Share

Bab 4

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-10-01 14:40:23

Tiara menggeleng. Dia berlutut lalu mengumpulkan semua bukti yang berserakan. Dadanya berdebar penuh ketakutan. ‘Bagaimana kalau Anggrek juga percaya wanita di foto ini adalah aku?’ batinnya bergejolak.

Dia tidak mau jika anak sulungnya ikut membenci Tiara tanpa mengkonfirmasi dulu kebenarannya. Seperti yang dilakukan Rian. Tubuhnya kaku saat Anggrek ikut berjongkok. Mengambil salah satu foto dan memperhatikannya dengan seksama. Tiara terlalu takut untuk menatap anaknya. Dia masih berada di posisi semula. Saat Anggrek berdiri, Tiara juga berdiri. Keheningan yang aneh melingkupi kamar. Wanita itu tidak berani bicara. Ia menghela nafas berulang kali. Mengumpulkan kekuatan agar bisa menjelaskan semuanya pada si sulung.

“Ibu bisa jelaskan sayang.” Tangannya mengusap bahu Anggrek.

Anggrek masih diam. Dia justru memperhatikan tangan Tiara. Rasanya dia ingin pergi saat ini juga, tetapi Tiara terus menguatkan hatinya agar bisa menjelaskan kesalahpahaman ini pada Anggrek. Tiara juga takut jika Anggrek percaya dengan foto itu, dia akan mengadu pada kedua mertuanya. Masalah ini akan jadi semakin rumit.

“Wanita di foto ini bukan Ibu.” Anggrek memegang tangan kanan Tiara lalu menyandingkannya dengan foto itu.

“Eh.” Tiara hanya bisa mengerjap bingung. Cepat sekali Anggrek tahu jika wanita di foto itu bukan dirinya. Padahal Tiara juga sudah melakukan hal yang sama sebelumnya. Mengamati salah satu foto dengan detail untuk mencari letak perbedaannya.

Anggrek menuntun Tiara agar duduk di tepi tempat tidur. Ia memperlihatkan foto itu lagi pada sang ibu. Foto yang berbeda dengan foto lain yang dilihat Tiara tadi. “Lihat Bu. Wanita di foto ini tidak punya tanda lahir di tangan kanannya. Tepat sebelum siku.”

Pandangan Tiara beralih pada tangannya sendiri. Dia memang punya tanda lahir berwarna merah seukuran koin besar yang bentuknya abstrak. Sedangkan wanita di foto itu tidak mempunyai tanda lahir yang sama. Tangan kanannya terlihat memeluk pria dalam foto sehingga Anggrek dan Tiara bisa melihat perbedaannya dengan jelas.

“Terima kasih sudah percaya pada Ibu, sayang.” Tiara memeluk Anggrek erat. Dia tidak bisa lagi menahan semua gejolak hati dari si sulung.

“Ibu yang sabar ya. Kalau ada masalah, Ibu bisa curhat sama aku.” Anggrek membalas pelukan ibunya. Untuk anak berumur dua belas tahun, sikap Anggrek memang sangat dewasa. Tiara melepas pelukannya.

“Insya allah. Anggrek juga harus cerita semua suka duka Anggrek pada Ibu,” ujar Tiara tidak ingin mematahkan perhatian yang Anggrek berikan untuknya.

“Apa karena foto ini Ayah berubah Bu?” tanya Anggrek pelan. Gadis remaja itu memberikan foto yang ia pegang pada Tiara.

Tiara segera memasukan semua foto ke amplop yang sama. Meletakannya sejenak di tempat tidur. Ia menggenggam erat tangan Anggrek. “Ibu tidak tahu, tetapi apapun yang terjadi Ibu harap Tiara terus berdoa untuk Ayah agar dia bisa percaya pada Ibu. Doakan juga Ayah kembali ke jalan yang benar.”

