”Jadi bagaimana rasa jajangmyeonnya?”
”Seleramu bagus Oppa, rasanya sangat enak. Sepertinya aku akan sering berlangganan kesini.”
Junwo lega mendengarnya. Ia bertanya pada Seulbi apakah persiapan dramanya berjalan dengan lancar atau tidak. Seulbi menceritakan kegugupannya pada Junwo. Ia berkata bahwa untuk mendapatkan peran ini dalam casting sangatlah sulit. Seulbi bahkan tidak yakin bahwa ia akan lolos dalam casting dan mendapatkan dua peran itu.
Namun setelah tahu ia mendapatkan peran itu, justru ia merasa lebih kesulitan. Ia hanya takut tidak bisa memenuhi ekspektasi dari orang-orang yang percaya padanya. Ia takut akan mengacaukannya dan menyia-nyiakan semua usaha yang sudah ia lakukan sebelumnya.
”Gapapa Seulbi, kamu ngga harus memenuhi ekspektasi mereka. Just do it. Kau harus percaya bahwa kau bisa melakukannya.”
”Aku akan berusaha untuk berpikir seperti itu.”
“Berusahalah buat percaya sama diri mu sendiri, oke?”
”Untum yang satu itu, juga akan usahakan Oppa.” Balas Seulbi seraya tertawa.
Tanpa sadar mereka sudah menghabiskan Jajangmyeon itu. Junwo segera mengantarkan Seulbi untuk pulang kerumahnya. Dalam perjalanan, Seulbi menunjukkan beberapa script di dalam dramanya.
Junwo berjanji saat senggang, ia akan membantu Seulbi untuk berlatih dialog dramanya. Ponsel Seulbi berdering dan ia menaruh script dramanya di jok belakang mobil Junwo. Beberapa waktu berlalu dan sampai lah mereka di tempat tinggal Seulbi.
Junwo berkata sebenarnya ia mau menghabiskan lebih banyak waktu dengan Seulbi, tetapi ia diharuskan kembali untuk mempersiapkan konsernya yang sudah dekat. Seulbi tak masalah dengan itu. Ada seseorang yang mau menemaninya makan saja, dia sudah merasa sangat senang. Seulbi berjanji akan mentraktir Junwo setelah dramanya selesai.
Seulbi sudah sampai di tempat tinggalnya, di distrik Seongbuk-gu. Tepatnya di Anam-dong, Seoungbuk-gu, Seoul. Tidak terlalu jauh dari tempat ia berkuliah, karena berada di satu distrik yang sama.
Dengan 1.000.000 KRW atau sekitar Rp 12.000.000,00 perbulannya dan 10.000.000 KRW untuk deposit bisa menyewa apartemen yang cukup sederhana seluas 40 m². Dengan 1 kamar tidur dan 1 kamar mandi didalamnya. Disitulah sebagian besar dari pengeluaran semua uang yang ia dapat.
Hari ini cukup melelahkan untuk Seulbi. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di kasur, dering ponselnya berbunyi.
”Seulbi?” terdengar suara wanita paruh baya dari seberang telepon itu.
”Halo, ma. Gimana?”
”Seulbi Mama kangen, nak. Kapan bisa pulang ke Indonesia?”
Sudah cukup lama sejak Seubi pulang ke Indonesia. Terakhir kali Seulbi menginjakkan kaki di tanah kelahirannya itu bulan februari tahun lalu. Biasanya keluarga Seulbi akan datang ke Korea pada saat thanksgiving atau yang juga dikenal sebagai hari raya chuseok.
Ditahun 2016 ini chuseok berlangsung pada tanggal 15 September. Namun ditahun ini keluarga Seulbi tidak datang ke Korea karena keterbatasan dana dan biaya.
”Belum tahu ma. Kan Seulbi baru aja dapet projek drama baru. Bukankah Seulbi sudah memberitahukan kemarin?”
”Iya mama tahu. Kalau ada apa-apa kabarin Mama yaa?”
”Iya pasti kok. Pokoknya Ma, Seulbi janji bakal banggain keluarga dan bakal nepatin janji Seulbi buat jadi aktris yang sukses.”
”Iya Mama percaya, kamu bisa melakukan nya dengan baik.”
”Seulbi bakal lanjutin cita-cita yang pengen Mama raih dulu.”
