Share

Bab 7

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 22:09:48

Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.

“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.

[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]

Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala tidak membuat konsentrasi Tiara terganggu.

Uang di dompet tinggal seratus ribu. Sejak kemarin Rian belum memberi uang lagi padahal pria itu sudah gajian. Justru pulang membawa wanita lain. Tiara harus memutar otak karena uang itu hanya cukup untuk dua atau tiga hari ke depan.

Meski sudah menekuni profesi sebagai penulis online sembari mengikuti kelas menulis, Tiara tidak bisa langsung mendapat gaji karena menunggu bab yang terkunci terbuka. Gajian akan dicairkan bulan depan setelah memenuhi saldo yang cukup. Dia meletakan ponsel setelah mengetik bab baru untuk novelnya.

“Bagaimana caraku mendapat uang untuk kebutuhan anak-anak?” gumam Tiara pusing.

Dering ponselnya membuat Tiara menoleh. Ada pesan masuk dari ibu mertuanya. Tiara mengambil ponsel itu lalu membuka pesannya.

[Ibu ada rejeki dari penjualan tanah Nduk. Separuhnya Ibu kirim ke rekeningmu, separuhnya sudah Ibu transfer ke rekening Riska.]

Mata Tiara membulat tidak percaya. Dia memang dekat dengan mertuanya. Ibu Rian juga kerap mengirim uang untuk Tiara dan Riska, adik iparnya, jika mendapat rejeki. Ia membuka aplikasi e-banking. Membaca nominal yang dikirim ibu mertuanya.

“Lima puluh juta.” Tiara tidak percaya. Ibu Rian tidak pernah mengirim uang sebanyak ini. Tangannya gemetar, masih menatap tidak percaya layar ponsel.

“Ibu kita pergi sekarang?” Nana bertanya dengan suara cadelnya. Gadis kecil itu berdiri di depan ibunya.

Tiara melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Waktunya menjemput Anggrek di sekolah. “Iya sebentar sayang. Ibu ambil jaketnya Nana dulu.”

Dia beranjak dari sofa, masuk ke kamar. Sebelum mengambil jaketnya dan Nana, Tiara membalas pesan ibu mertuanya.

[Ya Allah banyak banget Bu.]

[Tidak masalah Nduk. Namanya juga untuk mantu dan cucu-cucu Ibu. Ibu yakin kamu bisa menggunakan uang itu dengan baik. Maaf Ibu belum bisa datang minggu depan. Ada banyak orang yang punya hajatan, jadi Ibu harus rewang.]

[Iya Bu.Terima kasih banyak.]

Ia masih menatap saldo di rekening. Lima puluh juta adalah nominal yang sangat besar untuknya. Tiara berjanji akan menggunakan uang itu dengan baik. Dia tidak perlu lagi mengemis pada Rian.

Tiara memakai jaketnya lalu mengambil jaket kecil Nana. Memakaikannya ke tubuh putrinya dan pergi ke sekolah. Di perjalanan pulang, pandangannya awas melihat ke sekitar. Meski Rian membatalkan rencana mereka pergi ke toko service ponsel, Tiara tetap mencari toko service terdekat. Dia harus mencari alternatif untuk membuktikan tentang foto tidak senonoh dengan wajahnya. Matanya tertuju ke toko service yang berjarak satu kilometer dari sekolah anak-anak. Di plan toko tertera jasa Pakar Telematika.

‘Mungkin aku bisa kesana besok.’

Kilas balik perubahan sikap Rian selama empat tahun hingga pertengkaran mereka kemarin terngiang di kepalanya. Cacian sang suami terdengar lagi di telinga. Hatinya sangat sakit mendapat tuduhan sebagai wanita murahan yang sudah berselingkuh. Dia tidak menyangka akan mendapat ujian seberat ini.

“Aku janji akan membuktikan kalau aku tidak bersalah. Aku akan membalas fitnah kalian,” gumam Tiara yang terbang terbawa hembusan angin.

