Salah satu pejabat istana mendatangi Raja Banggala yang sedang duduk di singgasananya.โAmpun, Yang Mulia Raja. Mata-mata istana telah mengetahui di mana keberadaan Pedang Perak Cahaya Merah itu,โ ucap salah satu pejabat istana itu dengan penuh semangat.Raja Banggala berdiri dengan penasaran.โDimana Pedang Perak Cahaya Merah itu berada?โ tanya Raja Banggala dengan penasaran.โDia sudah dimiliki Pangeran Kantata, yang Mulia. Pangeran dari kerajaan Nusantara Timur,โ jawab pejabat istana itu.Raja Banggala terkejut mendengarnya. โKalau begitu kirimkan surat pada Raja Dwilaga agar memerintahkan Pangeran Kantata untuk membantu Pangeran Pangaraban agar menyelesaikan misi mereka,โ perintah Raja Banggala.โSiap, Yang Mulia,โ jawab pejabat istana itu.***Raja Dwilaga terbangun di tengah malam saat mendengar suara yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Raja Dwilaga dari kerajaan Nusantara Timur itu pun heran. Dia berteriak memanggil prajurit yang berjaga di depan kamarnya.โPrajurit! Periksa d
Pendekar Rambut Emas datang kepada Kepala Perguruan Matahari. Pendekar Tangan Besi itu tampak terkejut melihat guru utama itu datang menemuinya di tengah malam begitu di pinggir dermaga.โTuan Guru Besar!โ teriak Pendekar Perempuan itu.โAda apa?โ tanya Kepala Perguruan dengan bingung.โSalah satu murid dari perguruan matahari yang tengah berjuang bersama Bimantara telah mengirimkan surat padaku. Mereka mengatakan saat ini Bimantara tengah terjebak di dalam lingkaran dinding pembatas tak terlihat bersama Gajendra. Bimantara tengah tidak sadarkan diri akibat serangan tenaga dalam dari Gajendra, begitupun Gajendra. Mereka meminta bantuan kita untuk mencari pedang perak cahaya merah untuk merubuhkan dinding pembatas tak terlihat itu agar bisa menyelamatkan Bimantara,โ jawab Pendekar Rambut Emas.Kepala Perguruan terkejut mendengarnya.โKalau begitu, pergilah untuk mencari pedang perak cahaya merah itu,โ pinta Kepala Perguruan padanya.โBaik, Tuan Guru besar,โ jawab Pendekar Rambut Emas.
Panglima Sada menyerang Pangeran Kantata dengan pedangnya. Seketika Pedang di tangan Panglima Sada terlempar jauh. Pangeran Kantata menendang Panglima Sada hingga dia tersungkur. Pangeran Sakai hendak maju, namun Rajo dan Wira memeganginya dengan kuta.โJangan, Pangeran. Kau bisa mati jika melawan dia!โ pinta Rajo.โAku sudah menjadi murid perguruan matahari! Aku memiliki ilmu yang bisa melawan dia! Kalian jangan meremehkanku!โ teriak Pangeran Sakai yang mencoba melepaskan diri dari pegangan Rajo dan Wira. Namun karena pegangan Rajo dan Wira begitu kuat, Pangeran Sakai tak bisa melepaskan diri.Seketika amarah Pangeran Sakai yang sudah dirasuki cahaya merah kian menjadi. Dia mendatangkan angin puting beliung yang besar hingga semua yang berada di sekitar lingkaran dinding pembatas tak terlihat yang mengurung Bimantara dan Gajendra terlempar jauh dari sana.Saat semua pasukan yang mendukung Bimantara terlempar jauh dari Pangeran Kantata, dia tertawa begitu kencang. Kini pasukan yang me
