Share

Bab 5

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-10-02 19:53:48

Tiara menggeleng. Dia menyembunyikan getar tangannya dibalik punggung. “Tidak. Bagaimana aku bisa masuk jika kamar selalu kau kunci?”

“Jangan bohong. Tadi pagi aku meninggalkan ponsel di kamar. Karena terburu-buru aku tidak sempat mengambilnya dan lupa mengunci pintu. Siapa lagi yang akan mengambil ponsel itu selain kamu.”

“Kalau tidak percaya periksa saja kamar ini. Geledah semuanya.” Tantang Tiara seolah tidak ada ponsel Rian yang ia sembunyikan.

Rian mendengkus kesal. Berjalan ke tempat tidur. Meraba setiap inci seprai. Memeriksa bantal dan guling. Membuka semua laci lalu kembali ke hadapan Tiara. “Minggir.”

Pria itu membuka lemari kanan. Memeriksa semua pakain Tiara yang tergantung. Lalu memeriksa pintu kiri. Mengeluarkan semua pakaian Tiara yang sudah terlipat rapi. Tiara hanya bisa menghela nafas. Mengambil semua pakaiannya lalu meletakan di tempat tidur. Saat berbalik, Tiara melihat Rian jongkok. Tubuh suaminya seperti mematung dengan pandangan tertuju pada kotak berisi foto pernikahan mereka.

Jantung Tiara berdegup kencang. Dia takut Rian akan membuka kotak itu. Keringat dingin mulai membasahi tangannya. Tiara terus menatap Rian yang masih diam di tempat yang sama. Tiba-tiba saja Rian berdiri lalu keluar kamar. Tidak menyentuh kotak itu sama sekali.

“Alhamdulillah,” ucap Tiara lega.

Tiara melipat semua pakaiannya selama satu jam. Menatanya kembali seperti semula. Pandangan Tiara tertuju pada kotak itu. Dia membuka kotak lalu mengambil album pernikahan. Tiara duduk di tepi tempat tidur. Membuka satu per satu foto yang menampilkan betapa bahagianya mereka sebagai pengantin baru. Di halaman terakhir adalah foto peringatan hari jadi pernikahan Rian dan Tiara yang kesembilan tahun.

Rian mengusulkan agar mereka memakai baju pernikahan yang berbeda. Tidak lupa mendadani Anggrek dan Lily dengan pakaian serupa. Mengambil foto bersama sebagai kado pernikahan kesembilan. Wajah mereka sangat ceria di foto itu. Sembilan tahun pernikahan yang sangat indah hingga sikap Rian tiba-tiba saja berubah.

Masih terekam dengan jelas dalam ingatan kejadian empat tahun lalu. Hari itu Tiara menemani Anggrek dan Lily menonton TV di lantai satu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun Rian tidak kunjung pulang. Hingga jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, tidak terdengar suara mobil suaminya. Saat itu Tiara sudah berada di kamar Anggrek dan Lily. Usia mereka baru delapan tahun dan tiga tahun.

“Kapan Ayah pulang Bu?” tanya Lily sambil memandang jarum jam yang terus bergerak.

“Mungkin tengah malam Dek. Tadi Ayah kirim pesan kalau harus lembur malam ini.” Tiara memegang lehernya bingung. Kebiasaannya jika berbohong.

“Tumben Ayah lembur Bu. Biasanya kalau ada pekerjaan dibawa pulang. Aku dan Lily sering bermain di ruangan Ayah kalau sedang bekerja di rumah.” Kening Anggrek mengkerut heran. Di usia delapan tahun, Anggrek termasuk anak yang kritis, peka dan banyak bertanya.

“Karena ada pergantian pimpinan Kak. Sederhananya bos Ayah diganti. Jadi Ayah terpaksa lembur.” Tiara terpaksa terus berbohong karena tidak ingin membuat anak-anak khawatir.

“Oh begitu.”

Saat anak-anak sudah tidur, Tiara turun ke lantai satu. Dia berjalan bolak-balik di ruang tengah sambil memegang ponsel. Terus menelepon Rian. Walaupun teleponnya tidak kunjung diangkat. Bahkan Rian menolak teleponnya. Membuat perasaan Tiara jadi tidak enak.