***

Keesokan harinya, usai menjemput Anggrek dari sekolah Tiara mengajak ketiga putrinya jalan-jalan ke mall untuk memberi peralatan sekolah. Setelah itu mereka pergi ke toko service yang dilihat Tiara kemarin.

“Loh. Inikan tokonya guruku Bu.” Anggrek menunjuk toko di depannya.

“Punya siapa Kak?”

“Pak Haris. Wali kelasku saat kelas empat. Guruku yang seumuruan sama Om Heri. Masih muda dan ganteng.” Penjelasan Anggrek membuat Tiara mengingat sosok guru yang dimaksud.

“Pak Haris itu hebat banget Bu. Beliau cerita waktu kuliah lama karena ambil dua jurusan di dua kampus yang berbeda. Pertama jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar lalu setelah lulus Pak Haris kuliah lagi di jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Selain mengajar di sekolah, beliau juga membuka toko ini bersama istrinya.” Cerita Anggrek dengan binar mata kagum.

Anggrek sering bercerita tentang beberapa gurunya pada Tiara. Salah satunya adalah Haris. Mereka juga beberapa kali bertemu di sekolah saat Anggrek masih duduk di kelas empat.

Mereka masuk ke toko yang disambut satpam. Suasana toko terasa sejuk dengan AC yang menyala. Toko ini dilengkapi dengan sofa memanjang yang menempel di dinding. Serta meja jika ada pengunjung yang membeli minuman dingin di kulkas.

“Kak Anggrek tolong jaga adik-adiknya di sofa. Ibu mau menyervice ponsel dulu.”

“Iya Bu.”

Tiara berjalan ke konter. Menjelaskan maksud kedatangannya. Customer service mengambil gagang telepon. Bicara dengan seseorang. Tiara mendengar nama Haris disebut. CS itu mengangguk lalu meletakan gagang telepon.

“Ini nomor antrian anda. Silahkan naik ke lantai dua.” CS itu menangkupkan kedua tangan di dada.

“Baik. Terima kasih Mbak.” Tiara bangkit dari kursi. Memberi tanda pada ketiga putrinya akan naik ke lantai dua.

Sesampainya disana, suasana di lantai dua tidak berbeda dengan lantai satu. Ada dua orang yang menunggu dengan membawa amplop. Dada Tiara kembali berdebar. Dia mengeluarkan amplop berisi foto yang diberikan Rian. Saat nomor antriannya dipanggil, Tiara masuk ke ruangan Pakar Telematika. Matanya membulat saat bertatapan dengan Haris.

“Bu Tiara,” sapa Haris kaget.

“Selamat siang Pak Haris. Tadi Anggrek cerita kalau anda pemilik toko ini.” Tiara menyalami Haris.

“Silahkan duduk.” Haris mengulurkan tangannya ke kursi.

Tiara duduk lalu memberikan amplop berisi foto tidak senonoh dengan editan wajahnya. “Maaf jika saya membuat anda kaget. Saya mengira Pakar Telematika yang dimaksud adalah orang lain.”

“Saya sendiri yang menangani klien yang ingin memastikan kebenaran tentang foto atau video. Kebetulan hari ini saya hanya mengajar kelas satu. Jadi bisa pulang jam sepuluh pagi. Ada yang bisa saya bantu Bu?”

“Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah Pak Haris pernah menerima permintaan untuk menyelidiki foto-foto ini?” Tiara menyerahkan ponselnya.

Wajah Haris tetap tenang saat melihat Tiara di layar ponsel itu. Haris menggeleng. “Tidak pernah. Saya adalah satu-satunya Pakar Telematikan di toko ini.”

“Apakaha ada Pakar Telematika lain di kota kita selain anda?”

“Setahu saya tidak ada Bu. Kenapa?”

Dia menceritakan secara singkat tentang masalah rumah tangga mereka dan percakapannya dengan Rian tadi malam. “Saya bukan wanita di foto itu. Karena itulah saya ingin membuktikan jika saya sudah dijebak.”