Ini adalah salah satu alasan Seulbi untuk datang ke Korea. Mungkin bakat berakting Seulbi juga menurun dari Ibunya. Dulu, kondisi keuangan Kakek dan Nenek Seulbi tidak stabil dan sulitnya untuk menjadi aktris di tahun itu, menyebabkan Ibu Seulbi mengubur impiannya dalam-dalam.
Butuh banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi aktris apalagi di tahun itu. Ditambah transportasi dari Busan ke Seoul yang tidak semudah sekarang. Oleh karena itu Seulbi ingin melanjutkan cita-cita sang Ibu yang tidak bisa beliau raih di masa lalu.
”Mama cuma mau pesen. Pikirin diri kamu dulu baru orang lain ya. Pokoknya yang penting buat Mama itu kebahagiaan kamu, okee?”
”Hahahaa siap Ma.”
”Uang gimana? Semuanya aman atau enggak? Kuliah gimana?”
”Aman Ma, kondisi keuangan ku malah udah jauh lebih stabil. Jadi Mama jangan khawatir ya?”
Tentu saja Seulbi berbohong. Tidak mungkin Ia mengatakan bahwa uang nya sudah hampir habis kepada Ibunya. Kondisi keluarga nya di Indonesia pun juga tidak bisa dikatakan baik. Kedua orangtua Seulbi adalah seorang agen properti. Bukan pekerjaan yang memiliki penghasilan tetap. Seulbi tidak ingin membebani keluarganya disana.
Hari sudah mulai gelap. Setelah menutup telepon dengan ibunya, dadanya terasa sangat sesak. Ia menunduk, bulir-bulir air mata jatuh dari sudut matanya yang indah. Ia menangis, yang terdengar hanya isakan lirih. Seulbi merindukan keluarganya. Ia merindukan Indonesia. Seoul terlalu dingin baginya. Terlalu berat baginya untuk bertahan seorang diri.
Dalam isakan lirihnya itu ia berkata, sementara air mata nya tak berhenti mengalir.
”Maafkan aku Ma. Aku tidak bisa menepati janji ku, untuk bahagia disini.”
Tidak lama kemudian, ponsel Seulbi kembali berdering. Park Junwo adalah nama yang terlihat dilayarnya. Seulbi mengangkat telepon itu.
”Seulbi, script drama mu ternyata masih tertinggal di dalam mobil ku. Haruskah aku antarkan sekarang? Aku tidak jauh dari apartemen mu.”
Seulbi mengatur napasnya untuk bisa berbicara dengan tenang, dan meminta Junwo untuk menemuinya di taman dekat apartemen nya.
Dalam kondisi yang berantakan, Seulbi pergi ke taman untuk menemui Junwo. Sebenarnya saat ini Seulbi hanya ingin berada di kamarnya dan menangis semalaman. Namun script itu begitu penting baginya. Tidak sampai 10 menit berlalu, Seulbi melihat Junwo turun dari mobilnya.
”Seulbi, kau baik-baik saja?”
Seulbi menarik nafas dan menghembuskannnya perlahan. Sambil menahan air matanya ia berkata, ”Iya Oppa, aku baik-baik saja.”
Namun setelah berkata bahwa ia baik-baik saja, tanpa sadar air matanya kembali jatuh. Junwo tidak tahan, ia menarik gadis itu dalam pelukannya.
Saat itu juga tangis Seulbi kembali pecah. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan pria itu. Menumpahkan segala emosi dan tangisannya yang sudah ia tahan tadi. Suara tangis Seulbi membuat hati Junwo sakit.
”Gwaenchana, menangislah.” Ucap Junwo lirih, pada telinga Seulbi yang sangat dekat dengan bibirnya.
”Pasti berat bukan?”
Seulbi hanya mengangguk membalas perkataannya. Junwo mengusap kepala dan punggung Seulbi mencoba menenangkannya. Setelah tangisan Seulbi mulai mereda, Junwo melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
Mereka saling berpandangan dan kemudian saling tertawa. Junwo kembali merengkuh tubuh Seulbi kedalam pelukannya. Ia mengusap kepala Seulbi sekali lagi. Perlakuan Junwo membuat pipi Seulbi merona merah.
Junwo mengajak Seulbi untuk duduk di bangku taman yang berada tak jauh dengan mereka. Junwo meninggalkannya sebentar untuk mengambil minum dan script Seulbi di dalam mobilnya.
