Share

Bab 5

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-10-02 19:53:48

Tiara menggeleng. Dia menyembunyikan getar tangannya dibalik punggung. “Tidak. Bagaimana aku bisa masuk jika kamar selalu kau kunci?”

“Jangan bohong. Tadi pagi aku meninggalkan ponsel di kamar. Karena terburu-buru aku tidak sempat mengambilnya dan lupa mengunci pintu. Siapa lagi yang akan mengambil ponsel itu selain kamu.”

“Kalau tidak percaya periksa saja kamar ini. Geledah semuanya.” Tantang Tiara seolah tidak ada ponsel Rian yang ia sembunyikan.

Rian mendengkus kesal. Berjalan ke tempat tidur. Meraba setiap inci seprai. Memeriksa bantal dan guling. Membuka semua laci lalu kembali ke hadapan Tiara. “Minggir.”

Pria itu membuka lemari kanan. Memeriksa semua pakain Tiara yang tergantung. Lalu memeriksa pintu kiri. Mengeluarkan semua pakaian Tiara yang sudah terlipat rapi. Tiara hanya bisa menghela nafas. Mengambil semua pakaiannya lalu meletakan di tempat tidur. Saat berbalik, Tiara melihat Rian jongkok. Tubuh suaminya seperti mematung dengan pandangan tertuju pada kotak berisi foto pernikahan mereka.

Jantung Tiara berdegup kencang. Dia takut Rian akan membuka kotak itu. Keringat dingin mulai membasahi tangannya. Tiara terus menatap Rian yang masih diam di tempat yang sama. Tiba-tiba saja Rian berdiri lalu keluar kamar. Tidak menyentuh kotak itu sama sekali.

“Alhamdulillah,” ucap Tiara lega.

Tiara melipat semua pakaiannya selama satu jam. Menatanya kembali seperti semula. Pandangan Tiara tertuju pada kotak itu. Dia membuka kotak lalu mengambil album pernikahan. Tiara duduk di tepi tempat tidur. Membuka satu per satu foto yang menampilkan betapa bahagianya mereka sebagai pengantin baru. Di halaman terakhir adalah foto peringatan hari jadi pernikahan Rian dan Tiara yang kesembilan tahun.

Rian mengusulkan agar mereka memakai baju pernikahan yang berbeda. Tidak lupa mendadani Anggrek dan Lily dengan pakaian serupa. Mengambil foto bersama sebagai kado pernikahan kesembilan. Wajah mereka sangat ceria di foto itu. Sembilan tahun pernikahan yang sangat indah hingga sikap Rian tiba-tiba saja berubah.

Masih terekam dengan jelas dalam ingatan kejadian empat tahun lalu. Hari itu Tiara menemani Anggrek dan Lily menonton TV di lantai satu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun Rian tidak kunjung pulang. Hingga jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, tidak terdengar suara mobil suaminya. Saat itu Tiara sudah berada di kamar Anggrek dan Lily. Usia mereka baru delapan tahun dan tiga tahun.

“Kapan Ayah pulang Bu?” tanya Lily sambil memandang jarum jam yang terus bergerak.

“Mungkin tengah malam Dek. Tadi Ayah kirim pesan kalau harus lembur malam ini.” Tiara memegang lehernya bingung. Kebiasaannya jika berbohong.

“Tumben Ayah lembur Bu. Biasanya kalau ada pekerjaan dibawa pulang. Aku dan Lily sering bermain di ruangan Ayah kalau sedang bekerja di rumah.” Kening Anggrek mengkerut heran. Di usia delapan tahun, Anggrek termasuk anak yang kritis, peka dan banyak bertanya.

“Karena ada pergantian pimpinan Kak. Sederhananya bos Ayah diganti. Jadi Ayah terpaksa lembur.” Tiara terpaksa terus berbohong karena tidak ingin membuat anak-anak khawatir.

“Oh begitu.”

Saat anak-anak sudah tidur, Tiara turun ke lantai satu. Dia berjalan bolak-balik di ruang tengah sambil memegang ponsel. Terus menelepon Rian. Walaupun teleponnya tidak kunjung diangkat. Bahkan Rian menolak teleponnya. Membuat perasaan Tiara jadi tidak enak.