Tiara menahan getar tangannya. Rasa marah, kecewa, sedih berbaur jadi satu mengingat perlakukan Rian selama ini.

“Baiklah. Saya akan membantu. Apakah anda punya foto atau video lain? Selain foto yang anda bawa.”

“Saya punya foto-foto yang lain. Sebentar Pak.” Tiara mengirim foto-foto yang ia potret dari foto yang dimilki Rian. Haris mengangguk setelah menerima file yang terkirim.

Tiara memperhatikan beberapa alat di meja. Tiara tidak tahu apa yang dilakukan Haris. Pria itu terus mengamati wajahnya lalu membandingkan dengan foto di ponsel yang ia pegang.

Suasana hening melingkupi ruangan ini. Hanya suara printer yang tengah mencetak kertas yang terdengar. Tiga puluh menit menunggu, Haris mengangguk lalu menandai foto-foto yang telah ia cetak dengan spidol.

“Wanita di foto ini memang bukan anda,” kata Haris yakin.

Bab terkait

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 10

    “Iya Bu,” jawab Tiara. Ia merasa heran karena ibu mertuanya terdengar membenci Dina saat membicarakan nama wanita itu.“Kenapa Rian bisa berubah Nduk? Apa yang sudah wanita itu lakukan hingga mempengaruhi Rian?” tanya Bu Mirna penasaran.Tiara menunjukkan foto dengan wajahnya dan pria asing. Dengan suara lirih, Dina menceritakan temuannya tentang foto-foto ini lalu membawanya ke pakar telematika. Tidak lupa wanita itu juga menunjukkan bukti yang diberikan Haris jika foto itu sudah diedit. Tiara bukan wanita yang ada dalam foto.“Dasar bodoh. Bisa-bisanya Rian lebih percaya dengan wanita itu tanpa menanyakannya lebih dulu padamu,” geram Bu Mirna tidak habis pikir.“Padahal dulu Rian sudah menuruti permintaan Ibu untuk menjauhi Dina. Kenapa sekarang dia lebih percaya dengan wanita itu.” Bu Mirna mengusap wajahnya kesal. Pandangannya tertuju pada tembok.“Mungkin Mas Rian memang tidak bisa melupakan Dina, Bu. Dia menikahiku hanya sebatas pelarian. Saat mantan pacarnya memberikan bukti pal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 11

    Tiara segera pergi saat Dina berbalik. Dia tidak tahu apa minuman yang ingin diberikan Dina pada mertuanya, tetapi ia punya firasat buruk jika minuman itu mengandung racun. Wanita itu duduk disamping Bu Mirna lalu berbisik, “Aku melihat Dina memasukan sesuatu ke botol air Bu. Sepertinya ada yang aneh.” “Wanita itu memang gila. Kamu jangan minum air yang Dina berikan Nduk,” bisik Bu Mirna. Tidak lama kemudian Dina datang. Ia meletakan empat botol air di meja. “Maaf kalau saya mengganggu. Sebagai permintaan maaf, saya hanya bisa memberikan botol air.” “Tidak perlu. Kita langsung bicara pada intinya. Apa yang hendak kalian lakukan dengan pria ini?” sela Pak Joko menunjuk pria misterius yang duduk di bawah. “Setidaknya berterima kasihlah pada Dina, Yah,” ujar Rian tidak terima pacarnya diabaikan. Rian seperti buta karena cinta hingga terus membela Dina. “Jangan bertele-tele. Apa yang sedang kalian rencanakan?” Pak Joko tidak peduli dengan keluhan Rian. Tiara tersenyum sinis menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 12