”Apakah sekarang kau merasa lebih baik? Minumlah ini lebih dulu.” Ucap Junwo dengan senyum manis di wajahnya.
”Oppa, terimakasih telah datang di waktu yang tepat.”
”Kau sudah makan?” Seulbi hanya menggeleng membalas perkataan Junwo.
”Mau makan malam bersama ku? Menangis juga membutuhkan tenaga bukan?”
Seulbi terkekeh mendengarnya. Senyumannya kembali terukir di wajah cantiknya.
”Adakah yang ingin kau makan untuk malam ini? Bagaimana jika samgyeopsal dan soju?”
”Aku rasa itu bukanlah ide yang buruk”
Seulbi tidak masalah dengan makanan apa saja asal itu bersama Junwo. Samgyeopsal di malam itu terasa sangat lezat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Akhirnya untuk pertama kalinya lagi, Seulbi merasakan rasa soju yang manis. Tidak pahit seperti sebelumnya.
Di malam itu, tuhan mendengarkan doa yang pernah ia panjatkan, untuk mengirim seseorang yang bisa menjadi sandarannya disaat ia jatuh.Semoga pertemuanku dengan Park Junwo, bisa berakhir baik dan bahagia. Itulah apa yang ia ucapkan dan harapkan dalam hati kecilnya.
Malam pun sudah berganti pagi. Cahaya matahari menembus masuk melalui celah-celah gorden yang tidak tertutup rapat, membangunkan seorang gadis dari tidur lelapnya. Sejenak ia merenggangkan otot-ototnya yang masih terasa kaku. Ia lantas tersenyum, mengingat semua kenangan manisnya semalam. Raut wajah Junwo, bau soju serta samgyeopsal masih ia ingat dengan jelas. Hanya memikirkannya saja dapat membuat wajah Seulbi merona merah. Semalam Seulbi telah meminum sekitar dua botol soju bersama Junwo. Pengar? Seulbi bahkan tidak butuh obat ataupun makanan pereda pengar. Toleransi alkohol nya bisa dibilang cukup tinggi. Ia mampu meminum 3 botol soju tanpa mabuk sekalipun. Ia lantas bangun dan beranjak dari ranjangnya. Oke, Seulbi kamu harus semangat, karena everything gonna be yaudah lah mau gimana lagi, ucap Seulbi pada dirinya sendiri seraya membuka tirai gorden.
Hari-hari berlalu, begitupula dengan hubungan dua insan yang berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Sudah hampir seminggu sejak Junwo menyatakan perasaannya dan mereka berkencan. Yang berarti Seulbi dan Junwo akan menjalani hubungan LDR atau long distance relationship untuk sementara waktu, dikarenakan Junwo harus pergi ke Jepang untuk melaksanakan tour konsernya bersama Draxeo. Entah dikarenakan ia sedang kasmaran dan bahagia, tidurnya akhir-akhir ini menjadi sangat nyenyak. Pagi ini, ponselnya yang berdering membuat Seulbi harus bangun dari tidur lelapnya. ”Good morning! Chagiya, bangunlah.” Sudah beberapa kali ini, Junwo memanggilnya dengan 'chagiya' atau yang berarti sayang di Indonesia. Namun Seulbi masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Pipinya selalu merona merah ketika Junwo memanggilnya 'chagiya'. ”Oppa, jam berapa flight mu ke Jep
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Gadis cantik blasteran itu bangun dengan perasaan yang sangat senang. Pada akhirnya Seoul akan kembali berwarna di malam ini. Dikarenakan Seulbi dan Junwo yang akan mengakhiri hubungan LDR mereka di malam ini. Sebenarnya Junwo sudah sampai Incheon, Seoul di pagi hari ini. Namun masih ada beberapa urusan yang harus ia urus dan di malam ini mereka baru bisa bertemu untuk mengakhiri kerinduan yang sudah lama terpendam. Seulbi berencana menyiapkan kejutan untuk pacar kesayangannya, diapartemen nya. Ia sudah sangat sibuk sejak pagi tadi. Semua foto-fotonya bersama Junwo sudah ia cetak menjadi polaroid yang ia gantungkan dibalon helium. Ia juga menyiapkan hidangan lezat yang ia masak sendiri. Ia menyiapkan Sundubu Jjigae. Salah satu makanan favorit Junwo yang berupa sup tahu lembut dengan kuahnya yang gurih dan pedas. Tidak ada yang l