Pendekar Pedang Emas mengulurkan pedangnya ke hadapan Pangeran Kantata dengan tatapan tajamnya.โSerahkan Pedang Perak Cahaya Merah itu padaku! Jika kau mau selamat dari maut!โ tantang Pendekar Pedang Emas padanya.Pangeran Kantata tertawa. โKau tak akan bisa merebut pedang ini dariku! Justru kau yang harus menyingkir dariku jika tidak mau mati di tanganku!โ ancam Pangeran Kantata.โAku masih menghormatimu sebagai yang mulaiku! Jika kau tidak mau menyerahkan pedang itu, maka aku tak punya pilihan lain selain membunuhmu,โ jawab Pendekar Pedang Emas.Pangeran Kantata langsung menyerang Pendekar Pedang Emas dengan pedangnya. Pendekar itu pun melawan serangan Pangeran Kantata dengan gesit. Petarungan keduanya tampak sengit dikelilingi oleh angin puting beliung.Semuanya menunggu siapa yang akan menang dan kalah dalam pertarungan itu. Kini, Pangeran Kantata hampir saja menusuk kaki Pendekar Pedang Emas, namun pendekar itu berhasil menghindarinya hingga dia langsung mengarahkan tendangannya
โSekarang kau sudah memiliki pedang itu! Aku tak menyangka ternyata kaulah Candaka Uddhiharta yang ditunggu-tunggu para pendekar selama ini,โ ucap Gajendra.โAku tidak peduli siapa diriku! Yang aku pikirkan saat ini kau harus mati di tanganku! Kau telah membuat kekacauan demi kekacuan di bumi Nusantara ini!โ teriak Bimantara, โKau telah mengoyak ketenangan dan kedamian di bumi Nusantara ini!โ Bimantara mengangkat pedangnya.Gajendra tertawa. โKau tahu, keturunan-keturunan Raja di tiga kerajaan nusantra ini bukanlah keturuan yang sah untuk mendapatkan tahta?!โ tanya Gajendra.Bimantara terkejut mendengarnya. Pangeran Dawuh, Kancil dan Pangeran Sakai pun terkejut mendengarnya.โAku tidak tahu itu! Aku tidak peduli! Itu bukan urusanku!โ teriak Bimantara.โMakanya aku memberitahumu anak muda! Leluhur mereka!โ ucap Gajendra menunjuk Pangeran Sakai, Pangeran Dawuh dan Kancil. โBukan keturunan yang sah untuk mendapatkan tahta kerajaan! Leluhurku lah yang seharusnya menjadi penguasa di bumi N
โTuan Guruuuuu!โ teriak murid-murid Gajendra tampak terduduk sedih melihat Gajendra tak lagi bernyawa.Seketika dinding pembatas tak terlihat terbuka. Para murid Gajendra berlarian hendak membalaskan dendam Tuan Gurunya. Bimantara dan semua pasukan yang mendukung Bimantara pun berlarian ke arah para pendekar bertopeng yang jumlahnya ratusan itu.Pertarungan kembali terjadi. Satu persatu dari para pendekar dari perguruan tengkorak itu tumbang di tangan Bimantara dan pasukan yang mendukungnya. Bimantara pun menggunakan tendangan seribunya melibas para pendekar dari perguruan tengkorak yang tersisa itu. Kini, semua dari murid Gajendra itu telah meregang nyawa. Mayat-mayat bergelimpangan di atas padang rumput itu.Bimantara berlutut sambil memegang pedangnya. Keringat bercucuran di dahinya. Matahari pun muncul di ufuk timur.โMisi kita telah berhasil Bimantara,โ ucap Pangeran Dawuh terengah-engah.Tak lama kemudian air mata Bimantara mengalir ke pipinya. Pangeran Dawuh heran melihatnya.
