berhenti berlari menuju benteng yang terbuka itu. Iblis itu menatap kepada empat saudaranya yang ikut berhenti.“Berpencarlah kalian semuanya,” pinta Putra Mahkota Iblis. “Hancurkan semua kerajaan di muka bumi ini! Biar aku saja yang menghadapi musuh kita di depan benteng sana!”“Tapi mereka telah membunuh adik bungsu kita,” protes salah satu dari mereka. “Kita harus bersama-sama membunuh mereka sebelum kita keluar dari negeri ini dan menghancurkan semua kerajaan di atas muka bumi ini!”“Diriku sendiri sudah cukup untuk membunuh semuanya! Ikuti perintahku jika kalian masih menganggapku sebagai pengganti Raja!” teriak Putra Mahkota Iblis itu pada adik-adiknya.“Baiklah,” jawab salah satu dari mereka.Empat anak-anak Iblis yang perkasa itu pun langsung melompati benteng yang luas nan tinggi itu. Mereka berpencar ke empat penjuru untuk menghancurkan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah.Sementara Bimantara di luar benteng itu tampak terkejut melihat para Iblis it

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   575. Perang Besar Terakhir 2

    “Biar aku saja yang menghadapinya,” ucap Tanaka pada Bimantara.Bimantara mengangguk. Tanaka pun langsung melompat dari punggung naga lalu terbang melawan Pendekar Tombak Angin. Tanaka mengeluarkan golok hitamnya, sementara Pendekar Tombak Angin mengeluarkan pedangnya. Mereka berdua bertarung di atas langit.Bimantara menoleh pada Bahari, Pendekar Sungai Panjang, Pendekar Dua Alam dan Raja Dawuh.“Kalian serang prajurit mereka!” perintah Bimantara.Keempat Panglimanya itu mengangguk. Mereka langsung mengendalikan naga masing-masing lalu naga-naga yang ditunggangi mereka itu menghembuskan api dari mulut mereka untuk membakar ribuan prajurit yang berusaha memecahkan benteng tinggi itu. Sebagian prajuritnya mati terbakar karenanya. Para prajurit yang lain berusaha menyerang mereka dengan senjata masing-masing.Dengan sigap Raja Dawuh menggunakan kekuatannya untuk melelehkan pedang dan senjata lainnya yang digunakan para prajurit itu. Seketika senjata mereka meleleh.Sementara Bimantara l

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   574. Perang Besar Terakhir 1

    Ribuan burung besar yang membawa Pendekar Tombak Angin dan pasukan roh-nya telah tiba di daratan negeri salju itu. Angin dingin berhembus menusuk tulang. Pendekar Tombak angin yang berada paling depan di punggung burung besar itu tampak menggigil. Ribuan tentaranya pun tampak kedinginan. Burung-burung besar itu pun tampak sudah lemah memasuki negeri salju itu, mereka tidak kuat akan dinginnya negeri itu.Pendekar Tombak Angin melihat patung es raksasa yang sedang memegang tongkat di hadapan benteng tinggi yang memutih. Ribuan prajurit di dekatnya pun mematung, mereka bagai patung es yang dipahat oleh seorang seniman yang masyhur.“Apakah dia Bubungkala?” tanya Pendekar Tombak Angin pada tiga makhluk hitam yang kedinginan di dekatnya. Tiga makhluk hitam itu terbang mengikutinya.“Benar, Tuanku,” jawab Makhluk hitam itu. “Dia yang paling bungsu dari ke enam saudara Iblismu.”Pendekar Tombak Angin tampak tidak kuat lagi karena dinginnya tempat itu.“Sekarang keluarkan batu dari neraka it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status