Kedatangan Woohyun merupakan salah satu kejutan terburuk yang pernah ada bagi Seulbi. Entah kenapa, dari semua hari dan waktu yang ada, Woohyun memilih datang di malam ini. Mungkin memang Seulbi saja yang sedang sial. Berbagai makian di kepalanya sudah sangat ingin ia lontarkan ke sepupunya itu, tapi situasi dan keadaan sangat tidak mendukung. Frustrasi mulai datang kepada dirinya, usai kepanikannya mereda. Woohyun masuk ke dalam apartemen Seulbi sambil menenteng beberapa paperbag ditangannya sembari berseru, ”Tokyo Milk Cheese, Tokyo milk cheese, Tokyo milk cheese nih!” Seulbi mengikuti langkah kaki Woohyun sambil mendengus kesal. ”Oppa! Bentar dulu. Bukankah katamu kau tidak bisa berkunjung hari ini?” potong Seulbi ditengah ketidakjelasan Woohyun. ”Eoh? Ya! Apakah kau tidak senang bila Oppa mu datang berkunjung?” ”Bukan gitu Oppa! Aku sangat lelah malam ini, seriusan. Ngga bohong!” ”Bentar, kok
Panas matahari yang terik, cuaca hangat dan lembab sepanjang tahun, welcome to Yogyakarta, Indonesia. Tidak ada yang bisa menggambarkan seberapa bahagianya gadis yang akhirnya punya kesempatan untuk pulang kembali kerumahnya. Ngomong-ngomong soal Junwo, ia akhirnya menurunkan egonya dan membiarkan Seulbi untuk menghabiskan akhir tahun ini bersama keluarganya di Indonesia. Ia mengerti, bahwa yang terpenting bagi Seulbi saat ini adalah keluarganya. Disepanjang perjalanan dari Bandara menuju kerumahnya, bibirnya tidak pernah berhenti untuk tersenyum. Berbagai kenangan bertahun-tahun yang lalu kembali muncul dibenaknya. Ia bertanya-tanya, apa jadinya jika ia memutuskan untuk tetap tinggal di kota ini. Apakah ia akan jauh lebih bahagia? Apakah ia tidak akan kesepian? Beberapa waktu berlalu sampai akhirnya taxi yang ditumpanginya berhenti tepat di depan rumahnya. Dari jarak yang tidak jauh itu, ia bisa melihat
Seoul • Autumn Season • Oktober 2017 Seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang indah, tengah duduk di balkon cafe sendirian. Park Seulbi namanya, seorang aktris rookie yang tengah naik daun dari Korea selatan. Dari balkon cafe tersebut, telihat betapa indahnya pemandangan Seoul di musim gugur. Namun tidak demikian dengan gadis itu, raut wajahnya justru terlihat sedih. Ia kecewa, tak percaya dengan apa yang telah ia lihat. Sesekali ia menyeka air mata nya yang jatuh. Sesekali juga ia tertawa tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Lama-kelamaan bahu nya bergetar hebat dan ia menangis dalam dinginnya Seoul saat itu. * flashback * Seoul • Oktober 2016 ting tong! Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, suara bel yang terdengar membangunkan sang pemilik apartemen dari tidur nyenyaknya. ”Woohyun Oppa, baru bangun? Bukankah kau kemarin menga
Ting! Terdengar samar bunyi ringtone massage dari hp Seulbi. Namun sang empunya tengah berada dalam kesibukan. ”Seulbi ini script buat Senin depan. Berhubung waktunya sudah dekat tolong persiapin dengan baik ya.” ”Okey siap, terimakasih Youngdae Oppa.” Lee Youngdae adalah manajer Seulbi. Mereka belum lama kenal. Mungkin baru beberapa bulan terakhir ini. Namun Youngdae benar-benar membantunya dengan baik. Seulbi baru saja bergabung dengan agensi SS Entertainment atau yang dikenal juga dengan Starsight Entertainment pada awal tahun 2016. Sekitar tiga tahun yang berat sudah Seulbi lalui. Dari mulai mempersiapkan segala kebutuhan untuk casting dan audisi berbagai macam drama sendirian. Bahkan sampai Pulang Pergi Busan-Seoul untuk mengikuti casting-casting tersebut. Kakek dan Nenek Seulbi tinggal di Busan, mau tidak mau Seulbi juga harus tinggal dan menetap di Busan pada masa SMA. Ayah
Panas matahari yang terik, cuaca hangat dan lembab sepanjang tahun, welcome to Yogyakarta, Indonesia. Tidak ada yang bisa menggambarkan seberapa bahagianya gadis yang akhirnya punya kesempatan untuk pulang kembali kerumahnya. Ngomong-ngomong soal Junwo, ia akhirnya menurunkan egonya dan membiarkan Seulbi untuk menghabiskan akhir tahun ini bersama keluarganya di Indonesia. Ia mengerti, bahwa yang terpenting bagi Seulbi saat ini adalah keluarganya. Disepanjang perjalanan dari Bandara menuju kerumahnya, bibirnya tidak pernah berhenti untuk tersenyum. Berbagai kenangan bertahun-tahun yang lalu kembali muncul dibenaknya. Ia bertanya-tanya, apa jadinya jika ia memutuskan untuk tetap tinggal di kota ini. Apakah ia akan jauh lebih bahagia? Apakah ia tidak akan kesepian? Beberapa waktu berlalu sampai akhirnya taxi yang ditumpanginya berhenti tepat di depan rumahnya. Dari jarak yang tidak jauh itu, ia bisa melihat