“Kenapa Ayah dan Ibu tidak berpisah saja? Aku akan membantu Ibu menjaga adik-adik setelah kita keluar dari rumah ini. Aku juga bisa berjualan seperti temanku untuk membantu Ibu,” usul Anggrek membuat Tiara terhenyak. Anggrek sudah berpikir sampai kesana. Si sulung tidak mengerti seandainya mereka merealisasikan hal itu, Rian akan mengambil hak asuh Anggrek dan kedua adiknya dari Tiara,

“Karena Ibu berharap Ayah bisa berubah. Dulu Ibu tidak tahu alasan sikap Ayah berubah pada kita. Setelah Ibu mengetahuinya, Ibu bisa mencari solusi untuk masalah kita. Jangan pikirkan masalah orang dewasa. Ibu sedang mencari pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah. Jadi kamu tidak perlu berpikir untuk membantu Ibu mencari uang.”

“Tapi Bu.”

“Sudah ya. Anggrek naik ke atas sekarang. Kasihan Lily dan Nana tidak ada yang menjaga. Ibu akan lanjut membersihkan kamar ini.” Pinta Tiara memutus percakapan mereka. Anggrek hanya mengangguk lalu keluar dari kamar.

Setelah Anggrek keluar, Tiara menjajarkan foto USG dan foto-foto tidak senonoh dengan wajah dirinya di tempat tidur. Memotretnya satu per satu dengan perasaan jijik. Ia menahan semuanya agar mendapat bukti. Lalu Tiara merapikan semuanya dan memasukan kedua map itu ke laci.

“Aku pastikan kamu akan menyesal karena lebih percaya dengan foto ini tanpa bertanya padaku dulu Mas.” Tiara menatap laci yang tertutup lalu merapikan seprai yang sedikit berantakan. Dia memastikan tidak ada jejak dirinya dan Anggrek di kamar ini.

***

Waktu bergulir cepat. Tanpa terasa siang sudah berganti malam. Jarum jam menunjuk angka sembilan. Tiara memastikan ketiga putrinya sudah tidur lalu turun ke bawah. Wanita itu masuk ke kamar utama. Suasana sepi menyambutnya. Tidak ada barang Rian yang tersisa di kamar ini. Pria itu sudah memindahkan semuanya ke kamar tamu.

Tiara duduk di tepi tempat tidur. Mengambil ponsel yang ia temukan di kamar tamu. Membuka galeri untuk melihat foto USG Dina yang ia ambil tadi. Sekali lagi, dunia Tiara terasa hancur berkeping-keping. Lebur menjadi serpihan kecil. Tidak ada lagi yang bisa ia pertahankan dalam rumah tangga ini. Tiara kembali menangis. Meratapi nasib pernikahannya yang sudah di ujung tanduk. Dia teringat dengan pesan ibunya sebelum menikah.

“Jangan gampang berpikir untuk bercerai jika rumah tangga kalian terasa hambar Nduk. Selama Rian tidak selingkuh, melakukan KDRT dan masih memberi nafkah, maka pertahankan rumah tanggamu. Namun jika Rian melanggar salah satu dari tiga penyebab itu, carilah bukti yang akurat. Agar kamu tidak bernasib sama seperti mantan istri Pakdemu.”

Mengingat nasihat ibunya membuat Tiara jadi terbayang wajah teduh sang Ibu. Keluarga Tiara memang bukan orang berada seperti keluarga Rian. Ayahnya adalah seorang guru honorer yang hanya dibayar enam ratus ribu setiap bulan. Selain itu, ayahnya mengelola sepetak kebun. Sedangkan ibunya berprofesi sebagai buruh di salah satu laundry milik tetangga.

Saat Rian melamarnya di usia sembilan tahun, pria itu berjanji untuk memenuhi kebutuhan keluarga Tiara. Siap memberikan bantuan apapun yang terjadi. Tiara cukup menjadi ibu rumah tangga agar bisa menjaga anak-anak di rumah. Sesuai janjinya, Rian terus membantu keluarganya jika mengalami kesusahan. Meski hubungan mereka sudah renggang sejak empat tahun lalu. Namun ketergantungan Tiara pada Rian, membuat pria itu lebih mudah mengikatnya agar tidak bisa pergi begitu saja.

