Share

145. Surat dari Raja

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2022-04-23 18:37:15

Kepala perguruan berdiri di hadapan para guru utama di ruangannya. Di tangannya terdapat sebuah surat dari Kerajaan Nusantara Barat.

“Yang Mulia Raja dari kerajaan Nusantara Barat telah mengirim surat padaku untuk menunda tugas terakhir murid-murid baru untuk mencari kitab pusaka peninggalan para leluhur,” ucap Pendekar Tangan Besi di hadapan semuanya.

“Jika ditunda, maka akan lebih lama lagi kita bisa meluluskan mereka, Tuan Guru Besar,” protes Pendekar Rambut Emas.

“Tapi mungkin perkataan Yang Mulia Raja Banggala benar. Ini demi keselamatan para pangeran yang berada di perguruan,” ucap Pendekar Pedang Emas.

“Apa sebaiknya kita tanyakan juga kepada Yang Mulia Raja dari Kerajaan Nusantara Tengah dan Timur?” tanya guru utama lainnya.

“Jika satu tidak setuju, akan tidak adil jika kita hanya memberangkatkan para murid yang berasal dari dua kerjaan saja,” ucap Pendekar Tangan Besi. “Mung

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   146. Apakah Engkau Bahagia, Dahayu?

    Bimantara datang kepada Pangeran Sakai yang masih terikat lemas di batang pohon. Bimantara mendongak padanya ke atas sana.“Kau mau aku bantu melepaskan ikatan tali itu?” tanya Bimantara.Pangeran Sakai menatap Bimantara ke bawah dengan kesal.“Jika kau mau membantu aku, kenapa tidak kemarin malam saja?” tanya Pangeran Sakai kesal.Bimantara tersenyum lalu melompat ke atas, dengan cepat dia menarik tali yang mengikat tubuh Pangeran Sakai lalu membawanya turun ke bawah dengan mendarat sempurna. Pangeran Sakai tampak sempoyongan. Bimantara menahan tubuhnya agar tidak rubuh. Pangeran Sakai malah menepis tangan Bimantara dengan kesal.“Jangan sentuh aku,” ucap Pangeran Sakai ketus.Bimantara menghela napas menahan sabarnya. Tak lama kemudian Pendekar Tangan Besi datang dengan heran.“Rupanya kalian berhasil meloloskan diri dari hukuman?” tanya Pendekar Tangan Besi.Bimantara dan Pange

    Last Updated : 2022-04-23
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   147. Leluhur Perguruan Tengkorak

    “Andai sejak dahulu kita sudah begini,” ucap Bimantara.“Kita pasti tidak akan menjadi murid di perguruan matahari,” sahut Dahayu.“Iya, kita pasti sudah menikah,” ucap Bimantara.“Terlalu muda untuk menikah,” sahut Dahayu.“Bukan kah orang-orang di kampung kita seumuran kita sudah menikah semua?” tanya Bimantara heran. “Seperti dua temanmu yang dulu mengejekku di pinggir tebing, sampai aku di dorong ke lautan, bukan kah mereka sudah menikah?”“Aku tidak ingin menikah di usia semuda ini,” jawab Dahayu.“Kalau kita sudah keluar dari perguruan matahari, apakah kau mau menikah denganku?” tanya Bimantara.Dahayu mengangkat kepalanya dari bahu Bimantara. Dia menoleh pada Bimantara sambil memandangi wajahnya.“Menikah atau tidak, aku sudah menyerahkan kehormatanku padamu Bimantara,” ucap Dahayu.“Kau mau kita selal

    Last Updated : 2022-04-23
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   148. Pertarungan Malam

    Bimantara kini dikelilingi oleh dua puluh lima mayat hidup para pendekar leluhur perguruan Tengkorak. Sepuluh diantaranya pendekar perempuan. Mereka semua mulai menggerak-gerakkan senjata masing-masing. Mata Bimantara menyapu mereka, bersiap menghadapi serangan jika salah satu dari mereka maju duluan. Bimantara heran melihat mayat-mayat hidup itu tak seperti mayat-mayat hidup lainnya yang seperti tidak memiliki akal. Mereka berbeda. Mereka tampak seperti manusia hidup pada umumnya. Hanya rupa mereka saja yang berbeda dengan manusia hidup pada umumnya. Wajah-wajah mereka telah rusak. Sebagian mata dari mereka telah hilang satu hingga terlihat jelas rongga berdarah di sana.Bimantara teringat pesan Ki Walang jika menghadapi banyak musuh dalam waktu bersamaan.“Gunakan mata dan telingamu! Kau harus dalam kesadaran penuh!”Satu mayat hdup dari pendekar itu melompat ke arah Bimantara sambil mengarahkan pedangnya. Bimantara mendongak ke atas memandanginya