Tiara duduk di sofa. Dia tidak menyerah. Terus menghubungi Rian. Meski berulang kali ditolak. Puncaknya Rian tidak bisa dihubungi lagi. Karena tubuhnya juga sudah merasa lelah, Tiara berbaring di sofa. “Mudah-mudahan Mas Rian segera pulang.”

Tanpa sadar Tiara sudah tidur di sofa. Dia terbangun saat mendengar adzan subuh berkumandang. Wanita itu terlonjak kaget saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Dia segera bangun lalu berlari masuk ke kamar.

“Mas Rian.” Tiara membuka pintu sambil memanggil nama suaminya. Rian tidur dengan posisi terngkurap.

Ia menghela nafas lega melihat keberadaan sang suami. Tiara berjalan mendekat. Hendak membangunkan Rian untuk salat subuh berjamaah. Langkahnya terhenti karena mencium bau yang menyengat. Bau yang tidak pernah Tiara cium sebelumnya.

“Bau apa ini?” tanya Tiara heran. Dia duduk disamping Rian lalu menggoyang tubuh suaminya.

“Bangun Mas. Salat subuh dulu,” kata Tiara mengingatkan. Dia ingin segera bertanya bau apa yang saat ini sedang bersarang di tubuh pria itu.

“Hnnng.” Rian mendorong tangan Tiara kesal.

“Pergi sana.”

“Tapi Mas.”

“Aku bilang pergi,” bentak Rian yang tiba-tiba bangun. Menatap Tiara dengan mata merah. Tiara semakin heran karena tiba-tiba saja pria itu marah padanya.

Tidak ingin ada keributan di pagi hari, Tiara mengalah. Dia bangkit lalu keluar dari kamar. Naik ke lantai dua untuk membangunkan anak-anak. Setelah salah subuh hanya dengan Anggrek dan Lily, Tiara memilih memasak bekal anak-anak dan suaminya.

Dia ingin bicara dengan Rian saat mereka akan sarapan. Setelah selesai memasak, Tiara masuk kamar utama. Hendak memberi tahu suaminya bahwa sarapan sudah siap. Betapa kagetnya Tiara saat melihat Rian sudah siap dengan baju kerjanya. Pria itu sudah menyisir rambut, memakai kaos kaki lalu menenteng tas kerja di punggung dan tangannya.

“Kamu mau langsung berangkat kerja Mas?” tanya Tiara heran.

Rian tidak menjawab pertanyaan sang istri. Dia pergi begitu saja tanpa berpamitan. Tidak ada sesi pamitan mesra seperti yang biasanya mereka lakukan. Biasanya Tiara akan menyalami tangan Rian yang dibalas dengan kecupan mesra di dahi dan pipi. Perubahan sikap Rian membuat Tiara bingung dan sedih.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mas Rian tiba-tiba marah padaku?” tanya wanita itu penasaran.

Tiara berjalan gontai ke dapur dimana anak-anak sudah menunggu. Tiara menarik kursi yang biasa ia tempati. Mengambil nasi dan lauk untuk Anggrek dan Lily. Baru mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Tiara dapat melihat tanda tanya di wajah kedua putrinya melihat ia datang sendiri ke dapur. Tidak ada Rian yang menyusul.

“Ayah belum bangun Bu?” Anggrek melongokan kepalanya. Berharap melihat Rian turun dari sudut tangga yang masih terlihat dari dapur.

“Kok Ayah nggak makan sama kita?” Lily ikut bertanya dengan suara yang menggemaskan. Tiara bingung harus menjawab apa. Dia masih terdiam. Memikirkan alasan kenapa Rian melewatkan sarapan bersama mereka.

“Ayah belum pulang. Tadi malam baru telepon kalau harus pergi keluar kota untuk menemani bosnya.”

“Yaaah,” seru Lily kecewa.

Hari itu bergulir cepat. Langit cerah berubah gelap. Tiara hendak bertanya pada Rian saat ia pulang ke rumah. Namun sama seperti hari sebelumnya, Rian tidak pulang hingga tengah malam. Tiara baru melihat keberadaan suaminya saat bangun hendak salat subuh. Rian juga tidak mau lagi salat berjamaah dengan keluarga kecilnya.

