“Jawabannya akan kamu ketahui setelah kita menemui kakek,” terang Irwan. Tanpa menunggu lama, Alga langsung menemui kakeknya, diikuti oleh kedua orang tuanya.
“Kek, apa yang Kakek bahas dengan Hana tadi? Kenapa dia bisa nangis sepert itu, Kek?” tanya Alga penasaran.
Kakek menghela napas panjang. “Kakek mau Hana melepaskan kamu, karena Kakek mau kamu menikahi Sukma.”
“Apa? Menikahi Sukma? Alga gak mau menikah dengan Sukma, Kek. Wanita yang Alga cinta hanya Hana. Alga rasa semua orang di rumah ini sudah mengetahui akan hal itu, bukan?”
“Kakek tidak suka dibantah, mau kamu menolak bagaimanapun, Kakek tetap akan menikahkan kamu dengan Sukma. Kakek sudah janji dengan almarhum kakeknya Sukma bahwa akan menjaga anak serta cucunya. Sedangkan kondisi Kakek yang sudah tua renta ini tidak memungkinkan untuk bisa menjaga Sukma. Jadi, Kakek mau sebelum Kakek kembali ke pemilik-Nya, Kakek ingin melihat Sukma menikah dengan lelaki yang tepat yang bisa Kakek percaya atas hidupnya dan laki laki itu adalah kamu, Alga,” tegas kakek Umar.
“Kek, gak bisa gini dong. Ini sudah zaman modern, Alga gak mau dijodohin atau dipaksa nikah kayak gini, Kek. Alga mau nikah dengan wanita yang Alga cinta.”
““Kakek mohon, Al, tolong turuti keinginan Kakek kali ini saja. Mungkin ini adalah permintaan terakhir Kakek. Kalau hanya soal cinta, Kakek yakin lama lama nanti kamu juga pasti akan mencintai Sukma seperti kamu mencintai Hana.”
“Cinta tak sesederhana itu, Kek. Pernikahan tanpa cinta itu mustahil akan baik baik saja. yang ada nanti Alga bisa menyakiti Sukma,” sahut Alga.
“Ma, Pa, bantuin Alga dong, jangan diam gini! Alga punya kehidupan sendiri, Alga gak mau hidup Alga diatur atur.” Alga mengacak rambutnya dengan kasar. Jangankan untuk mencintai, tertarik saja pada Sukma pun tidak pernah terlintas dalam pikiran Alga. Detik kemudian Alga meninggalkan keluarganya yang masih berkumpul di kamar kakeknya dan bergegas keluar rumah.
“Pa, kenapa harus Alga sih yang menikahi Sukma? Kenapa gak Angga saja?” tanya Anggi.
“Papa lebih percaya pada Alga dari pada ke Angga. Angga terlalu cuek sama keluarga, mana mungkin dia menjaga Sukma.”
“Atau mungkin Sukma sudah punya kekasih, Pa?”
“Papa yakin dia bukan gadis yang neko neko, tentang kekasih jelas dia tidak akan punya.”
“Tapi kalau Papa memaksakan kehendak seperti ini, yang jadi korban Alga, Pa, anak Anggi.” Di sini Anggi berusaha meminta keadilan atas hidup anaknya pada sang ayah.
“Seluruh kekayaan Papa akan Papa wariskan pada Alga jika dia bersedia menikahi Sukma.”
“Pa – “ Belum juga Anggi meneruskan ucapannya, kakek Umar sudah mendahului.
“Papa gak suka dibantah. Keputusan yang sudah Papa buat tidak akan ada satu pun yang bisa mengganggu gugat, termasuk kalian.” Kedua orang tua Alga menghela napas berat mendengar pernyataan itu.
***
Setelah 15 menit Alga mengendarai mobil sportnya, akhirnya dia sampai di basemant apartement sang kekasih. Buru buru Alga menaiki lift untuk bisa segera sampai di unit Hana. Dia tau saat ini pasti wanitanya sedang menangis. Sampai di depan pintu unit Hana, Alga langsung memasukkan password pintu untuk bisa masuk.
“Han,” panggil Alga seraya membuka pintu kamar Hana. Di sana Alga melihat sang kekasih sedang duduk memeluk kakinya sendiri dengan linangan air mata. Melihat kedatangan Alga, Hana langsung berlari ke arah Alga berasa. Keduanya kini saling memeluk seolah saling melepaskan gejolak yang mereka rasakan. Mereka berpelukan begitu lama, seolah tak akan ada lagi lagi pelukan setelahnya.