    Last Updated : 2022-04-25
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   149. Laskar Perguruan Matahari

    Dengan segala upaya, Bimantara melawan satu persatu serangan dari mayat-mayat hidup itu. Dia menggunakan segala jurusnya untuk menumbangkan serangan demi serangan. Satu persatu dari mayat hidup itu berhasil dilawannya. Namun kini tenaganya kian melemah. Saat satu serangan hendak mengarah ke arahnya dengan pedang, tiba-tiba sebuah anak panah meluncur ke arah mayat hidup itu, tepat mengenai dadanya hingga dia rubuh ke atas tanah.Bimantara heran, siapa yang melakukannya. Semua mayat-mayat hidup yang tersisa tampak terdiam lalu menoleh ke satu arah. Bimantara ikut menoleh ke arah yang dilihat para mayat hidup yang tersisa itu.Bimantara tercengang ketika melihat Pangeran Dawuh duduk di atas kudanya dengan memakai pakaian perangnya. Di belakangnya ratusan prajurit mengikutinya di atas kuda masing-masing.“Kau telah menyelematkan istanaku dari serangan mayat-mayat hidup itu, Bimantara! Kini giliranku membantumu!” ucap Pangeran Dawuh padanya.Bimant

    Last Updated : 2022-04-25
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   150. Kedatangan Pendekar Berkuda

    Pendekar Pedang Emas datang ke kediaman Kepala Perguruan dengan heran.“Ada apa kau datang malam-malam begini?” tanya Pendekar Tangan Besi dengan heran.“Aku mendapat laporan dari ketua asrama kalau murid-murid baru telah menghilang dari kamar masing-masing,” jawab Pendekar Pedang Emas.Kepala Perguruan tampak terkejut mendengarnya.“Kemana mereka?” tanya Kepala Perguruan dengan heran.“Aku tidak tahu, Tuan Guru Besar. Sepertinya mereka pergi ke pulau seberang karena menyurul Bimantara,” jawab Pendekar Pedang Emas.“Menyusul Bimantara?”“Iya! Aku telah memeriksa gua tempat mendiang Pendekar Tendangan Seribu. Di sana aku tidak melihat Bimantara. Setelah aku bertanya pada murid senior lainnya, mereka melihat Bimantara pergi ke pulau seberang dengan menggunakan naga,” jawab Pendekar Pedang Emas.Kepala Perguruan terbelalak mendengarnya.“Menggunka

    Last Updated : 2022-04-25
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   151. Kembalinya Naga Wali

    Mayat hidup Naga Wali turun dari kudanya dengan melompat lalu mendarat di hadapan Bimantara dan yang lainnya.“Ayah!?” Teriak Bimantara padanya.Naga Wali tidak menyahut. Dia malah melotot geram ke arah Bimantara.“Raganya memang raga ayahmu, Bimantara!” teriak Pangeran Dawuh. “Tapi jiwanya sudah bukan jiwa ayahmu!”Bimantara terkejut mendengarnya.“Kita harus membunuhnya, Bimantara,” pinta Kancil.“Tidak!” teriak Bimantara. “Tidak ada yang boleh membunuhnya!”Pangeran Sakai heran. “Jika tidak dibunuh, kita yang akan dibunuhnya!” teriak Pangeran Sakai.Bimantara geram mendengarnya. “Pergilah kalian semuanya dari sini! Biar aku saja yang menghadapinya!” pinta Bimantara.“Aku tak akan pergi dari sini!” teriak Dahayu.Pangeran Sakai menoleh pada Dahayu dengan terkejut.“Aku juga tak akan pergi dari

    Last Updated : 2022-04-26
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   152. Pertarungan Ayah dan Anak