Tiara duduk di sofa. Dia tidak menyerah. Terus menghubungi Rian. Meski berulang kali ditolak. Puncaknya Rian tidak bisa dihubungi lagi. Karena tubuhnya juga sudah merasa lelah, Tiara berbaring di sofa. “Mudah-mudahan Mas Rian segera pulang.”

Tanpa sadar Tiara sudah tidur di sofa. Dia terbangun saat mendengar adzan subuh berkumandang. Wanita itu terlonjak kaget saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Dia segera bangun lalu berlari masuk ke kamar.

“Mas Rian.” Tiara membuka pintu sambil memanggil nama suaminya. Rian tidur dengan posisi terngkurap.

Ia menghela nafas lega melihat keberadaan sang suami. Tiara berjalan mendekat. Hendak membangunkan Rian untuk salat subuh berjamaah. Langkahnya terhenti karena mencium bau yang menyengat. Bau yang tidak pernah Tiara cium sebelumnya.

“Bau apa ini?” tanya Tiara heran. Dia duduk disamping Rian lalu menggoyang tubuh suaminya.

“Bangun Mas. Salat subuh dulu,” kata Tiara mengingatkan. Dia ingin segera bertanya bau apa yang saat ini sedang bersarang di tubuh pria itu.

“Hnnng.” Rian mendorong tangan Tiara kesal.

“Pergi sana.”

“Tapi Mas.”

“Aku bilang pergi,” bentak Rian yang tiba-tiba bangun. Menatap Tiara dengan mata merah. Tiara semakin heran karena tiba-tiba saja pria itu marah padanya.

Tidak ingin ada keributan di pagi hari, Tiara mengalah. Dia bangkit lalu keluar dari kamar. Naik ke lantai dua untuk membangunkan anak-anak. Setelah salah subuh hanya dengan Anggrek dan Lily, Tiara memilih memasak bekal anak-anak dan suaminya.

Dia ingin bicara dengan Rian saat mereka akan sarapan. Setelah selesai memasak, Tiara masuk kamar utama. Hendak memberi tahu suaminya bahwa sarapan sudah siap. Betapa kagetnya Tiara saat melihat Rian sudah siap dengan baju kerjanya. Pria itu sudah menyisir rambut, memakai kaos kaki lalu menenteng tas kerja di punggung dan tangannya.

“Kamu mau langsung berangkat kerja Mas?” tanya Tiara heran.

Rian tidak menjawab pertanyaan sang istri. Dia pergi begitu saja tanpa berpamitan. Tidak ada sesi pamitan mesra seperti yang biasanya mereka lakukan. Biasanya Tiara akan menyalami tangan Rian yang dibalas dengan kecupan mesra di dahi dan pipi. Perubahan sikap Rian membuat Tiara bingung dan sedih.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mas Rian tiba-tiba marah padaku?” tanya wanita itu penasaran.

Tiara berjalan gontai ke dapur dimana anak-anak sudah menunggu. Tiara menarik kursi yang biasa ia tempati. Mengambil nasi dan lauk untuk Anggrek dan Lily. Baru mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Tiara dapat melihat tanda tanya di wajah kedua putrinya melihat ia datang sendiri ke dapur. Tidak ada Rian yang menyusul.

“Ayah belum bangun Bu?” Anggrek melongokan kepalanya. Berharap melihat Rian turun dari sudut tangga yang masih terlihat dari dapur.

“Kok Ayah nggak makan sama kita?” Lily ikut bertanya dengan suara yang menggemaskan. Tiara bingung harus menjawab apa. Dia masih terdiam. Memikirkan alasan kenapa Rian melewatkan sarapan bersama mereka.

“Ayah belum pulang. Tadi malam baru telepon kalau harus pergi keluar kota untuk menemani bosnya.”

“Yaaah,” seru Lily kecewa.