“Sudah jangan nangis! Hatiku hancur lihat kamu sedih seperti ini, Han.” Alga menghapus air mata Hana perlahan, lalu diciumnya kedua mata indah kekasihnya itu.
“Sanggup gak ya aku tanpa kamu, Al?”
“Kamu selamanya akan bersama aku, Han. Kita akan selalu sama sama,” ucap Alga untuk menenangkan kekasinhnya.
“Kakek sudah menyiapkan wanita yang layak untuk bersanding dengan kamu, Al.”
“Dengarkan aku, Yank!” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua tangannya. “Aku hanya mencintai kamu dan hanya kamu yang akan jadi istri aku,” ucap Alga mantab tanpa ragu sedikit pun.
“Al, kalau memang takdir terbaik untuk kita adalah berpisah, aku akan belajar untuk ikhlas. Cinta tak harus memiliki, bukan?”
“Tapi cinta akan indah jika kita saling memiliki sampai ke syurga-Nya, Han.”
"Harapanku juga begitu, tapi kalau takdirnya berbeda, kita bisa apa? Mau maksa Tuhan untuk mempersatukan kita? Tuhan tidak kehabisan cara untuk memisahkan mereka yang tidak berjodoh dan Tuhan juga tidak kehabisan cara untuk menyatukan mereka yang berjodoh. Seberapa kuat usaha kita untuk bersama, jika jodoh kamu adalah Sukma, maka kita tetap tidak akan bersama. Mungkin memang ini jalan takdir di antara kita. Jadi belajar menerimanya ya!" Sungguh sesak dada Hana mengatakan hal itu, kata yang selama ini tak pernah ia inginkan keluar dari mulutnya. Pada akhirnya Hana harus merelakan hubungan yang sudah berjalan hampir 3 tahun itu. Inilah part paling menyakitkan suatu hubungan, yaitu perpisahan.
“Sampai kapan pun aku gak mau berpisah dengan kamu, Han. Apa kita nikah lari aja?" ajak Alga kemudian.
Hana menggeleng. "Itu bukan slusi, yang ada hanya memperkeruh suasana. Belum lagi kondisi kakek, kalau kenapa kenapa dengan beliau gimana?"
"Aku gak peduli, yang penting gak ada yang memisahkan kita dan kita bisa menikah dan hidup bersama selamanya."
"Jangan seperti ini! Aku gak mau karena cinta kamu jadi anak yang durhaka. Apalagi sampai membuat kamu menyesal seumur hidup karena telah mengambil keputusan gegabah yang pada akhirnya akan mengancam nyawa kakek." Jangan tanya bagaimana hati Hana ketika berkata bijak demikian pada Alga, rasanya seperti ditusuk ribuan sembilu, sungguh luka tak berdarah.
"Aku tidak bisa, Han. Setelah apa yang telah ku perbuat di malam itu, aku gak mungkin meninggalkan kamu begitu saja. Aku sudah merusak kamu dan aku nikahnya dengan orang lain? Tidak, itu jelas tidak mungkin." Alga terus menggenggam tangan mungil milik Hana.
"Yang harus kamu pikirkan sekarang adalah kondisi kakek, bukan aku. Aku pasti baik baik saja, percaya sama aku ya!" Hana membalik tangannya hingga posisinya kini tangan Hana yang memegang erat tangan Alga.
"Jika tidak bersamamu, aku juga tidak mau dengan yang lain, Han.”
“Al, kita gak ada yang tahu kematian itu datangnya kapan. Kamu gak ingin mengecewakan kakek, ‘kan? Mungkin dengan kamu mengiyakan keinginan beliau untuk menikahi Sukma, itu akan jadi hadiah terindah di sisa akhir hidup beliau.”