    Satu tendangan dari Naga Wali berhasil membuat Bimantara terpelanting. Naga Wali maju hendak menyerangnya kembali. Bimantara bangkit sekuat tenaga. Dia kembali bertahan dari serangan demi serangan Naga Wali.Tak lama kemudian Naga Wali menggerak-gerakkan tangannya. Muncullah cahaya di tangannya. Bimantara terbelalak. Cahaya itu adalah energi tenaga dalam ayahnya. Jika dia terkena cahaya itu maka luka dalam akan dialaminya. Isi perutnya bisa hancur seketika. Bimantara pun akhirnya berusaha mengeluarkan cahaya dalamnya. Kaki cahayanya menyala.Saat Naga Wali mengarahkan cahaya itu ke arah Bimantara. Bimantara pun mengeluarkan cahaya tenaga dalamnya hingga kedua cahaya itu beradu di tengah-tengah mereka.Dahayu tampak khawatir melihatnya. Sementara Pangeran Dawuh sudah berhasil mengikat pakaian-pakain mayat prajurit dan menjadikannya satu hingga terbentuk tali panjang.“Serahkan itu ke aku,” pinta Dahayu.Pangeran Dawuh pun menyerahkannya

    Last Updated : 2022-04-26
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   153. Iblis Perasuk

    Bulan di atas Perguruan Matahari tampak bersinar terang. Di dalam ruangan Tabib Perguruan, Bimantara tampak terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang jerami. Tak lama kemudian arwah Ki Walang datang. Dia memandangi tubuh Bimantara dengan sedih.“Kau sudah melakukan yang terbaik yang kau bisa,” ucap Ki Walang padanya.Ki Walang pun duduk di dekat ranjang lalu menatap wajah Bimantara dengan lekat.“Andai aku bisa menyalurkan tenaga dalamku kepadamu, kau sudah sadar kembali saat ini,” ucap Ki Walang. “Aku percaya Tabib Perguruan. Dia pasti bisa menyembuhkanmu hingga kau kembali sadar seperti sedia kala.”Ki Walang pun menghilang dari sana.***Para prajurit penjaga gerbang pertama istana kerjaan Nusantara Timur tampak terkejut melihat banyak penduduk berlarian ke arah gerbang dan mengetuk-ngetuk pintu gerbang hendak masuk. Mereka melihatnya di atas pagar istana yang sangat tinggi. Tak lama kemudian Panglima

    Last Updated : 2022-04-26

Latest chapter

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   582. ENDING : Pertemuan di Nusantara

    Bimantara berjalan dengan tongkat hitamnya di pedesaan pinggir laut itu. Dia sudah tidak lagi menggunakan kaki cahaya naganya. Dia melihat di pulau seberang sudah tidak ada lagi bangunan tinggi yang memiliki menara yang menjulang. Bagunan Perguruan Matarhari telah lenyap di sana. Perkampungannya tampak sunyi. Beberapa rumah tampak sudah hancur berkeping-keping. Hanya ada beberapa rumah yang tampak baik-baik saja.Bimantara tidak tahu siapa yang masih hidup di negeri itu. Setelah dia memeriksa tiga kerajaan Nusantara yang hancur berkeping-keping, dia mengendalikan naganya untuk kembali ke kampung halamanannya.Bimantara berdiri di sisi tebing itu. Dia teringat saat menemui Dahayu di sana dahulu."Tahun depan aku akan menjadi murid di sana!" ucap Bimantara tiba-tiba. Memecah lamunan tiga remaja di hadapannya itu. Seolah ingin menunjukkan pada Dahayu bahwa tanpa kaki satu, dia masih layak mengejar impiannya. Tiga remaja itu menoleh ke arah Bimantara bersamaan. Saat menyadari yang bicara

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   581. Perang Besar Terakhir 8

    Setelah itu keadaan menjadi hening. Putra Mahkota Iblis dan keempat saudaranya benar-benar sudah mati. Bahari tersenyum.“Sekarang aku bisa mati dengan tenang,” ucap Bahari.Bahari pun memejamkan matanya. Kini Bimantara, Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang kembali merasakan dingin.Sementara Bimantara langsung berlari menuju Raja Dawuh yang tidak lagi bernyawa itu. Dia memeriksa tubuhnya. Denyut nadinya sudah berhenti. Bimantara menangis sambil memeluk mayatnya.“Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu!” isak Bimantara.Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang berjalan mendekat ke arahnya.“Kita sudah berhasil Bimantara,” ucap Tanaka.Bimantara pun menutup mata Raja Dawuh lalu berdiri di hadapan ketiga Panglimanya yang tersisa itu.“Tapi kita tidak berhasil mencegah mereka menghancurkan setiap kerajaan di atas muka bumi ini,” ucap Bimantara menyayangkannya. “Dan aku tidak berhasil menjaga Bahari dan Raja Dawuh.”“Aku yakin mereka akan tenang di nirwana kar