Perubahan sikap Rian juga dirasakan oleh anak-anak. Pria itu menjadi tak acuh pada Anggrek dan Lily. Hari demi hari sudah berlalu. Genap sebulan perubahan sikap Rian. Berulang kali, Tiara bertanya, pria itu memilih bungkam. Jika sebelumnya Rian akan menatap Tiara marah, Rian menjadi jadi mengabaikan keberadaan sang istri.

Meski sudah berubah, tetapi Rian tidak ingin orang tuanya tahu. Dua hari sebelum orang tuanya datang berkunjung, Rian menghampiri Tiara yang tengah melipat baju di depan TV. Melihat Rian mau duduk disampingnya lagi membuat Tiara tersenyum senang.

“Tetaplah bersikap biasa saat orang tuaku datang. Jangan mengadu tentang masalah kita,” kata Rian dingin.

Senyum di bibir Tiara seketika luntur. Dia mengira Rian akhirnya mau bicara lagi dengannya. Ternyata untuk membahas kedatangan orang tua pria itu. Tiara menahan tangis. Dia kembali melipat pakaian. Memilih mendengarkan setiap ucapan Rian.

“Katakan juga pada anak-anak agar tidak mengadu pada kakung dan uti mereka. Aku tidak mau membuat penyakit ibu tambah parah,” ucap Rian lalu berdiri. Tiara segera menahan tangan suaminya.

“Apa salahku sampai kau berubah Mas? Jangan terus bersikap seperti ini.” Tiara menatap punggung lebar Rian yang berdiri tegak membelakanginya.

“Kau tidak perlu tahu.” Rian melepas pegangan Tiara lalu berjalan pergi.

Tiara menutup album foto lalu memasukannya lagi ke kotak. Masa lalu sudah tertinggal. Setelah empat tahun tidak tahu apapun tentang perubahan sikap suaminya, Tiara akhirnya tahu penyebabnya. “Besok aku harus mencari toko service agar bisa membuka layar ponsel yang kutemukan.”

Karena meras haus, Tiara berjalan keluar kamar. Dia mendengar suara Rian yang tengah bicara. Langkahnya terhenti, diam-diam Tiara menempelkan telinganya di pintu agar bisa mendengar suara Rian lebih jelas lagi.

“Kapan aku harus menceraikan Tiara? Aku sudah tidak tahan lagi sayang. Toh dia juga sudah tahu tentang hubungan kita.” Suara Rian yang pelan terdengar jelas di telinga Tiara, membuat wanita itu terkesiap kaget.

“Berarti aku harus menunggu sampai anak kita lahir baru membongkar kebusukan Tiara.” Perkataan Rian selanjutnya membuat badan Tiara semakin lemas.

‘Ternyata Mas Rian mempertahankan pernikahan ini bukan karena keinginannya, tetapi karena Dina.’ Batin Tiara menangis pilu.

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 6

    Tiara menutup matanya. Air mata mengalir dari sela-sela jari. Dia tidak bisa lagi menahan tangis yang menyesakan dada. Masih terdengar suara Rian di kamar yang bicara dengan lembut untuk Dina. Berbeda saat pria itu bicara dengan Tiara dan anak-anak mereka. Datar dan dingin. Seolah mereka adalah orang asing untuk Rian.“Kamu pengertian sekali sayang. Padahal Ibu pernah berkata buruk padamu, tetapi kamu masih memikirkan kesehatan Ibu. Kamu benar. Aku harus memikirkan cara yang tepat agar tidak membuat penyakit jantung Ibu semakin buruk. Beliau pasti sangat terkejut kalau aku memberi tahu Tiara sudah selingkuh dengan pria lain.” Rian kembali bicara tentang ibunya.Ibu mertua Tiara divonis mengidap penyakit jantung lima tahun lalu. Seluruh keluarga kompak menjaganya agar penyakit ibunya Rian tidak kambuh. Termasuk tidak memberi tahu berita buruk yang terjadi. Karena itulah Rian selalu berpura-pura mesra dihadapan orang tuanya. Agar ibu mertua Tiara tidak curiga ada masalah di rumah tangga