Di sini Alga mulai mempertimbangkan semuanya. Yang dikatakan Hana ada benarnya. Tapi untuk melepas Hana dia juga begitu berat. Kalau ditanya siapa yang paling tersiksa? Alga akan menjawab bahwa posisi dirinya yang paling menyiksa. Kakeknya dan Hana sama sama adalah orang yang Alga Cintai. Alga tak pernah membayangkan bahwa hubungannya dengan Hana akan seperti ini. Di sini Alga tak ingin mengecewakan kakeknya, namun ia juga harus memikirkan kondisi Hana yang secara sadar telah dia hancurkan masa depannya. Alga merasa sangat bersalah pada Hana, entah bagaimana caranya ia menebus kesalahan itu pada wanita kelahiran Semarang itu.“Kamu gak usah khawatirkan tentang aku, aku janji aku akan baik baik saja, Al,” ucap Hana seolah tau apa yang sedang berkecamuk dalam kepala Alga. Tanpa ada yang tahu hati Hana meronta ronta kesakitan.“Aku gak pernah bayangin jika hubungan kita akan seperti ini pada akhirnya.” Alga mencium kedua tangan Hana begitu lama dengan tangis yang sesenggukan. “Maaf, maaf
"Okey, habis ini kutemui. Dimana beliau?" tanya Hana yang masih di dalam toilet."Di ruang tunggu lantai bawah, Han."Hana merapikan penampilannya, lantas bergegas menemui mama Alga yang ternyata datang bersama dengan suaminya, papa Alga."Tante, Om, maaf sudah membuat nunggu lama," ucap Hana seraya menyalami keduanya."Kok gak panggil mama dan papa lagi, Han?""Maaf, sudah gak berhak lagi soalnya sekarang Om, Tante. Oh iya, kalau boleh tau ada apa Tante dan Om ingin bertemu dengan Hana?""Han, maafkan kami ya, Sayang. Kami gak bisa berbuat apa apa dengan keputusan kakek. Kami juga memikirkan kondisi kakek. Kami benar benar minta maaf atas apa yang terjadi antara kamu dan Alga."Hana menampilkan senyum termanisnya di depan kedua orang tua Alga untuk menutupi kesakitannya. "Mungkin memang ini yang terbaik buat Hana dan Alga. Alga bukan jodoh Hana, melainkan jodoh Sukma.""Kami mohon ya, Sayang. Meskipun bukan kamu yang menikah dengan Alga, kamu tetap kami anggap sebagai keluarga, kamu
Keadaan Hana benar benar berantakan, hari ini dia tidak bekerja bahkan tanpa izin. Gawainya pun entah ada di mana, dia tak lagi mempedulikannya. Kebiasaan ketika pikirannya buntuh, Hana akan memilih untuk berendam air hangat di bathup. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, Hana melangkah ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air shower ditambah air hangat yang dari bathup. Seharian penuh dirinya berendam, tak ia indahkan tubuhnya yang menggigil dan membiru karena kedinginan. Lalu di sore hari, tiba tiba ada seseorang yang masuk ke dalam unitnya, entah bagaimana caranya dia mengetahui password pintu unit Hana.“Hanaaaaa,” teriak Sindy shok melihat kondisi Hana saat ini. Dengan sekuat tenaga Sindy langsung mengangkat tubuh Hana yang sudah pucat pasih tersebut, lalu dibopongnya ke kasur. “Lo jangan gila, Han. Mau mati sekarang lo?” bentak Sindy, namun Hana hanya diam membisu. Sindy mengambil baju serta selimut untuk Hana. “Bukannya lo bilang kalau lo udah ikhlas melepas Alga? Tapi k
“Yang sabar ya, Han. Kalau memang kejadian ini membuat konsentrasi bekerjamu menurun, saya izinkan kamu mengambil cuti untuk menenangkan diri dahulu. Saya memang tidak pernah merasakan ada di posisi kamu, tapi saya cukup mengerti bagaimana perasaan kamu ditinggal nikah oleh orang yang sangat dicintai. Apalagi kalian putus dalam keadaan masih cinta satu sama lain, hanya saja keadaan yang memisahkan.” Huft … Hana pikir kabagnya tahu tentang kehamilannya, tapi ternyata kabagnya mengira Hana stress karena ditinggal nikah oleh Alga.“Iya Pak, terima kasih kalau ternyata Bapak bisa mengerti perasaan saya saat ini. Tapi saya mohon rahasiakan izin cuti saya dari siapa pun terutama dari Sindy ya, Pak.”“Kenapa?”“Tidak apa apa, Pak, saya ingin privasi saja dan saya percaya Bapak bisa menjaga rahasia saya ini.”“Baiklah. Berapa lama kamu akan mengambil cuti?”“Sejumlah cuti yang belum saya ambil, Pak.”“12 hari?” Hana mengangguk.“Mulai kapan?”“Besok boleh, Pak?”“Asalkan semua pekerjaan kamu