Kedatangan Woohyun merupakan salah satu kejutan terburuk yang pernah ada bagi Seulbi. Entah kenapa, dari semua hari dan waktu yang ada, Woohyun memilih datang di malam ini. Mungkin memang Seulbi saja yang sedang sial. Berbagai makian di kepalanya sudah sangat ingin ia lontarkan ke sepupunya itu, tapi situasi dan keadaan sangat tidak mendukung. Frustrasi mulai datang kepada dirinya, usai kepanikannya mereda. Woohyun masuk ke dalam apartemen Seulbi sambil menenteng beberapa paperbag ditangannya sembari berseru, ”Tokyo Milk Cheese, Tokyo milk cheese, Tokyo milk cheese nih!” Seulbi mengikuti langkah kaki Woohyun sambil mendengus kesal. ”Oppa! Bentar dulu. Bukankah katamu kau tidak bisa berkunjung hari ini?” potong Seulbi ditengah ketidakjelasan Woohyun. ”Eoh? Ya! Apakah kau tidak senang bila Oppa mu datang berkunjung?” ”Bukan gitu Oppa! Aku sangat lelah malam ini, seriusan. Ngga bohong!” ”Bentar, kok
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Gadis cantik blasteran itu bangun dengan perasaan yang sangat senang. Pada akhirnya Seoul akan kembali berwarna di malam ini. Dikarenakan Seulbi dan Junwo yang akan mengakhiri hubungan LDR mereka di malam ini. Sebenarnya Junwo sudah sampai Incheon, Seoul di pagi hari ini. Namun masih ada beberapa urusan yang harus ia urus dan di malam ini mereka baru bisa bertemu untuk mengakhiri kerinduan yang sudah lama terpendam. Seulbi berencana menyiapkan kejutan untuk pacar kesayangannya, diapartemen nya. Ia sudah sangat sibuk sejak pagi tadi. Semua foto-fotonya bersama Junwo sudah ia cetak menjadi polaroid yang ia gantungkan dibalon helium. Ia juga menyiapkan hidangan lezat yang ia masak sendiri. Ia menyiapkan Sundubu Jjigae. Salah satu makanan favorit Junwo yang berupa sup tahu lembut dengan kuahnya yang gurih dan pedas. Tidak ada yang l
Hari-hari berlalu, begitupula dengan hubungan dua insan yang berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Sudah hampir seminggu sejak Junwo menyatakan perasaannya dan mereka berkencan. Yang berarti Seulbi dan Junwo akan menjalani hubungan LDR atau long distance relationship untuk sementara waktu, dikarenakan Junwo harus pergi ke Jepang untuk melaksanakan tour konsernya bersama Draxeo. Entah dikarenakan ia sedang kasmaran dan bahagia, tidurnya akhir-akhir ini menjadi sangat nyenyak. Pagi ini, ponselnya yang berdering membuat Seulbi harus bangun dari tidur lelapnya. ”Good morning! Chagiya, bangunlah.” Sudah beberapa kali ini, Junwo memanggilnya dengan 'chagiya' atau yang berarti sayang di Indonesia. Namun Seulbi masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Pipinya selalu merona merah ketika Junwo memanggilnya 'chagiya'. ”Oppa, jam berapa flight mu ke Jep
Malam pun sudah berganti pagi. Cahaya matahari menembus masuk melalui celah-celah gorden yang tidak tertutup rapat, membangunkan seorang gadis dari tidur lelapnya. Sejenak ia merenggangkan otot-ototnya yang masih terasa kaku. Ia lantas tersenyum, mengingat semua kenangan manisnya semalam. Raut wajah Junwo, bau soju serta samgyeopsal masih ia ingat dengan jelas. Hanya memikirkannya saja dapat membuat wajah Seulbi merona merah. Semalam Seulbi telah meminum sekitar dua botol soju bersama Junwo. Pengar? Seulbi bahkan tidak butuh obat ataupun makanan pereda pengar. Toleransi alkohol nya bisa dibilang cukup tinggi. Ia mampu meminum 3 botol soju tanpa mabuk sekalipun. Ia lantas bangun dan beranjak dari ranjangnya. Oke, Seulbi kamu harus semangat, karena everything gonna be yaudah lah mau gimana lagi, ucap Seulbi pada dirinya sendiri seraya membuka tirai gorden.