Hari itu bergulir cepat. Langit cerah berubah gelap. Tiara hendak bertanya pada Rian saat ia pulang ke rumah. Namun sama seperti hari sebelumnya, Rian tidak pulang hingga tengah malam. Tiara baru melihat keberadaan suaminya saat bangun hendak salat subuh. Rian juga tidak mau lagi salat berjamaah dengan keluarga kecilnya.

Perubahan sikap Rian juga dirasakan oleh anak-anak. Pria itu menjadi tak acuh pada Anggrek dan Lily. Hari demi hari sudah berlalu. Genap sebulan perubahan sikap Rian. Berulang kali, Tiara bertanya, pria itu memilih bungkam. Jika sebelumnya Rian akan menatap Tiara marah, Rian menjadi jadi mengabaikan keberadaan sang istri.

Meski sudah berubah, tetapi Rian tidak ingin orang tuanya tahu. Dua hari sebelum orang tuanya datang berkunjung, Rian menghampiri Tiara yang tengah melipat baju di depan TV. Melihat Rian mau duduk disampingnya lagi membuat Tiara tersenyum senang.

“Tetaplah bersikap biasa saat orang tuaku datang. Jangan mengadu tentang masalah kita,” kata Rian dingin.

Senyum di bibir Tiara seketika luntur. Dia mengira Rian akhirnya mau bicara lagi dengannya. Ternyata untuk membahas kedatangan orang tua pria itu. Tiara menahan tangis. Dia kembali melipat pakaian. Memilih mendengarkan setiap ucapan Rian.

“Katakan juga pada anak-anak agar tidak mengadu pada kakung dan uti mereka. Aku tidak mau membuat penyakit ibu tambah parah,” ucap Rian lalu berdiri. Tiara segera menahan tangan suaminya.

“Apa salahku sampai kau berubah Mas? Jangan terus bersikap seperti ini.” Tiara menatap punggung lebar Rian yang berdiri tegak membelakanginya.

“Kau tidak perlu tahu.” Rian melepas pegangan Tiara lalu berjalan pergi.

Tiara menutup album foto lalu memasukannya lagi ke kotak. Masa lalu sudah tertinggal. Setelah empat tahun tidak tahu apapun tentang perubahan sikap suaminya, Tiara akhirnya tahu penyebabnya. “Besok aku harus mencari toko service agar bisa membuka layar ponsel yang kutemukan.”

Karena meras haus, Tiara berjalan keluar kamar. Dia mendengar suara Rian yang tengah bicara. Langkahnya terhenti, diam-diam Tiara menempelkan telinganya di pintu agar bisa mendengar suara Rian lebih jelas lagi.

“Kapan aku harus menceraikan Tiara? Aku sudah tidak tahan lagi sayang. Toh dia juga sudah tahu tentang hubungan kita.” Suara Rian yang pelan terdengar jelas di telinga Tiara, membuat wanita itu terkesiap kaget.

“Berarti aku harus menunggu sampai anak kita lahir baru membongkar kebusukan Tiara.” Perkataan Rian selanjutnya membuat badan Tiara semakin lemas.

‘Ternyata Mas Rian mempertahankan pernikahan ini bukan karena keinginannya, tetapi karena Dina.’ Batin Tiara menangis pilu.

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 6

    Tiara menutup matanya. Air mata mengalir dari sela-sela jari. Dia tidak bisa lagi menahan tangis yang menyesakan dada. Masih terdengar suara Rian di kamar yang bicara dengan lembut untuk Dina. Berbeda saat pria itu bicara dengan Tiara dan anak-anak mereka. Datar dan dingin. Seolah mereka adalah orang asing untuk Rian.“Kamu pengertian sekali sayang. Padahal Ibu pernah berkata buruk padamu, tetapi kamu masih memikirkan kesehatan Ibu. Kamu benar. Aku harus memikirkan cara yang tepat agar tidak membuat penyakit jantung Ibu semakin buruk. Beliau pasti sangat terkejut kalau aku memberi tahu Tiara sudah selingkuh dengan pria lain.” Rian kembali bicara tentang ibunya.Ibu mertua Tiara divonis mengidap penyakit jantung lima tahun lalu. Seluruh keluarga kompak menjaganya agar penyakit ibunya Rian tidak kambuh. Termasuk tidak memberi tahu berita buruk yang terjadi. Karena itulah Rian selalu berpura-pura mesra dihadapan orang tuanya. Agar ibu mertua Tiara tidak curiga ada masalah di rumah tangga

