Sudah malam, namun Rangga belum juga pulang.
Ayra tidak berani menghubungi Rangga, meskipun dia mengkhawatirkannya.Ayra pun memutuskan untuk tidur, lalu dia terbangun mendengar ketukan dan suara memanggilnya dari luar kamar, lalu Ayra membuka pintu. Ayra terkejut melihat Rendi memapah Rangga yang di penuhi dengan darah."Rendi, apa yang terjadi?" Tanya Ayra panik"Tuan di serang, Nona" Jawab Rendi membaringkan Rangga ditempat tidur, Rangga tidak sadarkan diri"Mengapa tidak di bawa kerumah sakit!" Tanya Ayra sedikit marah"Situasi sedang tidak aman Nona, dan satu-satunya tempat yang aman untuk Tuan adalah dirumah, Saya sudah menghubungi dokter, dia sedang dalam perjalanan" Jawab Rendi"Bi Narsih, tolong ambilkan air hangat biar saya bersihkan darahnya" Pinta AyraAyra membersihkan tubuh Rangga yang penuh dengan darah. Dia terkena tembakan. Tapi Ayra tidak berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dan dia juga tidak ingin ikut campur dalam masalah pribadi suaminya itu.Ayra juga mengganti pakaian Rangga."Apa dokternya masih lama?" Tanya Ayra panik"Dia sudah sampai Nona, sedang naik ke atas" Jawab RendiDokter pun memeriksa keadaan Rangga"Sepertinya Tuan Rangga harus di rawat secara intensif. Kita harus memindahkannya kerumah sakit" Kata Dokter"Dokter lakukan yang terbaik untuk suami saya" Pinta Ayra dengan wajah sedihRendi dan semua orang di ruangan itu terharu melihat kepanikan dan ketulusan Ayra meskipun Rangga tidak pernah menganggap Ayra ada."Rendi mengapa kamu diam saja,cepat urus semua keperluan dan bawa Tuanmu kerumah sakit terbaik di kota ini" Kata Ayra tegasDia kemudian menyiapkan pakaian dan yang dibutuhan Rangga. Ayra meminta Heri menjaga rumah dan Bi Narsih mengurus rumah.Mobil ambulance yang di pesan Rendi telah sampai.Ambulance tersebut bergerak sangat cepat membawa Rangga kerumah sakit terbaik di kota itu.Se sampainya di rumah sakit Rangga langsung dibawa ke ruang ICU dan mulai di pasangkan alat-alat yang di butuhkan.Ayra yang melihat suaminya penuh dengan alat-alat medis tiba-tiba menangis dalam diam.Rendi kemudian pamit, tetapi tetap meninggalkan Anak buah nya di setiap sudut rumah sakit agar tidak ada penyusup.*****Ayra masih setia menjaga Rangga meski sudah tiga hari, belum juga ada tanda-tanda jika Rangga akan sadar.Dokter telah berusaha semaksimal mungkin agar Rangga sadar, hanya doa-doa dari orang terdekat yang bisa memberikan keajaiban bagi Rangga."Tuan, aku tahu pasti kamu kuat. Aku juga tahu kamu bisa mendengar, aku bukan ingin merayumu, Tuan. Aku hanya ingin kamu sadar dan pulih kembali. Aku akan membuatkan ayam bakar yang banyak untukmu. Aku janji aku akan menjadi istri yang penurut, tetapi kamu harus sadar dulu" Ucap Ayra mengajak Rangga mengobrol padahal dia tahu Rangga tidak akan merespon"Kamu tahu tidak kalo aku itu takut sekali dengan cicak, dulu saat aku masih kecil aku mendapatkan cicak di sepatuku, aku sangat takut waktu itu pdahal dia sama sekali tidak mengigit. Dirumah kita tidak ada cicak kan? Oh iya maaf lebih tepatnya itu rumah kamu, maaf ya kalo aku bermimpi kita adalah pasangan yang bahagia, punya anak-anak yang lucuu hehe tapi kamu jangan marah ya, aku cuman menghayal ko, cuman hanya ingin itu terjadi di mimpiku saja" Ayra mulai melantur dan tanpa di sadari air mata nya tejatuh.Rangga yang berbaring lemah juga mengeluarkan air matanya. Ayra yang melihat itu langsung panik."Tuan, kamu menangis?" Tanya AyraKemudian dia memencet bel yang ada di dekap brankar Rangga. Tak lama dokter dan suster