    “Tidak mungkin Bu. Untuk apa Dina memberikan guna-guna,” bantah Tiara tidak percaya.“Ibu sudah mengira jika kamu tidak bisa percaya begitu saja. Namun ini kenyataannya Nduk. Lima belas tahun lalu Dina pernah membuat Rian kabur dari rumah karena kami tidak setuju dengan hubungan mereka. Ibu mencari tahu siapa Dina. Orang tuanya bekerja di sawah milik dukun.”“Hanya itu Bu?” tanya Tiara skeptis.“Setelah kami cari tahu, orang tua Dina juga suka berhutang. Banyak rentenir dan orang bank yang menunggu di depan rumah. Ibu tidak ingin Dina menikah dengan Rian karena takut wanita itu hanya memaanfaatkan kekayaan kami. Sehari setelah kami menolak hubungan mereka, Rian kabur dari rumah. Kami membiarkan untuk memberi pelajaran bahwa tidak semua keinginan anak harus dituruti,Meski begitu, Ayah tetap meminta bantuan pada saudara yang menjadi polisi untuk melacak keberadaan Rian. Belum sempat kami melakukan pencarian, dia pulang ke rumah. Minta maaf dan memohon restu untuk hubungan mereka. Ibu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 13

    Pandangan Tiara berkunang-kunang, kepalanya pusing, perlahan pandangannya gelap. Rian yang melihat Tiara pingsan hanya bisa terpaku. Dia tidak menyangka bisa menampar sang istri seperti tadi. Di belakang Rian, Dina tersenyum puas. Tidak ada belas kasihan di wajah bengisnya.“Ibu.” Teriakan Lily dan Nana membuat Rian mundur. Tubuhnya bergetar ketakutan. Begitu juga Dina yang tidak menyangka ada saksi yang melihat. Belum sempat Rian bereaksi, ia melihat Anggrek berlari keluar.“Tolooooong. Tolong Ibu saya,” teriak Anggrek membuat banyak warga datang ke rumah mereka.Dina berlari, sembunyi di kamar Rian. Sedangkan Rian segera menggotong tubuh Tiara. “Tolong saya Pak. Kita bawa Tiara ke Puskesmas sekarang.”Hatinya benar-benar cemas. Tidak pernah terbersit dalam pikiran Rian akan membuat Tiara celaka. Syukurlah Tiara sadar begitu mereka tiba di IGD. Jarak rumah ke Puskesmas yang cukup dekat membuat Tiara cepat tertolong. Wanita itu sudah sadar saat kepalanya diobati. Kain kasa menempel di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 14

    “Biar aku pesan taksi online Bu.” Suara Anggrek memecah keheningan yang dingin. Tiara menghela nafas.‘Seharusnya aku tidak minta tolong pada Mas Rian,’ batin wanita itu pilu.Anak-anak melihat kekejaman ayah mereka lagi. Hati Tiara semakin nelangsa. Pikirannya kalut. Badan Nana sangat panas, tetapi Rian tidak mau mengantar putrinya ke rumah sakit hanya karena ingin bulan madu dengan Dina. Tidak lama kemudian taksi yang dipesan Anggrek datang.“Itu mobilnya.”“Cepat banget Kak.”“Iya Bu. Untung ada sopir paling dekat yang mengambil pesanan kita.” Anggrek menggandeng tangan Lily. Mereka masuk ke kursi belakang.Tiara menyebut nama rumah sakit terdekat agar Nana segera ditangani. Saat mobil berhenti di lampu merah, Tiara melihat mobil Rian yang berhenti disampingnya. Wanita itu mengalihkan wajah saat mendengar Rian menyebut nama Dina di telepon.“Kak Anggrek tolong hubungi Tante Riska dan Uti. Ibu butuh bantuan mereka.”“Iya Bu.” Anggrek mengirim pesan pada tante dan utinya.Ia menghela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 15