Raja Dwilaga berdiri saat melihat kedatangan Panglima Sada sendirian menuju singgasananya. Semua pejabat istana pun berdiri dengan penasaran, menunggu laporan dari sang Panglima. Saat Panglima Sada tiba di hadapan Raja Dwilaga, dia berlutut penuh hormat padanya lalu bicara padanya. โAmpun, Yang Mulia. Pangeran Sakai dan teman-teman seperguruannya sudah berhasil melaksanakan misi perguruan matahari untuk membasmi keberadaan Perguruan Tengkorak di muka bumi ini! Saat ini Gajendra dan murid-muridnya telah mati,โ ucap Panglima Sada. Raja Dwilaga tampak haru mendengarnya. โSyukurlah! Aku senang mendengarnya,โ sahut Raja Dwilaga padanya. โTapi ada berita duka yang ingin hamba sampaikan yang mulia!โ ucap Panglima Sada. โApa itu, Panglima?โ tanya Raja Dwilaga penasaran. โSemua pasukanku gugur dalam membantu misi itu dan Pangeran Kantata yang tiba-tiba datang menghalangi misi Pangeran Sakai, telah mati di tangan Pangeran Sakai sendiri,โ jawab Panglima Sada yang masih menunduk hormat pada
Lima kapal layar yang sangat besar tengah mengarungi lautan. Saat itu laut tampak tenang. Seorang Panglima berdiri di atas kapal layar yang paling depan. Dia adalah Panglima Susesa yang datang dari kerajaan Tala. Seorang prajurit berdiri di sampingnya. Panglima Susesa menoleh padanya.โBerapa lama lagi kita akan tiba di Nusantara?โ tanyanya.โMungkin lima hari lima malam lagi, Panglima,โ jawabnya.Panglima Susesa pun terdiam lalu kembali menatap lautan di hadapannya. Dia mengarungi samudera dari Tala menuju Nusantara atas perintah yang mulia rajanya. Beberapa upeti sudah disimpan baik-baik di perut kapal. Surat dari yang mulia rajanya untuk para raja di Nusantara sudah dia simpannya dengan baik.โApa yang terjadi jika mereka menolak kedatangan kita, Panglima?โ tanya prajuritnya.โApapun itu, pesan dari yang mulia raja harus sampai kepada mereka. Jika tidak, mungkin peperangan jalannya,โ jawab Panglima Susesa.Prajurit itu pun terdiam.โSebenarnya, apakah tujuan yang mulia raja hanya u
Bimantara berjalan dengan tongkat hitamnya di pedesaan pinggir laut itu. Dia sudah tidak lagi menggunakan kaki cahaya naganya. Dia melihat di pulau seberang sudah tidak ada lagi bangunan tinggi yang memiliki menara yang menjulang. Bagunan Perguruan Matarhari telah lenyap di sana. Perkampungannya tampak sunyi. Beberapa rumah tampak sudah hancur berkeping-keping. Hanya ada beberapa rumah yang tampak baik-baik saja.Bimantara tidak tahu siapa yang masih hidup di negeri itu. Setelah dia memeriksa tiga kerajaan Nusantara yang hancur berkeping-keping, dia mengendalikan naganya untuk kembali ke kampung halamanannya.Bimantara berdiri di sisi tebing itu. Dia teringat saat menemui Dahayu di sana dahulu."Tahun depan aku akan menjadi murid di sana!" ucap Bimantara tiba-tiba. Memecah lamunan tiga remaja di hadapannya itu. Seolah ingin menunjukkan pada Dahayu bahwa tanpa kaki satu, dia masih layak mengejar impiannya. Tiga remaja itu menoleh ke arah Bimantara bersamaan. Saat menyadari yang bicara
Setelah itu keadaan menjadi hening. Putra Mahkota Iblis dan keempat saudaranya benar-benar sudah mati. Bahari tersenyum.โSekarang aku bisa mati dengan tenang,โ ucap Bahari.Bahari pun memejamkan matanya. Kini Bimantara, Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang kembali merasakan dingin.Sementara Bimantara langsung berlari menuju Raja Dawuh yang tidak lagi bernyawa itu. Dia memeriksa tubuhnya. Denyut nadinya sudah berhenti. Bimantara menangis sambil memeluk mayatnya.โMaafkan aku yang tidak bisa menjagamu!โ isak Bimantara.Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang berjalan mendekat ke arahnya.โKita sudah berhasil Bimantara,โ ucap Tanaka.Bimantara pun menutup mata Raja Dawuh lalu berdiri di hadapan ketiga Panglimanya yang tersisa itu.โTapi kita tidak berhasil mencegah mereka menghancurkan setiap kerajaan di atas muka bumi ini,โ ucap Bimantara menyayangkannya. โDan aku tidak berhasil menjaga Bahari dan Raja Dawuh.โโAku yakin mereka akan tenang di nirwana kar