    Last Updated : 2024-10-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 7

    Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala

    Last Updated : 2024-11-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Last Updated : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Last Updated : 2024-11-04
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 10

    “Iya Bu,” jawab Tiara. Ia merasa heran karena ibu mertuanya terdengar membenci Dina saat membicarakan nama wanita itu.“Kenapa Rian bisa berubah Nduk? Apa yang sudah wanita itu lakukan hingga mempengaruhi Rian?” tanya Bu Mirna penasaran.Tiara menunjukkan foto dengan wajahnya dan pria asing. Dengan suara lirih, Dina menceritakan temuannya tentang foto-foto ini lalu membawanya ke pakar telematika. Tidak lupa wanita itu juga menunjukkan bukti yang diberikan Haris jika foto itu sudah diedit. Tiara bukan wanita yang ada dalam foto.“Dasar bodoh. Bisa-bisanya Rian lebih percaya dengan wanita itu tanpa menanyakannya lebih dulu padamu,” geram Bu Mirna tidak habis pikir.“Padahal dulu Rian sudah menuruti permintaan Ibu untuk menjauhi Dina. Kenapa sekarang dia lebih percaya dengan wanita itu.” Bu Mirna mengusap wajahnya kesal. Pandangannya tertuju pada tembok.“Mungkin Mas Rian memang tidak bisa melupakan Dina, Bu. Dia menikahiku hanya sebatas pelarian. Saat mantan pacarnya memberikan bukti pal

    Last Updated : 2024-11-05
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 11

    Tiara segera pergi saat Dina berbalik. Dia tidak tahu apa minuman yang ingin diberikan Dina pada mertuanya, tetapi ia punya firasat buruk jika minuman itu mengandung racun. Wanita itu duduk disamping Bu Mirna lalu berbisik, “Aku melihat Dina memasukan sesuatu ke botol air Bu. Sepertinya ada yang aneh.” “Wanita itu memang gila. Kamu jangan minum air yang Dina berikan Nduk,” bisik Bu Mirna. Tidak lama kemudian Dina datang. Ia meletakan empat botol air di meja. “Maaf kalau saya mengganggu. Sebagai permintaan maaf, saya hanya bisa memberikan botol air.” “Tidak perlu. Kita langsung bicara pada intinya. Apa yang hendak kalian lakukan dengan pria ini?” sela Pak Joko menunjuk pria misterius yang duduk di bawah. “Setidaknya berterima kasihlah pada Dina, Yah,” ujar Rian tidak terima pacarnya diabaikan. Rian seperti buta karena cinta hingga terus membela Dina. “Jangan bertele-tele. Apa yang sedang kalian rencanakan?” Pak Joko tidak peduli dengan keluhan Rian. Tiara tersenyum sinis menatap

    Last Updated : 2024-11-06
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 12

    “Tidak mungkin Bu. Untuk apa Dina memberikan guna-guna,” bantah Tiara tidak percaya.“Ibu sudah mengira jika kamu tidak bisa percaya begitu saja. Namun ini kenyataannya Nduk. Lima belas tahun lalu Dina pernah membuat Rian kabur dari rumah karena kami tidak setuju dengan hubungan mereka. Ibu mencari tahu siapa Dina. Orang tuanya bekerja di sawah milik dukun.”“Hanya itu Bu?” tanya Tiara skeptis.“Setelah kami cari tahu, orang tua Dina juga suka berhutang. Banyak rentenir dan orang bank yang menunggu di depan rumah. Ibu tidak ingin Dina menikah dengan Rian karena takut wanita itu hanya memaanfaatkan kekayaan kami. Sehari setelah kami menolak hubungan mereka, Rian kabur dari rumah. Kami membiarkan untuk memberi pelajaran bahwa tidak semua keinginan anak harus dituruti,Meski begitu, Ayah tetap meminta bantuan pada saudara yang menjadi polisi untuk melacak keberadaan Rian. Belum sempat kami melakukan pencarian, dia pulang ke rumah. Minta maaf dan memohon restu untuk hubungan mereka. Ibu t

    Last Updated : 2024-11-12
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 13