Tiara mengusap air matanya. Dia mengetikan pencarian untuk mencari pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah. Tanpa sengaja Tiara melihat sebuah iklan kelas menulis. Syarat bergabung hanya membayar seratus ribu rupiah dan seratus ribu untuk membeli buku jika sudah lulus kelas.

Tiara menyimpan nomor WA lalu menghubungi orang yang sudah mengiklankan. Bertanya beberapa hal. Dia mantap bergabung dengan kelas menulis online. Pekerjaan ini bisa ia lakukan dari rumah sembari mengurus rumah dan anak-anak. Rian tidak akan curiga. Tiara juga sudah punya pengalaman menulis karena dia bergabung dengan klub jurnalis saat sekolah.

“Apa aku harus meminjam uang pada Ibu untuk mendaftar?” tanya Tiara bingung. Dalam keheningan kamar wanita itu menghela nafas berat.

‘Mungkin aku memang harus meminjam uang pada Ibu. Mudah-mudahan beliau punya.’ Batin Tiara nelangsa memikirkan harus meminjam uang pada ibunya sendiri.

Sekali lagi, Tiara membaca keterangan yang tertulis serta testimony pada peserta. Ada beberapa orang yang mengaku bisa mendapat uang jutaan rupiah dalam waktu singkat. Ada juga yang perlu proses karena hanya mendapat seratus hingga lima ratus ribu per bulan.

“Apa aku bisa sukses dengan cara menulis?” gumam Tiara dalam keheningan kamar. Tiara tidak punya ide lagi.

Dia berbaring di tempat tidur. Melihat jarum jam yang terus bergerak. Tiara mendengar derap langkah Rian yang cepat. Pintu yang terbuka dan tertutup berdebam keras. Wanita itu bangkit. Tiara teringat dengan ponsel yang ia temukan di kamar tamu masih tergeletak di atas laci. Dia segera mengambil ponsel itu lalu berjalan membuka lemari. “Dimana aku harus menyembunyikan ponsel ini?”

Tiara memindai seisi lemari. Hingga matanya melihat kota beukuran sedang berisi album pernikahan. Dengan cepat Tiara mengambil kotak itu lalu menyembunyikan ponsel disana. Baru saja ia menutup lemari, pintu kamar terbuka dengan suara keras. Rian masuk ke kamar utama dengan wajah marah.

“Apa tadi kau masuk ke kamarku?” tanya Rian dengan nada menyeramkan.

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 5

    Tiara menggeleng. Dia menyembunyikan getar tangannya dibalik punggung. “Tidak. Bagaimana aku bisa masuk jika kamar selalu kau kunci?”“Jangan bohong. Tadi pagi aku meninggalkan ponsel di kamar. Karena terburu-buru aku tidak sempat mengambilnya dan lupa mengunci pintu. Siapa lagi yang akan mengambil ponsel itu selain kamu.”“Kalau tidak percaya periksa saja kamar ini. Geledah semuanya.” Tantang Tiara seolah tidak ada ponsel Rian yang ia sembunyikan.Rian mendengkus kesal. Berjalan ke tempat tidur. Meraba setiap inci seprai. Memeriksa bantal dan guling. Membuka semua laci lalu kembali ke hadapan Tiara. “Minggir.”Pria itu membuka lemari kanan. Memeriksa semua pakain Tiara yang tergantung. Lalu memeriksa pintu kiri. Mengeluarkan semua pakaian Tiara yang sudah terlipat rapi. Tiara hanya bisa menghela nafas. Mengambil semua pakaiannya lalu meletakan di tempat tidur. Saat berbalik, Tiara melihat Rian jongkok. Tubuh suaminya seperti mematung dengan pandangan tertuju pada kotak berisi foto pe