masuk ke dalam ruangan Rangga"Dokter, saya melihat air mata suami saya keluar" Ucap Ayra"Saya akan mengeceknya, semoga ini pertanda baik" Dokter kemudian mengecek Rangga"Jantungnya mulai membaik, begitu juga dengan organ lain nya. Pasien sudah bisa mendengar apa yang orang bicarakan, apa Nyonya mengajaknya ngobrol?" Tanya dokter"Iya, saya tadi menceritakan keseharian saya" Jawab Ayra"Alangkah baiknya jika Nyonya selalu menceritakan obrolan yang di sukai Tuan, mungkin itu bisa membuat Tuan sadar lebih cepat. Dan doa dari keluarga juga sangat di butuhkan untuk membuat kondisi Tuan menjadi lebih baik" Jelas dokterAyra hanya bisa mengangguk, dia akan membuat Rangga sadar dan pulih kembali.Malam itu Ayra berdoa agar Rangga bisa sembuh. Dia sudah tidak peduli dengan istirahatnya, dan selera makan nya pun tiba-tiba semenjak Rangga koma.Rendi sudah meminta Ayra untuk pulang dan istirahat dirumah dan dia yang akan menggantikan. Tetapi Ayra menolak dia masih ingin menunggu Rangga sampai sadarkan diri.Kemudian Rendi pun menerima telpon dari salah satu anak buah nya Rangga"Kami mendapatkan informasi dari orang yang menembak Tuan bahwa ia suruhan Tuan Andrew" Katanya"Untuk apa Tuan Andrew mencelakai Tuan? Bukankah dia ingin Tuan dan Nona Luna menikah, saya merasa ada yang janggal disini". Jelas Rendi"Kami juga berpikir seperti itu Tuan, jika memang Tuan Andrew menginginkan Tuan Rangga, mengapa harus membunuhnya" Ucap anak buahnya heran"Jika begitu, kalian terus cari bukti yang akurat. Keselamatan Tuan dan keluarganya adalah Nomor satu" Jelas Rendi"Baik Tuan" Jawab anak buahnyaRendi merenung dia mencoba berfikir siapa yang telah membuat kekacauan ini, dia tidak akan pernah memberi ampunan kepada orang ini.Kembali ke ruangan Rangga, Rendi melihat Ayra tertidur sambil duduk di brankar tempat Rangga berbaring."Kamu sangat cantik, dan baik seharusnya Tuan bersyukur mempunyai istri sepertimu" Gumam RendiMelihat ada yang sedang berdiri didekatnya, Ayra membuka matanya"Rendi, sejak kapan kamu berdiri disitu?" Tanya Ayra"Baru saja Nona, istirahatlah disana, biar aku yang menjaga Tuan" Ucap Rendi menunjukan sofa"Aku sudah tidur sebentar, sepertinya itu sudah cukup" Kata Ayra"Nona, sudah seminggu kamu hanya menunggu Tuan, kamu pergi hanya saat ke kamar mandi atau ingin beribadah saja. Lebih baik istirahat sebentar. Kesehatanmu juga penting, nanti jika ada apa-apa dengan Tuan saya panggilkan Nona" Pinta Rendi"Baiklah, aku istirahat sebentar" Ayra akhirnya memilih berbaring di sofaDan malam itu Ayra tidur di sofa dengan sangat nyenyak.Dengan setia Ayra menunggu Rangga bangun dari komanya. Dia tidak makan dan tidur teratur. Badannya terlihat lebih kurus dan wajahnya terlihat sedikit kusam. Ayra terus berdoa untuk kesembuhan Rangga. Sebenarnya dia penasaran seberapa banyak musuh-musuh Rangga sampai dia mengalami hal yang mengerikan ini.Ayra membaringkan kepalanya di dekat tangan Rangga. Saat itu, jari-jari tangga Rangga mulai bergerak. Ayra bisa merasakannya. Kemudian dia pun mengangkat kepalanya dan melihat mata Rangga mulai terbuka."Tuan, Anda sudah sadar?" Tanya Ayra."Sebentar, saya akan panggilkan dokter." Lanjutnya.Ayra keluar ruangan dengan tergesa-gesa, Rendi yang melihatnya kemudian masuk kedalam kamar Rangga. Dia penasaran apa yang terjadi. Tidak lama kemudian, Ayra kembali dengan seorang dokter yang berjalan dengan sangat cepat. Dokter segera memeriksa keadaan Rangga."Selamat pagi Tuan, Apa yang anda rasakan?" Tanya sang dokter.Rangga tidak menjawab, dia hanya tersenyum. Ayra menjadi panik. Dia takut