    Last Updated : 2024-10-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 7

    Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala

    Last Updated : 2024-11-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Last Updated : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Last Updated : 2024-11-04
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 10

    “Iya Bu,” jawab Tiara. Ia merasa heran karena ibu mertuanya terdengar membenci Dina saat membicarakan nama wanita itu.“Kenapa Rian bisa berubah Nduk? Apa yang sudah wanita itu lakukan hingga mempengaruhi Rian?” tanya Bu Mirna penasaran.Tiara menunjukkan foto dengan wajahnya dan pria asing. Dengan suara lirih, Dina menceritakan temuannya tentang foto-foto ini lalu membawanya ke pakar telematika. Tidak lupa wanita itu juga menunjukkan bukti yang diberikan Haris jika foto itu sudah diedit. Tiara bukan wanita yang ada dalam foto.“Dasar bodoh. Bisa-bisanya Rian lebih percaya dengan wanita itu tanpa menanyakannya lebih dulu padamu,” geram Bu Mirna tidak habis pikir.“Padahal dulu Rian sudah menuruti permintaan Ibu untuk menjauhi Dina. Kenapa sekarang dia lebih percaya dengan wanita itu.” Bu Mirna mengusap wajahnya kesal. Pandangannya tertuju pada tembok.“Mungkin Mas Rian memang tidak bisa melupakan Dina, Bu. Dia menikahiku hanya sebatas pelarian. Saat mantan pacarnya memberikan bukti pal

    Last Updated : 2024-11-05
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 11

    Tiara segera pergi saat Dina berbalik. Dia tidak tahu apa minuman yang ingin diberikan Dina pada mertuanya, tetapi ia punya firasat buruk jika minuman itu mengandung racun. Wanita itu duduk disamping Bu Mirna lalu berbisik, “Aku melihat Dina memasukan sesuatu ke botol air Bu. Sepertinya ada yang aneh.” “Wanita itu memang gila. Kamu jangan minum air yang Dina berikan Nduk,” bisik Bu Mirna. Tidak lama kemudian Dina datang. Ia meletakan empat botol air di meja. “Maaf kalau saya mengganggu. Sebagai permintaan maaf, saya hanya bisa memberikan botol air.” “Tidak perlu. Kita langsung bicara pada intinya. Apa yang hendak kalian lakukan dengan pria ini?” sela Pak Joko menunjuk pria misterius yang duduk di bawah. “Setidaknya berterima kasihlah pada Dina, Yah,” ujar Rian tidak terima pacarnya diabaikan. Rian seperti buta karena cinta hingga terus membela Dina. “Jangan bertele-tele. Apa yang sedang kalian rencanakan?” Pak Joko tidak peduli dengan keluhan Rian. Tiara tersenyum sinis menatap

    Last Updated : 2024-11-06
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 12

    “Tidak mungkin Bu. Untuk apa Dina memberikan guna-guna,” bantah Tiara tidak percaya.“Ibu sudah mengira jika kamu tidak bisa percaya begitu saja. Namun ini kenyataannya Nduk. Lima belas tahun lalu Dina pernah membuat Rian kabur dari rumah karena kami tidak setuju dengan hubungan mereka. Ibu mencari tahu siapa Dina. Orang tuanya bekerja di sawah milik dukun.”“Hanya itu Bu?” tanya Tiara skeptis.“Setelah kami cari tahu, orang tua Dina juga suka berhutang. Banyak rentenir dan orang bank yang menunggu di depan rumah. Ibu tidak ingin Dina menikah dengan Rian karena takut wanita itu hanya memaanfaatkan kekayaan kami. Sehari setelah kami menolak hubungan mereka, Rian kabur dari rumah. Kami membiarkan untuk memberi pelajaran bahwa tidak semua keinginan anak harus dituruti,Meski begitu, Ayah tetap meminta bantuan pada saudara yang menjadi polisi untuk melacak keberadaan Rian. Belum sempat kami melakukan pencarian, dia pulang ke rumah. Minta maaf dan memohon restu untuk hubungan mereka. Ibu t