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   580. Perang Besar Terakhir 7

    “Aku bisa melakukannya tanpa harus membangkitkan Dahayu kembali,” ucap Bimantara.Pendekar Dua Alam mengernyit mendengarnya.“Cahaya di tubuh Dahayu sangat berguna untukmu, Bimantara. Jika cahaya kalian menyatu maka tidak ada satupun yang bisa melawan kalian, termasuk para Iblis itu,” protes Pendekar Dua Alam.“Dahayu telah mengalirkan cahayanya kepadaku,” ujar Bimantara.“Tapi cahayanya telah menyusut di tubuhmu,” protes Pendekar Dua Alam.Raja Dawuh pun bangkit.“Jika kau menolaknya karena sudah mengkhianatinya, aku rasa Dahayu akan mengerti, Bimantara. Kita tidak memiliki cara lain untuk membunuh mereka!” tambah Raja Dawuh.“Jangan paksa aku!” teriak Bimantara.Bimantara pun mengeluarkan tenaga dalamnya, dia pun langsung mengalirkannya pada Pendekar Dua Alam, Raja Dawuh, Bahari, Pendekar Sungai Panjang dan Tanaka.“Jangan lakukan itu, jika tidak tenagamu akan habis!” protes Tanaka yang menerima aliran tenaga dalam dari Bimantara.Bimantara tidak menggubris perkataan Tanaka. Tenaga

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   579. Perang Besar Terakhir 6

    “Jangan menangis,” pinta Ki Walang.“Aku tidak berhasil menjadi Chandaka Uddhiharata, Tuan Guru,” isak Bimantara. “Dunia sudah dihancurkan anak-anak iblis itu. Tiga kerajaan Nusantara telah habis terbakar, juga istana-istana di kerajaan lain. Sebentar lagi semua manusia akan mati. Mungkin aku juga akan mati. Padahal aku sudah membawa kelima Panglima terbaik di dunia ini.”“Apakah seperti ini akhirnya seorang murid yang sangat aku banggakan itu?” ucap Ki Walang sedikit marah. “Dahulu aku kagum padanya karena keterbatasannya dia memiliki cita-cita begitu agung untuk menjadi seorang pendekar yang berguna bagi sesama. Pahadal dia hanya memiliki kaki satu, tapi dia ingin memiliki jurus tendangan seribu.”Bimantara terdiam mendengar itu.“Hal yang tidak mungkin. Siapapun yang mendengarnya pasti akan tertawa karena ketidakpercayaannya. Tapi aku percaya akan itu. Akhirnya aku ajarkan semua ilmuku padamu. Dan kini, kau mengeluh disaat nyawa masih berada di dalam ragamu?!” teriak Ki Walang.“Ap

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   578. Perang Besar Terakhir 5

    Bimantara kembali menyerang Putra Mahkota Iblis yang tampak geram. Dia menggunakan segala jurus yang dia punya untuk melawannya. Sekuat tega Bimantara lakukan sendirian untuk melawannya. Berbagai serangan yang dilakukan Bimantara berhasil dilawannya dengan baik. Bimantara tampak kewalahan dan hampir saja kehilangan tenaga.“Kita harus membantunya,” pinta Raja Dawuh yang tampak khawatir pada Bimantara.“Aku tahu kau seorang raja,” sahut Tanaka. “Tapi yang paling penting dari sebuah tim adalah mengikuti arahan Pimpinannya. Sekarang kau bukan seorang raja lagi. Kau harus mengikuti permintaan Bimantara yang meminta kita menjaga Pendekar Dua Alam sampai dia selesai melakukan ritualnya. Nyawa kita sekarang untuk Pendekar Dua Alam.”“Tapi dia bisa mati melawan Putra Mahkota Iblis itu sendirian,” ucap Raja Dawuh semakin khawatir.“Percaya saja,” pinta Tanaka menenangkannya.Sementara Pendekar Sungai Panjang masih berusaha menggunakan tenaga dalamnya untuk mengembalikan tulang-tulang yang pata

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   577. Perang Besar Terakhir 4