    Last Updated : 2024-10-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 6

    Tiara menutup matanya. Air mata mengalir dari sela-sela jari. Dia tidak bisa lagi menahan tangis yang menyesakan dada. Masih terdengar suara Rian di kamar yang bicara dengan lembut untuk Dina. Berbeda saat pria itu bicara dengan Tiara dan anak-anak mereka. Datar dan dingin. Seolah mereka adalah orang asing untuk Rian.“Kamu pengertian sekali sayang. Padahal Ibu pernah berkata buruk padamu, tetapi kamu masih memikirkan kesehatan Ibu. Kamu benar. Aku harus memikirkan cara yang tepat agar tidak membuat penyakit jantung Ibu semakin buruk. Beliau pasti sangat terkejut kalau aku memberi tahu Tiara sudah selingkuh dengan pria lain.” Rian kembali bicara tentang ibunya.Ibu mertua Tiara divonis mengidap penyakit jantung lima tahun lalu. Seluruh keluarga kompak menjaganya agar penyakit ibunya Rian tidak kambuh. Termasuk tidak memberi tahu berita buruk yang terjadi. Karena itulah Rian selalu berpura-pura mesra dihadapan orang tuanya. Agar ibu mertua Tiara tidak curiga ada masalah di rumah tangga

    Last Updated : 2024-10-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 7

    Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala

    Last Updated : 2024-11-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Last Updated : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Last Updated : 2024-11-04
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 10

    “Iya Bu,” jawab Tiara. Ia merasa heran karena ibu mertuanya terdengar membenci Dina saat membicarakan nama wanita itu.“Kenapa Rian bisa berubah Nduk? Apa yang sudah wanita itu lakukan hingga mempengaruhi Rian?” tanya Bu Mirna penasaran.Tiara menunjukkan foto dengan wajahnya dan pria asing. Dengan suara lirih, Dina menceritakan temuannya tentang foto-foto ini lalu membawanya ke pakar telematika. Tidak lupa wanita itu juga menunjukkan bukti yang diberikan Haris jika foto itu sudah diedit. Tiara bukan wanita yang ada dalam foto.“Dasar bodoh. Bisa-bisanya Rian lebih percaya dengan wanita itu tanpa menanyakannya lebih dulu padamu,” geram Bu Mirna tidak habis pikir.“Padahal dulu Rian sudah menuruti permintaan Ibu untuk menjauhi Dina. Kenapa sekarang dia lebih percaya dengan wanita itu.” Bu Mirna mengusap wajahnya kesal. Pandangannya tertuju pada tembok.“Mungkin Mas Rian memang tidak bisa melupakan Dina, Bu. Dia menikahiku hanya sebatas pelarian. Saat mantan pacarnya memberikan bukti pal

    Last Updated : 2024-11-05
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 11

    Tiara segera pergi saat Dina berbalik. Dia tidak tahu apa minuman yang ingin diberikan Dina pada mertuanya, tetapi ia punya firasat buruk jika minuman itu mengandung racun. Wanita itu duduk disamping Bu Mirna lalu berbisik, “Aku melihat Dina memasukan sesuatu ke botol air Bu. Sepertinya ada yang aneh.” “Wanita itu memang gila. Kamu jangan minum air yang Dina berikan Nduk,” bisik Bu Mirna. Tidak lama kemudian Dina datang. Ia meletakan empat botol air di meja. “Maaf kalau saya mengganggu. Sebagai permintaan maaf, saya hanya bisa memberikan botol air.” “Tidak perlu. Kita langsung bicara pada intinya. Apa yang hendak kalian lakukan dengan pria ini?” sela Pak Joko menunjuk pria misterius yang duduk di bawah. “Setidaknya berterima kasihlah pada Dina, Yah,” ujar Rian tidak terima pacarnya diabaikan. Rian seperti buta karena cinta hingga terus membela Dina. “Jangan bertele-tele. Apa yang sedang kalian rencanakan?” Pak Joko tidak peduli dengan keluhan Rian. Tiara tersenyum sinis menatap

    Last Updated : 2024-11-06
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 12