    “Kami masih akan memantaunya. Kalau begitu kami permisi dulu.” Dokter dan suster keluar ruangan.Tiara berdiri disamping Nana. Mengusap rambut si bungsu. Wajah Nana pucat, badannya panas dan bibirnya membiru. Bagaimana mungkin tidak ada yang salah dengan Nana?‘Ya Allah tolong beri kesembuhan untuk putri hamba.’ Ia melangitkan doa.“Ayah kemana Bu?” tanya Tiara saat menoleh pada Bu Mirna yang duduk termenung.“Menemui seseorang Nduk. Kita akan pakai cara lain agar Nana sembuh.”“Cara lain? Menggunakan pengobatan tradisional?” Keningnya berkerut bingung.“Tidak Nduk. Kamu akan tahu nanti.”Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Pak Joko masuk dengan seorang pria tinggi berwajah bersih. Tiara pernah melihatnya di TV. Pria itu memakai peci dan celana Panjang berwarna putih. Ia ingat kalau pria itu adalah ustad terkenal yang biasanya melakukan proses ruqyah. Tiara tidak tahu apa yang terjadi. Setelah ustad itu mendoakan Nana, badan putrinya tidak panas lagi. Nana membuka mata.“Ibu.” Lirih s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 57

    Semua teka-teki akhirnya terjawab. Rian menghela nafas. Menutup matanya dengan punggung tangan. Satu hal yang mengganjal harus segera ia tanyakan pada Aurel. Karena Rian tidak mungkin menjaga Dina dan orang tuanya selama dua puluh empat jam sampai Aurel berhasil melakukan rencananya.Rian kembali mengetikan pesan yang menjadi keresahannya saat ini. Setidaknya dia bisa mendapat bantuan dari Aurel.[Maaf jika saya bertanya seperti ini padahal anda sudah memercayakan saya untuk menjaga Dina dan kedua orang tuanya. Saya tidak hanya ingin bertanya, apakah ad acara lain saya menjaga Dina? Karena tidak mungkin saya mengawasinya selama dua puluh empat jam per minggu.]Tidak membutuhkah waktu lama untuk Aurelmembalas pesannya. Sepertinya wanita itu sedang memegang ponsel hingga bisa membalas pesan Rian dengan lebih leluasa.[Tenang saja. Aku sudah menempatkan orang suruhan untuk mengawasi gerak-gerik Dina dan orang tuanya. Kamu cukup menjaganya tetap disisimu sebagai pasangan suami istri. Dina

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 56

    Rian menghubungkan semua percakapannya dengan Aurel. Termasuk rencana atasannya untuk menahan Dina agar tetap di kota ini. Aurel selalu menjelaskan sepotong demi sepotong. Seolah ia ingin Rian memecahkan teka-teki yang sudah ia susun. Kali ini teka-teki itu adalah tentang dompet Aurel yang berada di kamarnya dan Dina.Hanya ada kartu KTP dan kertas-ketas nota berisi pengambilan uang yang kosong. Rian merasa aneh karena Dina bisa menguras semua uang di kartu-kartu ini. Tidak mungkin Aurel teledor membiarkan orang lain tahu kartu pinnya.“Kecuali kalau ini adalah jebakan,” gumam Rian yang baru menyadari rencana Aurel.Pria itu meletakan dompet Aurel di tempatnya semula. Dia keluar dari kamar dan kembali ke ruang kerjanya. Pria itu merasa perlu menghubungi atasannya. Bagaimanapun juga dia harus tahu detail rencana Aurel.Dia mengirim pesan pada Aurel. Tanpa mereka sadari hubungan atasan dan bawahan sudah berubah selayaknya rekan kerja setara. Sejujurnya Rian merasa Aurel adalah orang yan

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 55

    Rian bisa masuk ke ruang kerjanya dengan mudah. Menyembunyikan botol air dan makanan ke lemari berisi dokumen. Rian juga tidak menyingkirkan semua dokumen itu meski dia sudah resign. Setelah memasukan semua cemilan ke lemari, dia menguncinya dua kali lalu mencabut kunci yang sudah jadi satu dengan kunci mobil dan rumah.Jam tujuh tepat, Dina mengetuk pintu. Waktunya makan malam. Rian pura-pura tidur. Dia masih harus mencari banyak cara agar tidak memakan makanan yang mereka berikan. Karena tidak ada sahutan dari sang suami, Dina membuka pintu. Melihat Rian yang kepalanya rebah di atas meja.“Yah. Mas Rian ketiduran.” Suara Dina terdengar semakin jelas saat masuk ke ruangannya.Tidak lama kemudian Dina keluar. Rian masih bertahan dengan posisinya. Dina masuk lagi lalu meletakan makanan yang sudah ibunya masak di atas nakas. “Aku harap kau mau melunak pada kami Mas,” gumam Dina di telinga Rian. Dia tidak sadar kalau Rian tidak terlelap. Pria itu bisa mendengar dengan jelas perkataan ist