"Tapi Paman! mengapa harus Ayra? Ayra masih ingin kuliah". Ayra mencoba bertanya kepada Paman nya"Terus siapa? Zea? gamau Pa, Zea masih harus mengejar mimpi Zea". Zea membantah"Ayra, kamu sudah dibesarkan oleh Paman sedari kecil, sudah saatnya kamu membalas budi. Lagipula Paman kamu sudah tidak punya biaya lagi untuk kuliah kamu, sudah bagus dulu kami tidak melantarkan kamu". Tante Dina mulai membuka suara"Sudah, Ma Ayra adalah anak Kaka Papa, sudah seharusnya Papa menjaga dia". Ucap Paman RianPaman Rian adalah satu-satunya Adik Ayah Ayra. Saat Ayra masih berumur 7 tahun, Orang tua nya mengalami kecelakaan, sehingga menyebabkan mereka meninggal. Sejak saat itu, Paman nya Rian mengasuhnya dengan penuh kasih sayang, Namun istrinya Tante Dina tidak terima jika Ayra tinggal bersama mereka.Dia telah meminta Rian untuk menitipkan Ayra di panti asuhan. Namun Rian menolak dengan keras.Kini, Pamannya mengalami kesulitan. Paman nya terlibat hutang yang sangat banyak kepada salah satu peru
Ayra telah sampai kerumah mewah milik Rangga. Ayra terpana melihat halaman yang luas di kelilingi taman yang indah. ketika Ayra larut dalam kekaguman nya terhadap rumah calon suami terpaksanya itu, datanglah seorang pelayan laki-laki setengah baya yang menyambut kedatangannya."Nona, mari saya antarkan Anda ke kamar." Sapa Heri."B..baik." Jawab Ayra.Ayra berjalan mengikuti Heri ke lantai atas. Dia tidak diberikan kamar utama. karena kamar utama itu di tempati oleh Tuan rumah, Rangga."Mulai sekarang inilah kamar anda Nona. jika Anda butuh sesuatu, Anda bisa meminta bantuan Saya." Heri mohon pamit."Baik, terimakasih, Tuan." Jawab Ayra."Jangan panggil Tuan, saya hanya pelayan di rumah ini." Ucap Heri."Tapi ..." Suara Ayra terhenti ketika ada seseorang yang memanggil Heri."Saya permisi Nona. saya harus menyelesaikan pekerjaan saya, permisi". Pamit Heri.Setelah Heri keluar, Ayra merapihkan pakaiannya ke dalam lemari yang telah tersedia dan membersihkan diri.Ayra mulai merenungkan
Hari ini adalah pernikahan Rangga dan Ayra. meskipun tanpa cinta, namun Rangga menggelar pernikahan dengan sangat mewah." Kamu sangat cantik sayang, aku yakin Rangga akan terpukau melihat kamu" Ucap MishelAyra hanya tersenyum, seharusnya ini adalah hari yang sangat bahagia. andaikan Rangga menikahinya karena mencintainnya. tapi semua hanya lah mimpi Rangga tidak mungkin mencintainya-- bentuk kesabaran yang paling sulit adalah kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang tidak kamu inginkan.sepedih apapun hidup yang kita jalani nanti, tetaplah untuk tersenyum. karena Allah akan selalu ada untuk kita--Lalu Ayra turun dari lantai atas tempat dia di rias menuju tempat prosesi pernikahannya. Semua mata terpukau dengan kecantikan Ayra"Seharusnya aku yang di dandani seperti itu bukan Ayra" Ucap Zea"Kamu bisa mencari laki-laki kaya raya disini, temen- temen Rangga pasti kaya raya semua" Jawab Tante Dina"Tapi apa ada yang se kaya Rangga? lihat rumahnya aja mewah banget, belum lagi baran