โAku bisa melakukannya tanpa harus membangkitkan Dahayu kembali,โ ucap Bimantara.Pendekar Dua Alam mengernyit mendengarnya.โCahaya di tubuh Dahayu sangat berguna untukmu, Bimantara. Jika cahaya kalian menyatu maka tidak ada satupun yang bisa melawan kalian, termasuk para Iblis itu,โ protes Pendekar Dua Alam.โDahayu telah mengalirkan cahayanya kepadaku,โ ujar Bimantara.โTapi cahayanya telah menyusut di tubuhmu,โ protes Pendekar Dua Alam.Raja Dawuh pun bangkit.โJika kau menolaknya karena sudah mengkhianatinya, aku rasa Dahayu akan mengerti, Bimantara. Kita tidak memiliki cara lain untuk membunuh mereka!โ tambah Raja Dawuh.โJangan paksa aku!โ teriak Bimantara.Bimantara pun mengeluarkan tenaga dalamnya, dia pun langsung mengalirkannya pada Pendekar Dua Alam, Raja Dawuh, Bahari, Pendekar Sungai Panjang dan Tanaka.โJangan lakukan itu, jika tidak tenagamu akan habis!โ protes Tanaka yang menerima aliran tenaga dalam dari Bimantara.Bimantara tidak menggubris perkataan Tanaka. Tenaga
โJangan menangis,โ pinta Ki Walang.โAku tidak berhasil menjadi Chandaka Uddhiharata, Tuan Guru,โ isak Bimantara. โDunia sudah dihancurkan anak-anak iblis itu. Tiga kerajaan Nusantara telah habis terbakar, juga istana-istana di kerajaan lain. Sebentar lagi semua manusia akan mati. Mungkin aku juga akan mati. Padahal aku sudah membawa kelima Panglima terbaik di dunia ini.โโApakah seperti ini akhirnya seorang murid yang sangat aku banggakan itu?โ ucap Ki Walang sedikit marah. โDahulu aku kagum padanya karena keterbatasannya dia memiliki cita-cita begitu agung untuk menjadi seorang pendekar yang berguna bagi sesama. Pahadal dia hanya memiliki kaki satu, tapi dia ingin memiliki jurus tendangan seribu.โBimantara terdiam mendengar itu.โHal yang tidak mungkin. Siapapun yang mendengarnya pasti akan tertawa karena ketidakpercayaannya. Tapi aku percaya akan itu. Akhirnya aku ajarkan semua ilmuku padamu. Dan kini, kau mengeluh disaat nyawa masih berada di dalam ragamu?!โ teriak Ki Walang.โAp
Bimantara kembali menyerang Putra Mahkota Iblis yang tampak geram. Dia menggunakan segala jurus yang dia punya untuk melawannya. Sekuat tega Bimantara lakukan sendirian untuk melawannya. Berbagai serangan yang dilakukan Bimantara berhasil dilawannya dengan baik. Bimantara tampak kewalahan dan hampir saja kehilangan tenaga.โKita harus membantunya,โ pinta Raja Dawuh yang tampak khawatir pada Bimantara.โAku tahu kau seorang raja,โ sahut Tanaka. โTapi yang paling penting dari sebuah tim adalah mengikuti arahan Pimpinannya. Sekarang kau bukan seorang raja lagi. Kau harus mengikuti permintaan Bimantara yang meminta kita menjaga Pendekar Dua Alam sampai dia selesai melakukan ritualnya. Nyawa kita sekarang untuk Pendekar Dua Alam.โโTapi dia bisa mati melawan Putra Mahkota Iblis itu sendirian,โ ucap Raja Dawuh semakin khawatir.โPercaya saja,โ pinta Tanaka menenangkannya.Sementara Pendekar Sungai Panjang masih berusaha menggunakan tenaga dalamnya untuk mengembalikan tulang-tulang yang pata