    “Tidak mungkin Bu. Untuk apa Dina memberikan guna-guna,” bantah Tiara tidak percaya.“Ibu sudah mengira jika kamu tidak bisa percaya begitu saja. Namun ini kenyataannya Nduk. Lima belas tahun lalu Dina pernah membuat Rian kabur dari rumah karena kami tidak setuju dengan hubungan mereka. Ibu mencari tahu siapa Dina. Orang tuanya bekerja di sawah milik dukun.”“Hanya itu Bu?” tanya Tiara skeptis.“Setelah kami cari tahu, orang tua Dina juga suka berhutang. Banyak rentenir dan orang bank yang menunggu di depan rumah. Ibu tidak ingin Dina menikah dengan Rian karena takut wanita itu hanya memaanfaatkan kekayaan kami. Sehari setelah kami menolak hubungan mereka, Rian kabur dari rumah. Kami membiarkan untuk memberi pelajaran bahwa tidak semua keinginan anak harus dituruti,Meski begitu, Ayah tetap meminta bantuan pada saudara yang menjadi polisi untuk melacak keberadaan Rian. Belum sempat kami melakukan pencarian, dia pulang ke rumah. Minta maaf dan memohon restu untuk hubungan mereka. Ibu t

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 80

    Tiara berdandan di depan meja riasnya. Menutup matanya yang gelap karena sering bangun pagi untuk mengetik novel. Dia memakai pelembap, sunscreen, foundation baru yang terakhir bedak. Setidaknya wanita itu ingin menunjukkan pada orang tuanya kalau kondisinya sekarang sudah baik-baik saja. Terlepas dari prahara yang sempat membuat emosinya naik turun selama beberapa tahun terakhir.Wanita itu memakai gamis berwarna biru muda yang dipadukan dengan jilbab berwarna abu-abu. Tidak lupa ia memakai sandal tinggi untuk menunjang penampilannya dalam hal tinggi badan. Dia mengambil tas, memasukan dompet dan ponselnya kesana. Tidak lupa mengambil kunci motor dari laci.Saat keluar dari kamarnya, suasana ruang tengah terasa sepi. Tidak terdengar celoteh anak-anak karena Angggrek dan Lily sedang sekolah. Hanya Nana sendiri di lantai dua bermain ditemani kakung dan utinya. Wanita itu memutuskan untuk naik ke lantai dua guna berpamitan pada putri bungsu dan kedua mertuanya.Benar saja tebakan Tiara,

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 79

    Aktivitas Tiara pagi ini berjalan seperti biasa. Sebelum subuh dia sudah menyelesaikan dua bab novel dan mengedit bab sebelumnya. Lalu keluar kamar untuk salat subuh. Saat bertemu dengan Rian tadi, hati Tiara sempat berdebar sebentar. Entah apa penyebabnya. Mas Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disini selama rumah kontrakan itu belum dibersihkan.Ada yang berdenyut nyeri dalam sudut hatinya saat Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disana selama menunggu keputusan Tiara. Rian tidak ingin membuat Tiara merasa tersiksa dengan keegoisannya. Padahal Rian sudah ikhlas melepasnya setelah tahun-tahun menyakitkan yang harus ia lalui. Namun kenapa Tiara justru merasa sedih.“Kamu jadi pergi ke rumah orang tuamu Nduk?” tanya Bu Mirna saat mereka tengah membuat sarapan bersama. Tiara tidak perlu khawatir dengan anak-anak karena mereka bermain di lantai dua bersama Pak Joko. Persiapan sekolah Anggrek dan Lily juga sudah disiapkan. Jadi dia bisa memasak dengan tenang bersama Bu Mirna.“Jadi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 78