    Last Updated : 2024-11-12
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 13

    Pandangan Tiara berkunang-kunang, kepalanya pusing, perlahan pandangannya gelap. Rian yang melihat Tiara pingsan hanya bisa terpaku. Dia tidak menyangka bisa menampar sang istri seperti tadi. Di belakang Rian, Dina tersenyum puas. Tidak ada belas kasihan di wajah bengisnya.“Ibu.” Teriakan Lily dan Nana membuat Rian mundur. Tubuhnya bergetar ketakutan. Begitu juga Dina yang tidak menyangka ada saksi yang melihat. Belum sempat Rian bereaksi, ia melihat Anggrek berlari keluar.“Tolooooong. Tolong Ibu saya,” teriak Anggrek membuat banyak warga datang ke rumah mereka.Dina berlari, sembunyi di kamar Rian. Sedangkan Rian segera menggotong tubuh Tiara. “Tolong saya Pak. Kita bawa Tiara ke Puskesmas sekarang.”Hatinya benar-benar cemas. Tidak pernah terbersit dalam pikiran Rian akan membuat Tiara celaka. Syukurlah Tiara sadar begitu mereka tiba di IGD. Jarak rumah ke Puskesmas yang cukup dekat membuat Tiara cepat tertolong. Wanita itu sudah sadar saat kepalanya diobati. Kain kasa menempel di

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 80

    Tiara berdandan di depan meja riasnya. Menutup matanya yang gelap karena sering bangun pagi untuk mengetik novel. Dia memakai pelembap, sunscreen, foundation baru yang terakhir bedak. Setidaknya wanita itu ingin menunjukkan pada orang tuanya kalau kondisinya sekarang sudah baik-baik saja. Terlepas dari prahara yang sempat membuat emosinya naik turun selama beberapa tahun terakhir.Wanita itu memakai gamis berwarna biru muda yang dipadukan dengan jilbab berwarna abu-abu. Tidak lupa ia memakai sandal tinggi untuk menunjang penampilannya dalam hal tinggi badan. Dia mengambil tas, memasukan dompet dan ponselnya kesana. Tidak lupa mengambil kunci motor dari laci.Saat keluar dari kamarnya, suasana ruang tengah terasa sepi. Tidak terdengar celoteh anak-anak karena Angggrek dan Lily sedang sekolah. Hanya Nana sendiri di lantai dua bermain ditemani kakung dan utinya. Wanita itu memutuskan untuk naik ke lantai dua guna berpamitan pada putri bungsu dan kedua mertuanya.Benar saja tebakan Tiara,

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 79

    Aktivitas Tiara pagi ini berjalan seperti biasa. Sebelum subuh dia sudah menyelesaikan dua bab novel dan mengedit bab sebelumnya. Lalu keluar kamar untuk salat subuh. Saat bertemu dengan Rian tadi, hati Tiara sempat berdebar sebentar. Entah apa penyebabnya. Mas Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disini selama rumah kontrakan itu belum dibersihkan.Ada yang berdenyut nyeri dalam sudut hatinya saat Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disana selama menunggu keputusan Tiara. Rian tidak ingin membuat Tiara merasa tersiksa dengan keegoisannya. Padahal Rian sudah ikhlas melepasnya setelah tahun-tahun menyakitkan yang harus ia lalui. Namun kenapa Tiara justru merasa sedih.“Kamu jadi pergi ke rumah orang tuamu Nduk?” tanya Bu Mirna saat mereka tengah membuat sarapan bersama. Tiara tidak perlu khawatir dengan anak-anak karena mereka bermain di lantai dua bersama Pak Joko. Persiapan sekolah Anggrek dan Lily juga sudah disiapkan. Jadi dia bisa memasak dengan tenang bersama Bu Mirna.“Jadi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 78