”Jadi bagaimana rasa jajangmyeonnya?” ”Seleramu bagus Oppa, rasanya sangat enak. Sepertinya aku akan sering berlangganan kesini.” Junwo lega mendengarnya. Ia bertanya pada Seulbi apakah persiapan dramanya berjalan dengan lancar atau tidak. Seulbi menceritakan kegugupannya pada Junwo. Ia berkata bahwa untuk mendapatkan peran ini dalam casting sangatlah sulit. Seulbi bahkan tidak yakin bahwa ia akan lolos dalam casting dan mendapatkan dua peran itu. Namun setelah tahu ia mendapatkan peran itu, justru ia merasa lebih kesulitan. Ia hanya takut tidak bisa memenuhi ekspektasi dari orang-orang yang percaya padanya. Ia takut akan mengacaukannya dan menyia-nyiakan semua usaha yang sudah ia lakukan sebelumnya. ”Gapapa Seulbi, kamu ngga harus memenuhi ekspektasi mereka. Just do it. Kau harus percaya bahwa kau bisa melakukannya.” ”Aku akan berusaha untuk berpikir seperti itu.” “Berusahalah buat percaya sama diri mu
Ting! Terdengar samar bunyi ringtone massage dari hp Seulbi. Namun sang empunya tengah berada dalam kesibukan. ”Seulbi ini script buat Senin depan. Berhubung waktunya sudah dekat tolong persiapin dengan baik ya.” ”Okey siap, terimakasih Youngdae Oppa.” Lee Youngdae adalah manajer Seulbi. Mereka belum lama kenal. Mungkin baru beberapa bulan terakhir ini. Namun Youngdae benar-benar membantunya dengan baik. Seulbi baru saja bergabung dengan agensi SS Entertainment atau yang dikenal juga dengan Starsight Entertainment pada awal tahun 2016. Sekitar tiga tahun yang berat sudah Seulbi lalui. Dari mulai mempersiapkan segala kebutuhan untuk casting dan audisi berbagai macam drama sendirian. Bahkan sampai Pulang Pergi Busan-Seoul untuk mengikuti casting-casting tersebut. Kakek dan Nenek Seulbi tinggal di Busan, mau tidak mau Seulbi juga harus tinggal dan menetap di Busan pada masa SMA. Ayah
Seoul • Autumn Season • Oktober 2017 Seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang indah, tengah duduk di balkon cafe sendirian. Park Seulbi namanya, seorang aktris rookie yang tengah naik daun dari Korea selatan. Dari balkon cafe tersebut, telihat betapa indahnya pemandangan Seoul di musim gugur. Namun tidak demikian dengan gadis itu, raut wajahnya justru terlihat sedih. Ia kecewa, tak percaya dengan apa yang telah ia lihat. Sesekali ia menyeka air mata nya yang jatuh. Sesekali juga ia tertawa tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Lama-kelamaan bahu nya bergetar hebat dan ia menangis dalam dinginnya Seoul saat itu. * flashback * Seoul • Oktober 2016 ting tong! Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, suara bel yang terdengar membangunkan sang pemilik apartemen dari tidur nyenyaknya. ”Woohyun Oppa, baru bangun? Bukankah kau kemarin menga