    Pandangan Tiara berkunang-kunang, kepalanya pusing, perlahan pandangannya gelap. Rian yang melihat Tiara pingsan hanya bisa terpaku. Dia tidak menyangka bisa menampar sang istri seperti tadi. Di belakang Rian, Dina tersenyum puas. Tidak ada belas kasihan di wajah bengisnya.“Ibu.” Teriakan Lily dan Nana membuat Rian mundur. Tubuhnya bergetar ketakutan. Begitu juga Dina yang tidak menyangka ada saksi yang melihat. Belum sempat Rian bereaksi, ia melihat Anggrek berlari keluar.“Tolooooong. Tolong Ibu saya,” teriak Anggrek membuat banyak warga datang ke rumah mereka.Dina berlari, sembunyi di kamar Rian. Sedangkan Rian segera menggotong tubuh Tiara. “Tolong saya Pak. Kita bawa Tiara ke Puskesmas sekarang.”Hatinya benar-benar cemas. Tidak pernah terbersit dalam pikiran Rian akan membuat Tiara celaka. Syukurlah Tiara sadar begitu mereka tiba di IGD. Jarak rumah ke Puskesmas yang cukup dekat membuat Tiara cepat tertolong. Wanita itu sudah sadar saat kepalanya diobati. Kain kasa menempel di

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 57

    Semua teka-teki akhirnya terjawab. Rian menghela nafas. Menutup matanya dengan punggung tangan. Satu hal yang mengganjal harus segera ia tanyakan pada Aurel. Karena Rian tidak mungkin menjaga Dina dan orang tuanya selama dua puluh empat jam sampai Aurel berhasil melakukan rencananya.Rian kembali mengetikan pesan yang menjadi keresahannya saat ini. Setidaknya dia bisa mendapat bantuan dari Aurel.[Maaf jika saya bertanya seperti ini padahal anda sudah memercayakan saya untuk menjaga Dina dan kedua orang tuanya. Saya tidak hanya ingin bertanya, apakah ad acara lain saya menjaga Dina? Karena tidak mungkin saya mengawasinya selama dua puluh empat jam per minggu.]Tidak membutuhkah waktu lama untuk Aurelmembalas pesannya. Sepertinya wanita itu sedang memegang ponsel hingga bisa membalas pesan Rian dengan lebih leluasa.[Tenang saja. Aku sudah menempatkan orang suruhan untuk mengawasi gerak-gerik Dina dan orang tuanya. Kamu cukup menjaganya tetap disisimu sebagai pasangan suami istri. Dina

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 56

    Rian menghubungkan semua percakapannya dengan Aurel. Termasuk rencana atasannya untuk menahan Dina agar tetap di kota ini. Aurel selalu menjelaskan sepotong demi sepotong. Seolah ia ingin Rian memecahkan teka-teki yang sudah ia susun. Kali ini teka-teki itu adalah tentang dompet Aurel yang berada di kamarnya dan Dina.Hanya ada kartu KTP dan kertas-ketas nota berisi pengambilan uang yang kosong. Rian merasa aneh karena Dina bisa menguras semua uang di kartu-kartu ini. Tidak mungkin Aurel teledor membiarkan orang lain tahu kartu pinnya.“Kecuali kalau ini adalah jebakan,” gumam Rian yang baru menyadari rencana Aurel.Pria itu meletakan dompet Aurel di tempatnya semula. Dia keluar dari kamar dan kembali ke ruang kerjanya. Pria itu merasa perlu menghubungi atasannya. Bagaimanapun juga dia harus tahu detail rencana Aurel.Dia mengirim pesan pada Aurel. Tanpa mereka sadari hubungan atasan dan bawahan sudah berubah selayaknya rekan kerja setara. Sejujurnya Rian merasa Aurel adalah orang yan