    Dina akhirnya dibawa pergi bersama orang tuanya. Rian berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak ada perawat atau dokter jaga yang menghentikan mereka. Rian hanya mengamati dalam diam. Aurel berhenti di ruang tunggu IGD. Pria itu memilih berdiri di belakang mantan atasannya itu.“Kita bisa bicara disini,” kata Aurel lalu duduk di kursi paling belakang.Rian mengikuti lalu duduk disampingnya. Suasana hening tidak membuat kecanggungan diantara mereka. Rian mengeluarkan sebotol air dari tasnya lalu memberikan botol itu pada Aurel.“Minum dulu Bu,” ucap Rian perhatian.Aurel mengangguk. Dia menerima botol pemberian Rian lalu berkata, “Terima kasih.”“Maaf aku menggagalkan pernikahanmu,” kata Aurel setelah hening yang cukup lama.“Tidak masalah Bu. Sebenarnya saya juga yang menyebabkan orang tua Dina sakit. Seandainya saya tidak punya niat pergi ke rumah keluarga adik saya, mungkin rencana orang tua Dina bisa berjalan mulus dan kami terpaksa tetap melangsungkan pernikahan,” kata Rian ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 77

    Apakah Dina sedih dengan kenyataan kalau dia akan berpisah dari Rian? Tentu saja sangat sedih. Namun Dina tidak bisa melakukan apapun. Setelah bicara seperti itu, Aurel justru diam saja. Dia bangkit dari kursinya lalu berbalik mendekati ranjang bapak Dina. Mata mengintimidasinya sudah sirna, berganti dengan kebencian yang mengendap setelah mengetahui semua dalang kerusuhan orang tuanya bulan lalu. Itulah bapak Dina.“Pindahkan mereka ke panti jompo milik Luna. Bawa sekalian wanita ini,” kata Aurel memberi perintah.“Baik Bu,” jawab pengawal dibelakangnya.Dina mendongak. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tubuhnya yang sudah membaik kembali gemetar hebat. Mulutnya terbuka dan tertutup. Ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satu patah katapun yang keluar. Bibirnya hanya bergerak seperti ikan koi. Tenaga Dina yang masih lemas juga belum kembali saat ada beberapa orang berbaju hitam masuk. Dua wanita yang memakai baju yang sama dengan rambut disanggul membantu Dina ber

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 76

    Tubuh Dina bergetar. Wanita yang berdiri di hadapannya benar-benar mengintimidasi. Tubuh Dina terasa lemah hingga ke tulang. Saat berusaha berdiri, ia justru terjatuh. Bersimpuh di kaki Aurel yang mengenal high heels tinggi untuk menunjang penampilannya.“Kenapa kau ketakutan seperti itu? Apakah wajahku terlihat sangat menyeramkan?” tanya Aurel dengan nada manis.Seorang pria botak bertubuh tinggi dengan badan kekar dan kacamata yang menutup matanya, mengambil kursi yang tadi ditempati oleh Dina. Aurel duduk di kursi itu. Menyilangkan kaki jenjangnya tepat di hadapan Dina. Dia menunjuk tirai yang akan menutup bed tiga dan empat di sebrang. Untunglah para keluarga yang berjaga masih tidur.Jadi mereka tidak bisa mendengar keributan di ruangan yang sama. Setidaknya Dina tidak akan merasa malu karena diperhatikan banyak orang. Dalam hatinya, wanita itu bersyukur karena Rian tidak ada disana. Jadi sang suami tidak perlu melihatnya dalam keadaan seperti ini.Dina memperbaiki posisi dudukny

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 75

    Dua jam sebelumnya saat Rian baru sampai di rumah Tiara, Dina mengikuti para perawat yang membawa orang tuanya ke ruang perawatan lantai dua. Ia sibuk berkirim pesan dengan staff panti jompo.[Saya tidak pernah membatalkan reservasi saya. Hanya ini nomor saya satu-satunya yang bisa menghubungi anda. Jadi tidak mungkin saya yang membatalkan pesanan reservasi.]Tidak membutuhkan waktu lama saat pesannya dibalas. Sambil bersandar ke dinding lift, Dina fokus menatap layar ponselnya.[Maaf Bu. Saya juga sudah mengatakan hal itu pada kepala yayasan. Selama ini pembatalan reservasi selalu lewat staff. Say sendiri tidak bisa menolak keputusan kepala yayasan. Sekali lagi saya minta maaf.]Pesan balasan dari staff disana membuat kepala Dina terasa semakin berdenyut. Langkahnya terasa melayang saat ranjang orang tuanya keluar dari dua lift yang berbeda. Mereka masuk ke ruang melati nomor satu. Sudah ada dua pasien lain yang lebih dulu menempati ruang rawat itu. Ranjang bapak dan Ibu Dina diletak