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 54

    “Bapak yakin cara ini akan manjur?” tanya Dina heran. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Rian segera sembunyi dibalik tembok. Tidak ingin ketahuan sedang mengintip kegiatan istri muda dan orang tuanya.“Kita coba saja dulu. Toh foto yang kamu berikan bukan milik mereka. Kita sudah memotret Rian, Tiara dan keluarganya diam—diam lalu menceoatmk foto itu sendiri,” jawab bapak Dina menjelaskan semuanya.“Kenapa kita harus melakukan hal ini Pak? Toh kita juga akan pindah ke Lombok.”“Kamu kira bisa pergi dengan bebas saat kamu masih menikah dengan Rian? Kamu itu sadar atau tidak sih Din kalau itu sudah diawasi sejak pindah kesini sama mertuamu. Bapak baru tahu kalau ada kamera CCTV tersembunyi di rumah. Semua pergerakan kita akan ketahuan.” Bapak Dina menoleh sejenak. Rian bisa melihat dengan jelas wajahnya yang cemong dengan asap pembakaran.Bau menyengat yang semakin menusuk membuat Rian menutup hidungnya. Dia baru sadar kalau ini adalah bau kemenyan. Tiba-tiba bulu kuduknya bergidi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 53

    Rian bisa bekerja dengan tenang. Dia melajutkan pekerjaannya. Membuat rekap selama setahun terakhir, termasuk menyertakan kesalahan yang sempat ia perbuat. Walau menurut Aurel penggantinya sudah dipersiapkan untuk menjaga rahasia mereka. Namun dia tidak mau orang baru itu menghubunginya hanya untuk menanyakan tentang masa lalu yang hampir menjebloskannya ke penjara.Sore harinya pekerjaan sudah selesai. Lia membuka pintu. Sudah memakai jaket dan maskernya. Bersiap hendak pulang. Seperti biasa wanita itu hendak pamit pada atasannya jika beluk keluar dari ruangan.“Pak Rian mau lembur ya?” tanyanya memastikan. Di belakang Lia, Dina melongok ke dalam. Memastikan sang suami nanti bisa pulang bersamanya.“Iya. Kamu bisa tolong saya sebentar Lia. Soalnya tadi pagi kamu yang memegang pekerjaan ini,” pinta Rian menunjukkan berkas yang diletakan Lia di mejanya sebagai alasan.“Baiklah,” jawab Lia ringan. Sudah biasa baginya jika ada pekerjaan tambahan.“Kalau begitu saya duluan Pak,” pamit Di

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 52

    “Apa?” Danu hampir menyemburkan makanannya. Untung saja pria itu bisa menelan smeuanya hingga tandas.“Kamu bencanda Yan?” tanya Danu tidak percaya. Rian menggeleng. Wajahnya masih serius seperti tadi.“Aku nggak bercanda Dan. Aku serius.” Rian menghela nafas lalu menceritakan semuyanya pada Danu.Dia tidak perduli jika Danu tidak percaya dengan ceritanya. Karena satu-satunya orang yang bisa ia percaya di kantor hanya Danu. Apalagi Danu juga bekerja untuk Aurel. Di titik dimana Rian sadar hari ini kalau sudah mendapat guna-guna dari Dina.Ia ingin berpisah dari Dina sekarang juga atau mencampakan istri mudanya di hari pernikahan mereka. Namun perjanjiannya dengan Aurel membuat Rian tidak bisa mewujudkan keinginannya.“Aku masih harus menjaga Dina untuk satu bulan ke depan. Sampai Bu Aurel selesai melakukan pekerjaannya yang entah aku tidak tahu apa. Aku bingung Dan. Bagaimana caraku membohongi Dina?”Danu masih diam. Tangannya bertumpu di atas meja. Dia tidak bisa banyak berkomentar d