    Dina akhirnya dibawa pergi bersama orang tuanya. Rian berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak ada perawat atau dokter jaga yang menghentikan mereka. Rian hanya mengamati dalam diam. Aurel berhenti di ruang tunggu IGD. Pria itu memilih berdiri di belakang mantan atasannya itu.“Kita bisa bicara disini,” kata Aurel lalu duduk di kursi paling belakang.Rian mengikuti lalu duduk disampingnya. Suasana hening tidak membuat kecanggungan diantara mereka. Rian mengeluarkan sebotol air dari tasnya lalu memberikan botol itu pada Aurel.“Minum dulu Bu,” ucap Rian perhatian.Aurel mengangguk. Dia menerima botol pemberian Rian lalu berkata, “Terima kasih.”“Maaf aku menggagalkan pernikahanmu,” kata Aurel setelah hening yang cukup lama.“Tidak masalah Bu. Sebenarnya saya juga yang menyebabkan orang tua Dina sakit. Seandainya saya tidak punya niat pergi ke rumah keluarga adik saya, mungkin rencana orang tua Dina bisa berjalan mulus dan kami terpaksa tetap melangsungkan pernikahan,” kata Rian ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 77

    Apakah Dina sedih dengan kenyataan kalau dia akan berpisah dari Rian? Tentu saja sangat sedih. Namun Dina tidak bisa melakukan apapun. Setelah bicara seperti itu, Aurel justru diam saja. Dia bangkit dari kursinya lalu berbalik mendekati ranjang bapak Dina. Mata mengintimidasinya sudah sirna, berganti dengan kebencian yang mengendap setelah mengetahui semua dalang kerusuhan orang tuanya bulan lalu. Itulah bapak Dina.“Pindahkan mereka ke panti jompo milik Luna. Bawa sekalian wanita ini,” kata Aurel memberi perintah.“Baik Bu,” jawab pengawal dibelakangnya.Dina mendongak. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tubuhnya yang sudah membaik kembali gemetar hebat. Mulutnya terbuka dan tertutup. Ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satu patah katapun yang keluar. Bibirnya hanya bergerak seperti ikan koi. Tenaga Dina yang masih lemas juga belum kembali saat ada beberapa orang berbaju hitam masuk. Dua wanita yang memakai baju yang sama dengan rambut disanggul membantu Dina ber

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 76

    Tubuh Dina bergetar. Wanita yang berdiri di hadapannya benar-benar mengintimidasi. Tubuh Dina terasa lemah hingga ke tulang. Saat berusaha berdiri, ia justru terjatuh. Bersimpuh di kaki Aurel yang mengenal high heels tinggi untuk menunjang penampilannya.“Kenapa kau ketakutan seperti itu? Apakah wajahku terlihat sangat menyeramkan?” tanya Aurel dengan nada manis.Seorang pria botak bertubuh tinggi dengan badan kekar dan kacamata yang menutup matanya, mengambil kursi yang tadi ditempati oleh Dina. Aurel duduk di kursi itu. Menyilangkan kaki jenjangnya tepat di hadapan Dina. Dia menunjuk tirai yang akan menutup bed tiga dan empat di sebrang. Untunglah para keluarga yang berjaga masih tidur.Jadi mereka tidak bisa mendengar keributan di ruangan yang sama. Setidaknya Dina tidak akan merasa malu karena diperhatikan banyak orang. Dalam hatinya, wanita itu bersyukur karena Rian tidak ada disana. Jadi sang suami tidak perlu melihatnya dalam keadaan seperti ini.Dina memperbaiki posisi dudukny