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 74

    Selepas kepergian Rian, Tiara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sayangnya walaupun sudah berbaring, matanya tidak bisa kunjung terpejam. Tiara masih memikirkan perkataan Rian tadi.Padahal dia harus bangun dua jam kemudian agar bisa mengetik novel. Walaupun Rian sudah tahu tentang pekerjaannya, tapi pria itu tidak menanyakan berapa yang didapat Rian sekarang. Tiara juga tidak cerita. Jadi dia tidak memberi tahu berapa penghasilannya sekarang.Karena tidak bisa tidur, Tiara justru ingin buang air kecil. Dia turun dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka. Setelah menyelesakan urusannya, Tiara langsung kembali ke tempat tidur. Dia justru berdiri didepan nakas kecil yang berjejer dua foto. Foto pertama adalah foto orang tuanya dan yang kedua adalah foto keluarga kecil mereka. Foto yang penuh kepalsuan. Karena saat itu Rian masih bersikap tidak acuh pada mereka. Saat itu Tiara merasa sangat senang karena Rian mau melakukan foto keluarga lengkap sejak N

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 73

    Tiara menulis apa saja yang disukai ketiga buah hatinya dan apa saja yang tidak mereka sukai. Meskipun hatinya sudah mantap untuk berpisah dari Rian, tapi Tiara tetap menyambut baik niat sang suami untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anak mereka. Wanita itu bisa merasakan jika sejak tadi Rian terus memandang wajahnya.Kini tidak ada lagi beban di hati Tiara. Dia tidak tahu apakah masih ada cinta atau tidak dalam hatinya. Namun untuk sekarang Tiara hanya ingin menjauh dari Rian. Dia tidak ingin memberi harapan pada sang suami kalau rumah tangga mereka akan kembali seperti dulu lagi.Bagi Tiara saat ini dia sudah tidak ada beban yang mengganjal di hatinya karena sudah mendapat permintaan maaf yang tulus dari Rian. Yang teprenting saat ini adalah kebahagiaan Anggrek, Lily dan Nana yang akan mendapat kasih sayang mereka kembali setelah beberapa tahun berlalu.“Ini barang-barang yang merkea sukai. Sudah aku lingkari. Sedangkan kertas yang satu lagi adalah barang-barang serta makanan yan

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 72

    Tiara terdiam. Dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu keluar dari mulut Rian saat ini juga. Walaupun dia sudah menyangka kalau sang suami akan menebak keptusannya ini setelah mengetahui kalau Tiara sudah menjadi penulis online. Walaupun Rian belum tahu detail pekerjaan dan berapa gajinya per bulan.“Kamu sudah bisa menebaknya Mas,” jawab Tiara lirih.Entah kenapa dia tidak kuasa melihat wajah sang suami yang sedih. Padahal sebelumnya Tiara benar-benar bersikap apatis pada sang suami. Namun perasaan itu hanya melingkup hatinya selama beberapa saat. Karena sedetik kemudian hati Tiara kembali membeku. Melindungi pertahanan dirinya agar tidak terluka untuk yang kesekian kalinya.“Memang. Aku sudah bisa menebaknya,” jawaban Rian kian lirih. Hampir tidak terdengar dan terbang terbawa desau angin. Seandainya keheningan mala mini tercemar suara berisik, Tiara tidaka akan bisa mendengar perkataan sang suami.“Lalu apa yang kau bicarkan lagi jika sudah tahu semuanya Mas?” tanya Tiara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status