Bimantara terbang ke atas langit. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian dia meluncur ke bawah lalu menggunakan jurus tendangan seribunya untuk menghalau roh-roh hitam yang menyerang mereka. Satu persatu dari roh-roh hitam itu terpelanting jauh dan terbakar.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang terngaga melihatnya. Bimantara pun kembali mendarat di dekat mereka dengan sorot mata yang masih menyala. Putra Mahkota Iblis di dalam benteng itu tampak geram. Dia berteriak lalu mengeluarkan cahaya di tubuhnya. Gemanya hampir saja memecahkan dinding pembatas tak terlihat.โSekarang saatnya kau harus memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu,โ pinta Bahari.Bimantara mengangguk.โSemuanya segera bersiap!โ pinta Bimantara pada kedua Panglima yang menemaninya itu.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang mengangguk. Mereka pun sudah bersiap dengan jurus masing-masing.Bimantara menoleh pada Tanaka dan Raja Dawuh yang masih menjaga Pendekar Dua Alam yang sedang membangkitkan para pendekar sakti
Putra Mahkota Iblis itu berhenti berlari menuju benteng yang terbuka itu. Iblis itu menatap kepada empat saudaranya yang ikut berhenti.โBerpencarlah kalian semuanya,โ pinta Putra Mahkota Iblis. โHancurkan semua kerajaan di muka bumi ini! Biar aku saja yang menghadapi musuh kita di depan benteng sana!โโTapi mereka telah membunuh adik bungsu kita,โ protes salah satu dari mereka. โKita harus bersama-sama membunuh mereka sebelum kita keluar dari negeri ini dan menghancurkan semua kerajaan di atas muka bumi ini!โโDiriku sendiri sudah cukup untuk membunuh semuanya! Ikuti perintahku jika kalian masih menganggapku sebagai pengganti Raja!โ teriak Putra Mahkota Iblis itu pada adik-adiknya.โBaiklah,โ jawab salah satu dari mereka.Empat anak-anak Iblis yang perkasa itu pun langsung melompati benteng yang luas nan tinggi itu. Mereka berpencar ke empat penjuru untuk menghancurkan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah.Sementara Bimantara di luar benteng itu tampak terkejut melihat para Iblis it
โBiar aku saja yang menghadapinya,โ ucap Tanaka pada Bimantara.Bimantara mengangguk. Tanaka pun langsung melompat dari punggung naga lalu terbang melawan Pendekar Tombak Angin. Tanaka mengeluarkan golok hitamnya, sementara Pendekar Tombak Angin mengeluarkan pedangnya. Mereka berdua bertarung di atas langit.Bimantara menoleh pada Bahari, Pendekar Sungai Panjang, Pendekar Dua Alam dan Raja Dawuh.โKalian serang prajurit mereka!โ perintah Bimantara.Keempat Panglimanya itu mengangguk. Mereka langsung mengendalikan naga masing-masing lalu naga-naga yang ditunggangi mereka itu menghembuskan api dari mulut mereka untuk membakar ribuan prajurit yang berusaha memecahkan benteng tinggi itu. Sebagian prajuritnya mati terbakar karenanya. Para prajurit yang lain berusaha menyerang mereka dengan senjata masing-masing.Dengan sigap Raja Dawuh menggunakan kekuatannya untuk melelehkan pedang dan senjata lainnya yang digunakan para prajurit itu. Seketika senjata mereka meleleh.Sementara Bimantara l
Ribuan burung besar yang membawa Pendekar Tombak Angin dan pasukan roh-nya telah tiba di daratan negeri salju itu. Angin dingin berhembus menusuk tulang. Pendekar Tombak angin yang berada paling depan di punggung burung besar itu tampak menggigil. Ribuan tentaranya pun tampak kedinginan. Burung-burung besar itu pun tampak sudah lemah memasuki negeri salju itu, mereka tidak kuat akan dinginnya negeri itu.Pendekar Tombak Angin melihat patung es raksasa yang sedang memegang tongkat di hadapan benteng tinggi yang memutih. Ribuan prajurit di dekatnya pun mematung, mereka bagai patung es yang dipahat oleh seorang seniman yang masyhur.โApakah dia Bubungkala?โ tanya Pendekar Tombak Angin pada tiga makhluk hitam yang kedinginan di dekatnya. Tiga makhluk hitam itu terbang mengikutinya.โBenar, Tuanku,โ jawab Makhluk hitam itu. โDia yang paling bungsu dari ke enam saudara Iblismu.โPendekar Tombak Angin tampak tidak kuat lagi karena dinginnya tempat itu.โSekarang keluarkan batu dari neraka it