Ayra bangun pagi pagi sekali, setelah membersihkan diri dan beribadah, Ayra turun ke dapur. Disana sudah ada Narsih pelayan dirumah Rangga yang sedang memasak."Permisi, boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Ayra"Silahkan Nyonya" Narsih menjawab"Untuk sarapan, biasanya Tuan makan apa?" Tanya Ayra"Tuan hanya sarapan dengan roti dan secangkir susu Nyonya" Jawab Narsih"Untuk apa Nyonya? Apa Tuan ingin sarapan ini diantarkan ke kamarnya? " Sambung Narsih"Tidak, dia masih tidur. aku hanya ingin membuatkan sarapan untuknya, tetapi jika dia bertanya katakan saja kamu yang buat ya" Kata Ayra"Tidak perlu Nyonya! biar saya saja yang menyiapkan sarapan" Jawab Narsih"Tidak apa-apa, jika saya hanya duduk rasanya membosankan. Jadi mulai sekarang, semua kebutuhan tuan saya yang siapkan" Pinta Ayra"Baiklah, jika itu mau Nyonya" Jawab Narsih pasrahKemudian Ayra mencatat semua kebiasaan dan kebutuhan Rangga yang dijelaskan Narsih"Itu semua kebiasaan dan kebutuhan Tuan, Nyonya" Ucap Narsih"Baik, t
Seperti biasa, Ayra bangun sebelum Rangga terbangun. dan ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.Ayra sangatlah cekatan dalam bekerja, dan masakan nya pun sangat enak.kemudian Rangga turun memakai jas yang sudah dipilihkan oleh Ayra dan sarapan bersama AyraKetika Rangga telah selesai dengan sarapan nya, ketika ia hendak pergi ia melihat kedatangan ayahnya yang sudah kembali dari korea."Ayah" Rangga terkejutAyah pun masuk dan Rangga pun menyaliminya begitupun Ayra"Ini siapa?" tanya Ayah sambil menoleh ke AyraKemudian Rangga pun menyuruh Ayra untuk meninggalkan mereka berdua, Dia pun hanya mengangguk dan meninggalkan mereka."Itu Istri Rangga, Ayah" jawab Rangga"Haa, tega kamu, kamu sama sekali tidak memberitahu Ayah. kamu tidak mengakui Ayah mu lagi?" Mata Ayah mulai ber kaca-kaca"Bukan begitu Ayah, sebelumnya aku minta maaf, aku tau aku salah. seharusnya aku meminta persetujuan Ayah terlebih dulu" Rangga menjelaskan"Alasanku menikahinya karena aku harus ber
Pagi hari, Rangga sudah siap dengan jas nya dan Nugroho pun sudah siap ingin kembali ke korea.Ketika Rangga sudah selesai makan dan bersiap-siap berangkat ke kantor, terdengar keributan dari luar rumah Rangga pun langsung keluar dan melihat apa yang terjadi, Ternyata itu adalah LunaNugroho dengan Ayra hanya diam saja. Mereka tidak ingin ikut campur dalam masalah pribadi Rangga.Sementara Luna yang melihat Rangga keluar langsung memeluknya dengan erat "Lepaskan!" Rangga menyentak tangan Luna dengan kasar "Sayang, kenapa kamu kasar begini. Apa aku salah? Bukan kah kita akan menikah?" Luna sengaja meninggikan suaranya agar semua orang mendengar "Menyingkir atau ku singkirkan dengan paksa" Rangga mulai marah "Rangga, kamu tidak bisa bersikap seperti itu. Kamu sudah menandatangani surat perjanjian untuk menikah denganku. Jika tidak kamu akan tau apa yang Ayahku perbuat kepadamu" Luna mengancam Kemudian Rangga mencoba mengingat kapan dia menandatangani surat perjanjian itu. Dia meras
Dengan setia Ayra menunggu Rangga bangun dari komanya. Dia tidak makan dan tidur teratur. Badannya terlihat lebih kurus dan wajahnya terlihat sedikit kusam. Ayra terus berdoa untuk kesembuhan Rangga. Sebenarnya dia penasaran seberapa banyak musuh-musuh Rangga sampai dia mengalami hal yang mengerikan ini.Ayra membaringkan kepalanya di dekat tangan Rangga. Saat itu, jari-jari tangga Rangga mulai bergerak. Ayra bisa merasakannya. Kemudian dia pun mengangkat kepalanya dan melihat mata Rangga mulai terbuka."Tuan, Anda sudah sadar?" Tanya Ayra."Sebentar, saya akan panggilkan dokter." Lanjutnya.Ayra keluar ruangan dengan tergesa-gesa, Rendi yang melihatnya kemudian masuk kedalam kamar Rangga. Dia penasaran apa yang terjadi. Tidak lama kemudian, Ayra kembali dengan seorang dokter yang berjalan dengan sangat cepat. Dokter segera memeriksa keadaan Rangga."Selamat pagi Tuan, Apa yang anda rasakan?" Tanya sang dokter.Rangga tidak menjawab, dia hanya tersenyum. Ayra menjadi panik. Dia takut