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 55

    Rian bisa masuk ke ruang kerjanya dengan mudah. Menyembunyikan botol air dan makanan ke lemari berisi dokumen. Rian juga tidak menyingkirkan semua dokumen itu meski dia sudah resign. Setelah memasukan semua cemilan ke lemari, dia menguncinya dua kali lalu mencabut kunci yang sudah jadi satu dengan kunci mobil dan rumah.Jam tujuh tepat, Dina mengetuk pintu. Waktunya makan malam. Rian pura-pura tidur. Dia masih harus mencari banyak cara agar tidak memakan makanan yang mereka berikan. Karena tidak ada sahutan dari sang suami, Dina membuka pintu. Melihat Rian yang kepalanya rebah di atas meja.“Yah. Mas Rian ketiduran.” Suara Dina terdengar semakin jelas saat masuk ke ruangannya.Tidak lama kemudian Dina keluar. Rian masih bertahan dengan posisinya. Dina masuk lagi lalu meletakan makanan yang sudah ibunya masak di atas nakas. “Aku harap kau mau melunak pada kami Mas,” gumam Dina di telinga Rian. Dia tidak sadar kalau Rian tidak terlelap. Pria itu bisa mendengar dengan jelas perkataan ist

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 54

    “Bapak yakin cara ini akan manjur?” tanya Dina heran. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Rian segera sembunyi dibalik tembok. Tidak ingin ketahuan sedang mengintip kegiatan istri muda dan orang tuanya.“Kita coba saja dulu. Toh foto yang kamu berikan bukan milik mereka. Kita sudah memotret Rian, Tiara dan keluarganya diam—diam lalu menceoatmk foto itu sendiri,” jawab bapak Dina menjelaskan semuanya.“Kenapa kita harus melakukan hal ini Pak? Toh kita juga akan pindah ke Lombok.”“Kamu kira bisa pergi dengan bebas saat kamu masih menikah dengan Rian? Kamu itu sadar atau tidak sih Din kalau itu sudah diawasi sejak pindah kesini sama mertuamu. Bapak baru tahu kalau ada kamera CCTV tersembunyi di rumah. Semua pergerakan kita akan ketahuan.” Bapak Dina menoleh sejenak. Rian bisa melihat dengan jelas wajahnya yang cemong dengan asap pembakaran.Bau menyengat yang semakin menusuk membuat Rian menutup hidungnya. Dia baru sadar kalau ini adalah bau kemenyan. Tiba-tiba bulu kuduknya bergidi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 53

    Rian bisa bekerja dengan tenang. Dia melajutkan pekerjaannya. Membuat rekap selama setahun terakhir, termasuk menyertakan kesalahan yang sempat ia perbuat. Walau menurut Aurel penggantinya sudah dipersiapkan untuk menjaga rahasia mereka. Namun dia tidak mau orang baru itu menghubunginya hanya untuk menanyakan tentang masa lalu yang hampir menjebloskannya ke penjara.Sore harinya pekerjaan sudah selesai. Lia membuka pintu. Sudah memakai jaket dan maskernya. Bersiap hendak pulang. Seperti biasa wanita itu hendak pamit pada atasannya jika beluk keluar dari ruangan.“Pak Rian mau lembur ya?” tanyanya memastikan. Di belakang Lia, Dina melongok ke dalam. Memastikan sang suami nanti bisa pulang bersamanya.“Iya. Kamu bisa tolong saya sebentar Lia. Soalnya tadi pagi kamu yang memegang pekerjaan ini,” pinta Rian menunjukkan berkas yang diletakan Lia di mejanya sebagai alasan.“Baiklah,” jawab Lia ringan. Sudah biasa baginya jika ada pekerjaan tambahan.“Kalau begitu saya duluan Pak,” pamit Di

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 52

    “Apa?” Danu hampir menyemburkan makanannya. Untung saja pria itu bisa menelan smeuanya hingga tandas.“Kamu bencanda Yan?” tanya Danu tidak percaya. Rian menggeleng. Wajahnya masih serius seperti tadi.“Aku nggak bercanda Dan. Aku serius.” Rian menghela nafas lalu menceritakan semuyanya pada Danu.Dia tidak perduli jika Danu tidak percaya dengan ceritanya. Karena satu-satunya orang yang bisa ia percaya di kantor hanya Danu. Apalagi Danu juga bekerja untuk Aurel. Di titik dimana Rian sadar hari ini kalau sudah mendapat guna-guna dari Dina.Ia ingin berpisah dari Dina sekarang juga atau mencampakan istri mudanya di hari pernikahan mereka. Namun perjanjiannya dengan Aurel membuat Rian tidak bisa mewujudkan keinginannya.“Aku masih harus menjaga Dina untuk satu bulan ke depan. Sampai Bu Aurel selesai melakukan pekerjaannya yang entah aku tidak tahu apa. Aku bingung Dan. Bagaimana caraku membohongi Dina?”Danu masih diam. Tangannya bertumpu di atas meja. Dia tidak bisa banyak berkomentar d