    Bimantara terbang ke atas langit. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian dia meluncur ke bawah lalu menggunakan jurus tendangan seribunya untuk menghalau roh-roh hitam yang menyerang mereka. Satu persatu dari roh-roh hitam itu terpelanting jauh dan terbakar.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang terngaga melihatnya. Bimantara pun kembali mendarat di dekat mereka dengan sorot mata yang masih menyala. Putra Mahkota Iblis di dalam benteng itu tampak geram. Dia berteriak lalu mengeluarkan cahaya di tubuhnya. Gemanya hampir saja memecahkan dinding pembatas tak terlihat.“Sekarang saatnya kau harus memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu,” pinta Bahari.Bimantara mengangguk.“Semuanya segera bersiap!” pinta Bimantara pada kedua Panglima yang menemaninya itu.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang mengangguk. Mereka pun sudah bersiap dengan jurus masing-masing.Bimantara menoleh pada Tanaka dan Raja Dawuh yang masih menjaga Pendekar Dua Alam yang sedang membangkitkan para pendekar sakti

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   576. Perang Besar Terakhir 3

    Putra Mahkota Iblis itu berhenti berlari menuju benteng yang terbuka itu. Iblis itu menatap kepada empat saudaranya yang ikut berhenti.“Berpencarlah kalian semuanya,” pinta Putra Mahkota Iblis. “Hancurkan semua kerajaan di muka bumi ini! Biar aku saja yang menghadapi musuh kita di depan benteng sana!”“Tapi mereka telah membunuh adik bungsu kita,” protes salah satu dari mereka. “Kita harus bersama-sama membunuh mereka sebelum kita keluar dari negeri ini dan menghancurkan semua kerajaan di atas muka bumi ini!”“Diriku sendiri sudah cukup untuk membunuh semuanya! Ikuti perintahku jika kalian masih menganggapku sebagai pengganti Raja!” teriak Putra Mahkota Iblis itu pada adik-adiknya.“Baiklah,” jawab salah satu dari mereka.Empat anak-anak Iblis yang perkasa itu pun langsung melompati benteng yang luas nan tinggi itu. Mereka berpencar ke empat penjuru untuk menghancurkan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah.Sementara Bimantara di luar benteng itu tampak terkejut melihat para Iblis it

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   575. Perang Besar Terakhir 2

    “Biar aku saja yang menghadapinya,” ucap Tanaka pada Bimantara.Bimantara mengangguk. Tanaka pun langsung melompat dari punggung naga lalu terbang melawan Pendekar Tombak Angin. Tanaka mengeluarkan golok hitamnya, sementara Pendekar Tombak Angin mengeluarkan pedangnya. Mereka berdua bertarung di atas langit.Bimantara menoleh pada Bahari, Pendekar Sungai Panjang, Pendekar Dua Alam dan Raja Dawuh.“Kalian serang prajurit mereka!” perintah Bimantara.Keempat Panglimanya itu mengangguk. Mereka langsung mengendalikan naga masing-masing lalu naga-naga yang ditunggangi mereka itu menghembuskan api dari mulut mereka untuk membakar ribuan prajurit yang berusaha memecahkan benteng tinggi itu. Sebagian prajuritnya mati terbakar karenanya. Para prajurit yang lain berusaha menyerang mereka dengan senjata masing-masing.Dengan sigap Raja Dawuh menggunakan kekuatannya untuk melelehkan pedang dan senjata lainnya yang digunakan para prajurit itu. Seketika senjata mereka meleleh.Sementara Bimantara l

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   574. Perang Besar Terakhir 1

    Ribuan burung besar yang membawa Pendekar Tombak Angin dan pasukan roh-nya telah tiba di daratan negeri salju itu. Angin dingin berhembus menusuk tulang. Pendekar Tombak angin yang berada paling depan di punggung burung besar itu tampak menggigil. Ribuan tentaranya pun tampak kedinginan. Burung-burung besar itu pun tampak sudah lemah memasuki negeri salju itu, mereka tidak kuat akan dinginnya negeri itu.Pendekar Tombak Angin melihat patung es raksasa yang sedang memegang tongkat di hadapan benteng tinggi yang memutih. Ribuan prajurit di dekatnya pun mematung, mereka bagai patung es yang dipahat oleh seorang seniman yang masyhur.“Apakah dia Bubungkala?” tanya Pendekar Tombak Angin pada tiga makhluk hitam yang kedinginan di dekatnya. Tiga makhluk hitam itu terbang mengikutinya.“Benar, Tuanku,” jawab Makhluk hitam itu. “Dia yang paling bungsu dari ke enam saudara Iblismu.”Pendekar Tombak Angin tampak tidak kuat lagi karena dinginnya tempat itu.“Sekarang keluarkan batu dari neraka it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status