Sudah malam, namun Rangga belum juga pulang.Ayra tidak berani menghubungi Rangga, meskipun dia mengkhawatirkannya.Ayra pun memutuskan untuk tidur, lalu dia terbangun mendengar ketukan dan suara memanggilnya dari luar kamar, lalu Ayra membuka pintu. Ayra terkejut melihat Rendi memapah Rangga yang di penuhi dengan darah. "Rendi, apa yang terjadi?" Tanya Ayra panik "Tuan di serang, Nona" Jawab Rendi membaringkan Rangga ditempat tidur, Rangga tidak sadarkan diri "Mengapa tidak di bawa kerumah sakit!" Tanya Ayra sedikit marah "Situasi sedang tidak aman Nona, dan satu-satunya tempat yang aman untuk Tuan adalah dirumah, Saya sudah menghubungi dokter, dia sedang dalam perjalanan" Jawab Rendi "Bi Narsih, tolong ambilkan air hangat biar saya bersihkan darahnya" Pinta Ayra Ayra membersihkan tubuh Rangga yang penuh dengan darah. Dia terkena tembakan. Tapi Ayra tidak berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dan dia juga tidak ingin ikut campur dalam masalah pribadi suaminya itu.Ayra j
Pagi hari, Rangga sudah siap dengan jas nya dan Nugroho pun sudah siap ingin kembali ke korea.Ketika Rangga sudah selesai makan dan bersiap-siap berangkat ke kantor, terdengar keributan dari luar rumah Rangga pun langsung keluar dan melihat apa yang terjadi, Ternyata itu adalah LunaNugroho dengan Ayra hanya diam saja. Mereka tidak ingin ikut campur dalam masalah pribadi Rangga.Sementara Luna yang melihat Rangga keluar langsung memeluknya dengan erat "Lepaskan!" Rangga menyentak tangan Luna dengan kasar "Sayang, kenapa kamu kasar begini. Apa aku salah? Bukan kah kita akan menikah?" Luna sengaja meninggikan suaranya agar semua orang mendengar "Menyingkir atau ku singkirkan dengan paksa" Rangga mulai marah "Rangga, kamu tidak bisa bersikap seperti itu. Kamu sudah menandatangani surat perjanjian untuk menikah denganku. Jika tidak kamu akan tau apa yang Ayahku perbuat kepadamu" Luna mengancam Kemudian Rangga mencoba mengingat kapan dia menandatangani surat perjanjian itu. Dia meras
Seperti biasa, Ayra bangun sebelum Rangga terbangun. dan ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.Ayra sangatlah cekatan dalam bekerja, dan masakan nya pun sangat enak.kemudian Rangga turun memakai jas yang sudah dipilihkan oleh Ayra dan sarapan bersama AyraKetika Rangga telah selesai dengan sarapan nya, ketika ia hendak pergi ia melihat kedatangan ayahnya yang sudah kembali dari korea."Ayah" Rangga terkejutAyah pun masuk dan Rangga pun menyaliminya begitupun Ayra"Ini siapa?" tanya Ayah sambil menoleh ke AyraKemudian Rangga pun menyuruh Ayra untuk meninggalkan mereka berdua, Dia pun hanya mengangguk dan meninggalkan mereka."Itu Istri Rangga, Ayah" jawab Rangga"Haa, tega kamu, kamu sama sekali tidak memberitahu Ayah. kamu tidak mengakui Ayah mu lagi?" Mata Ayah mulai ber kaca-kaca"Bukan begitu Ayah, sebelumnya aku minta maaf, aku tau aku salah. seharusnya aku meminta persetujuan Ayah terlebih dulu" Rangga menjelaskan"Alasanku menikahinya karena aku harus ber