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 51

    Rian memandang lurus ke depan. Dina melambaikan tangan di depan wajah suaminya. Wanita itu belum menyadari apa yang terjadi. Dia mengambil botol yang sudah ia campur dengan air merah lalu memberikannya pada Rian.“Minum dulu Mas.” Dina mengulurkan botol air itu tepat di depan wajah sang suami.“Terima kasih Din,” jawab Rian tanpa menoleh.Pria itu berusaha menata pikirannya. Dia mengatur ekspresi sedemikian rupa agar Dina tidak curiga. Saat menoleh, Rian bisa menampilkan senyum palsu yang tampak normal di mata Dina.“Maaf aku injak rem mendadak. Tadi ada anak kecil lewat. Kamu tidak lihat?” tanya Rian memastikan. Dina menggeleng.“Tidak. Aku sibuk berkirim pesan dengan tukang dekor. Ya sudah jalankan lagi mobilnya. Kita harus sampai di kantor tepat waktu.” Dina mengembalikan botol air ke tempatnya.“Oke.”Seperti biasa, Dina akan turun di halte yang jaraknya cukup jauh dari kantor. Rian melanjutkan perjalanan seorang diri. Di mobil, pria itu berpikir bagaimana cara membohongi Dina ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 50

    Dina berhasil menemukan dua gaun yang ia sukai. Setelah urusan baju pengantin selesai, Dina mengajak Rian pergi ke MUA langganannya. Seorang MUA yang terkenal di kalangan selebgram.“Aku sudah lama akrab dengannya. Dia tidak menuntut kliennya memakai gaun pengantin di butiknya. Jadi, tidak akan masalah kalau kita hanya memakai jasa riasnya saja.” Cerita Dina semangat. Dia tidak sabar menantikan seperti apa penampilannya di hari pernikahan resminya dengan Rian.Meskipun Dina tidak bisa membayangkan reaksi teman-teman sekantornya saat melihat ia berdampingan dengab Rian di atas pelaminan. Wanita itu tidak tahu kalau kemungkinan besar mereka tidak jadi mengundang teman-teman kantor karena Rian sudah resign lebih dulu.Kemarin Rian sudah membicarakan hal ini dengan orang tua dan istri pertamanya. Karena Rian diam-diam keluar dari perusahaan berkat bantuan Aurel, akan menjadi banyak tanda tanya untuk karyawan yang lain.“Bagaimana kalau aku batal mengundang teman-teman kantorku? Aku tidak

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 49

    Dina bergaya di depan cermin. Disaat Tiara masih menikmati waktu dengan Rian di rumah mereka. Hari ini dia senang sekali bisa pergi dengan Rian setelah sekian lama bersembunyi. Dina juga tidak perlu takut ada yang memergoki mereka karena statusnya yang sudah sah jadi istri siri Rian. Apalagi mereka akan meresmikan pernikahan secara sah dimata hukum.Wanita itu tidak mengetahui jika besok adalah hari terakhir Rian bekerja. Berkat bantuan Aurel tidak ada satu orangpun yang tahu tentang alasan pengunduruan diri Rian dan Dian. Itu berarti Dina akan bekerja beberapa hari tanpa Rian.Jam sembilan pagi, terdengar mobil yang berhenti di depan rumahnya. Dina memasukan ponsel dan dompet ke tas lalu berjalan keluar. Dia memakai kemeja kerja dan rok selutut seperti biasa. Karena setelah dari butik mereka akan langsung pergi ke kantor untuk bekerja.Sebelum keluar, Dina mengintip dari jendela. Dia hanya ingin berjaga-jaga jika Dukun Deri atau Pak Hermawan yang datang. Memang benar jika mobil Rian

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status