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 75

    Dua jam sebelumnya saat Rian baru sampai di rumah Tiara, Dina mengikuti para perawat yang membawa orang tuanya ke ruang perawatan lantai dua. Ia sibuk berkirim pesan dengan staff panti jompo.[Saya tidak pernah membatalkan reservasi saya. Hanya ini nomor saya satu-satunya yang bisa menghubungi anda. Jadi tidak mungkin saya yang membatalkan pesanan reservasi.]Tidak membutuhkan waktu lama saat pesannya dibalas. Sambil bersandar ke dinding lift, Dina fokus menatap layar ponselnya.[Maaf Bu. Saya juga sudah mengatakan hal itu pada kepala yayasan. Selama ini pembatalan reservasi selalu lewat staff. Say sendiri tidak bisa menolak keputusan kepala yayasan. Sekali lagi saya minta maaf.]Pesan balasan dari staff disana membuat kepala Dina terasa semakin berdenyut. Langkahnya terasa melayang saat ranjang orang tuanya keluar dari dua lift yang berbeda. Mereka masuk ke ruang melati nomor satu. Sudah ada dua pasien lain yang lebih dulu menempati ruang rawat itu. Ranjang bapak dan Ibu Dina diletak

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 74

    Selepas kepergian Rian, Tiara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sayangnya walaupun sudah berbaring, matanya tidak bisa kunjung terpejam. Tiara masih memikirkan perkataan Rian tadi.Padahal dia harus bangun dua jam kemudian agar bisa mengetik novel. Walaupun Rian sudah tahu tentang pekerjaannya, tapi pria itu tidak menanyakan berapa yang didapat Rian sekarang. Tiara juga tidak cerita. Jadi dia tidak memberi tahu berapa penghasilannya sekarang.Karena tidak bisa tidur, Tiara justru ingin buang air kecil. Dia turun dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka. Setelah menyelesakan urusannya, Tiara langsung kembali ke tempat tidur. Dia justru berdiri didepan nakas kecil yang berjejer dua foto. Foto pertama adalah foto orang tuanya dan yang kedua adalah foto keluarga kecil mereka. Foto yang penuh kepalsuan. Karena saat itu Rian masih bersikap tidak acuh pada mereka. Saat itu Tiara merasa sangat senang karena Rian mau melakukan foto keluarga lengkap sejak N

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 73

    Tiara menulis apa saja yang disukai ketiga buah hatinya dan apa saja yang tidak mereka sukai. Meskipun hatinya sudah mantap untuk berpisah dari Rian, tapi Tiara tetap menyambut baik niat sang suami untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anak mereka. Wanita itu bisa merasakan jika sejak tadi Rian terus memandang wajahnya.Kini tidak ada lagi beban di hati Tiara. Dia tidak tahu apakah masih ada cinta atau tidak dalam hatinya. Namun untuk sekarang Tiara hanya ingin menjauh dari Rian. Dia tidak ingin memberi harapan pada sang suami kalau rumah tangga mereka akan kembali seperti dulu lagi.Bagi Tiara saat ini dia sudah tidak ada beban yang mengganjal di hatinya karena sudah mendapat permintaan maaf yang tulus dari Rian. Yang teprenting saat ini adalah kebahagiaan Anggrek, Lily dan Nana yang akan mendapat kasih sayang mereka kembali setelah beberapa tahun berlalu.“Ini barang-barang yang merkea sukai. Sudah aku lingkari. Sedangkan kertas yang satu lagi adalah barang-barang serta makanan yan

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 72

    Tiara terdiam. Dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu keluar dari mulut Rian saat ini juga. Walaupun dia sudah menyangka kalau sang suami akan menebak keptusannya ini setelah mengetahui kalau Tiara sudah menjadi penulis online. Walaupun Rian belum tahu detail pekerjaan dan berapa gajinya per bulan.“Kamu sudah bisa menebaknya Mas,” jawab Tiara lirih.Entah kenapa dia tidak kuasa melihat wajah sang suami yang sedih. Padahal sebelumnya Tiara benar-benar bersikap apatis pada sang suami. Namun perasaan itu hanya melingkup hatinya selama beberapa saat. Karena sedetik kemudian hati Tiara kembali membeku. Melindungi pertahanan dirinya agar tidak terluka untuk yang kesekian kalinya.“Memang. Aku sudah bisa menebaknya,” jawaban Rian kian lirih. Hampir tidak terdengar dan terbang terbawa desau angin. Seandainya keheningan mala mini tercemar suara berisik, Tiara tidaka akan bisa mendengar perkataan sang suami.“Lalu apa yang kau bicarkan lagi jika sudah tahu semuanya Mas?” tanya Tiara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status