Ayra bangun pagi pagi sekali, setelah membersihkan diri dan beribadah, Ayra turun ke dapur. Disana sudah ada Narsih pelayan dirumah Rangga yang sedang memasak."Permisi, boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Ayra"Silahkan Nyonya" Narsih menjawab"Untuk sarapan, biasanya Tuan makan apa?" Tanya Ayra"Tuan hanya sarapan dengan roti dan secangkir susu Nyonya" Jawab Narsih"Untuk apa Nyonya? Apa Tuan ingin sarapan ini diantarkan ke kamarnya? " Sambung Narsih"Tidak, dia masih tidur. aku hanya ingin membuatkan sarapan untuknya, tetapi jika dia bertanya katakan saja kamu yang buat ya" Kata Ayra"Tidak perlu Nyonya! biar saya saja yang menyiapkan sarapan" Jawab Narsih"Tidak apa-apa, jika saya hanya duduk rasanya membosankan. Jadi mulai sekarang, semua kebutuhan tuan saya yang siapkan" Pinta Ayra"Baiklah, jika itu mau Nyonya" Jawab Narsih pasrahKemudian Ayra mencatat semua kebiasaan dan kebutuhan Rangga yang dijelaskan Narsih"Itu semua kebiasaan dan kebutuhan Tuan, Nyonya" Ucap Narsih"Baik, t
Hari ini adalah pernikahan Rangga dan Ayra. meskipun tanpa cinta, namun Rangga menggelar pernikahan dengan sangat mewah." Kamu sangat cantik sayang, aku yakin Rangga akan terpukau melihat kamu" Ucap MishelAyra hanya tersenyum, seharusnya ini adalah hari yang sangat bahagia. andaikan Rangga menikahinya karena mencintainnya. tapi semua hanya lah mimpi Rangga tidak mungkin mencintainya-- bentuk kesabaran yang paling sulit adalah kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang tidak kamu inginkan.sepedih apapun hidup yang kita jalani nanti, tetaplah untuk tersenyum. karena Allah akan selalu ada untuk kita--Lalu Ayra turun dari lantai atas tempat dia di rias menuju tempat prosesi pernikahannya. Semua mata terpukau dengan kecantikan Ayra"Seharusnya aku yang di dandani seperti itu bukan Ayra" Ucap Zea"Kamu bisa mencari laki-laki kaya raya disini, temen- temen Rangga pasti kaya raya semua" Jawab Tante Dina"Tapi apa ada yang se kaya Rangga? lihat rumahnya aja mewah banget, belum lagi baran
Ayra telah sampai kerumah mewah milik Rangga. Ayra terpana melihat halaman yang luas di kelilingi taman yang indah. ketika Ayra larut dalam kekaguman nya terhadap rumah calon suami terpaksanya itu, datanglah seorang pelayan laki-laki setengah baya yang menyambut kedatangannya."Nona, mari saya antarkan Anda ke kamar." Sapa Heri."B..baik." Jawab Ayra.Ayra berjalan mengikuti Heri ke lantai atas. Dia tidak diberikan kamar utama. karena kamar utama itu di tempati oleh Tuan rumah, Rangga."Mulai sekarang inilah kamar anda Nona. jika Anda butuh sesuatu, Anda bisa meminta bantuan Saya." Heri mohon pamit."Baik, terimakasih, Tuan." Jawab Ayra."Jangan panggil Tuan, saya hanya pelayan di rumah ini." Ucap Heri."Tapi ..." Suara Ayra terhenti ketika ada seseorang yang memanggil Heri."Saya permisi Nona. saya harus menyelesaikan pekerjaan saya, permisi". Pamit Heri.Setelah Heri keluar, Ayra merapihkan pakaiannya ke dalam lemari yang telah tersedia dan membersihkan diri.Ayra mulai merenungkan
"Tapi Paman! mengapa harus Ayra? Ayra masih ingin kuliah". Ayra mencoba bertanya kepada Paman nya"Terus siapa? Zea? gamau Pa, Zea masih harus mengejar mimpi Zea". Zea membantah"Ayra, kamu sudah dibesarkan oleh Paman sedari kecil, sudah saatnya kamu membalas budi. Lagipula Paman kamu sudah tidak punya biaya lagi untuk kuliah kamu, sudah bagus dulu kami tidak melantarkan kamu". Tante Dina mulai membuka suara"Sudah, Ma Ayra adalah anak Kaka Papa, sudah seharusnya Papa menjaga dia". Ucap Paman RianPaman Rian adalah satu-satunya Adik Ayah Ayra. Saat Ayra masih berumur 7 tahun, Orang tua nya mengalami kecelakaan, sehingga menyebabkan mereka meninggal. Sejak saat itu, Paman nya Rian mengasuhnya dengan penuh kasih sayang, Namun istrinya Tante Dina tidak terima jika Ayra tinggal bersama mereka.Dia telah meminta Rian untuk menitipkan Ayra di panti asuhan. Namun Rian menolak dengan keras.Kini, Pamannya mengalami kesulitan. Paman nya terlibat hutang yang sangat banyak kepada salah satu peru