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 51

    Rian memandang lurus ke depan. Dina melambaikan tangan di depan wajah suaminya. Wanita itu belum menyadari apa yang terjadi. Dia mengambil botol yang sudah ia campur dengan air merah lalu memberikannya pada Rian.“Minum dulu Mas.” Dina mengulurkan botol air itu tepat di depan wajah sang suami.“Terima kasih Din,” jawab Rian tanpa menoleh.Pria itu berusaha menata pikirannya. Dia mengatur ekspresi sedemikian rupa agar Dina tidak curiga. Saat menoleh, Rian bisa menampilkan senyum palsu yang tampak normal di mata Dina.“Maaf aku injak rem mendadak. Tadi ada anak kecil lewat. Kamu tidak lihat?” tanya Rian memastikan. Dina menggeleng.“Tidak. Aku sibuk berkirim pesan dengan tukang dekor. Ya sudah jalankan lagi mobilnya. Kita harus sampai di kantor tepat waktu.” Dina mengembalikan botol air ke tempatnya.“Oke.”Seperti biasa, Dina akan turun di halte yang jaraknya cukup jauh dari kantor. Rian melanjutkan perjalanan seorang diri. Di mobil, pria itu berpikir bagaimana cara membohongi Dina ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 50

    Dina berhasil menemukan dua gaun yang ia sukai. Setelah urusan baju pengantin selesai, Dina mengajak Rian pergi ke MUA langganannya. Seorang MUA yang terkenal di kalangan selebgram.“Aku sudah lama akrab dengannya. Dia tidak menuntut kliennya memakai gaun pengantin di butiknya. Jadi, tidak akan masalah kalau kita hanya memakai jasa riasnya saja.” Cerita Dina semangat. Dia tidak sabar menantikan seperti apa penampilannya di hari pernikahan resminya dengan Rian.Meskipun Dina tidak bisa membayangkan reaksi teman-teman sekantornya saat melihat ia berdampingan dengab Rian di atas pelaminan. Wanita itu tidak tahu kalau kemungkinan besar mereka tidak jadi mengundang teman-teman kantor karena Rian sudah resign lebih dulu.Kemarin Rian sudah membicarakan hal ini dengan orang tua dan istri pertamanya. Karena Rian diam-diam keluar dari perusahaan berkat bantuan Aurel, akan menjadi banyak tanda tanya untuk karyawan yang lain.“Bagaimana kalau aku batal mengundang teman-teman kantorku? Aku tidak

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 49

    Dina bergaya di depan cermin. Disaat Tiara masih menikmati waktu dengan Rian di rumah mereka. Hari ini dia senang sekali bisa pergi dengan Rian setelah sekian lama bersembunyi. Dina juga tidak perlu takut ada yang memergoki mereka karena statusnya yang sudah sah jadi istri siri Rian. Apalagi mereka akan meresmikan pernikahan secara sah dimata hukum.Wanita itu tidak mengetahui jika besok adalah hari terakhir Rian bekerja. Berkat bantuan Aurel tidak ada satu orangpun yang tahu tentang alasan pengunduruan diri Rian dan Dian. Itu berarti Dina akan bekerja beberapa hari tanpa Rian.Jam sembilan pagi, terdengar mobil yang berhenti di depan rumahnya. Dina memasukan ponsel dan dompet ke tas lalu berjalan keluar. Dia memakai kemeja kerja dan rok selutut seperti biasa. Karena setelah dari butik mereka akan langsung pergi ke kantor untuk bekerja.Sebelum keluar, Dina mengintip dari jendela. Dia hanya ingin berjaga-jaga jika Dukun Deri atau Pak Hermawan yang datang. Memang benar jika mobil Rian

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status