"Apaaa? Kamu sudah gila? Mau berapa banyak dosa yang akan kamu perbuat, hah?" murka sang papa, lalu berdiri dan menghempaskan tangan Hana di kakinya."Hana tidak siap untuk menjadi seorang ibu apalagi menjadi orang tua tunggal, Pa," jelas Hana."Kalau begitu, kenapa kamu lakukan hal keji itu, hah? Berani melakukan tapi cemen untuk mempertanggung jawabkan. Sekarang juga kamu harus minta pertanggung jawaban dari laki laki yang sudah menghamili kamu!” pinta sang papa kemudian."Maafkan Hana, Pa, Hana tidak tahu siapa ayahnya," bohong Hana. Hana memang tidak pernah cerita kalau dia punya pacar di Jakarta, apalagi cerita mengenai Alga. Bukan Hana tidak mau terbuka dengan keluarganya, akan tetapi Galih selalu mengultimatum bahwa laki laki sejati akan menyatakan cintanya pada kedua orang tua si gadis sekalian sebagai bentuk izin. Seperti yang dilakukan Galih pada Intan dulunya."Terus kamu berhubungan dengan siapa kok bisa tidak tahu siapa yang menghamili kamu? Apa kamu korban pelecehan? Kal
"Padahal sayang sekali loh, Han, karir kamu lagi melambung loh tahun ini.""Iya Pak, sebenarnya saya juga berat untuk resign dari perusahaan ini. Tapi keadaan yang membuat saya terpaksa melakukan ini semua, Pak.""Okeylah kalau memang ini pilihan kamu, semoga kamu sukses meraih karirmu nanti di tempat tinggalmu yang baru ya. Dan kapan pun kamu ingin kembali bekerja di perusahaan ini, jangan sungkan hubungi saya.""Baik, terima kasih banyak ya, Pak. Saya sangat senang dan suatu kebanggaan juga bagi saya bisa bekerja di perusahaan ini. Terima kasih banyak juga atas kesempatan yang diberikan perusaan ini kepada saya, Pak.” Hana menjabat tangan HRD. “Kalau begitu sekalin saya pamit ya, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak, Pak." Lagi lagi sebelumnya Hana minta untuk pengajuan resignnya ini dapat dirahasiakan dari siapa pun."Han," panggil Sindy ketika melihat Hana keluar dari ruang HRD."Hai, Sin.""Katanya izin cuti 2 minggu, kok sudah balek? Lo baik baik aja kan, Han?""Yes
“Sok tahu kamu, siapa yang bilang aku hamil? Gak ada ya,” jawab Hana dengan nada santai seraya mengambil air minum untuk ia teguk. Karena jujur saja tubuhnya sedikit gugup dan ada rasa pias ketika mendengar Alga tahu bahwa dirinya sedang hamil. Minum adalah cara Hana untuk menghilangkan kegugupan.“Han, jujur aja kenapa sih! Kamu sedang hamil anakku, kan?” desak Alga.“Apa sih? Kalau aku bilang gak hamil ya gak hamil! Maksa banget sih.”“Tinggal jawab iya aja apa susahnya sih, Han?”“Meski aku hamil pun, kamu gak usah khawatir. Kamu akan tetap menikah dengan Sukma, aku gak akan menghancurkan pernikahan kalian. Aku tidak sejahat itu kok,” ucap Hana begitu tenang. Padahal hatinya sedang berkobaran gejolak api emosi.“Maksud kamu apa bilang kayak gitu, Han?”“Apa pun yang terjadi sama aku, aku janji gak bakal ganggu kamu. Sekali pun misal aku hamil anak kamu, aku gak bakalan minta pertanggung jawaban dari kamu.”“Mana bisa kamu gak mau minta tanggung jawabku? Itu anak aku loh kalau kamu
Sepagi ini Hana sudah bersiap untuk kepulangannya ke Semarang. Tak ada yang tahu bahwa hari ini Hana akan pergi meninggalkan ibu kota Jakarta. Pak Cahyo, supir yang ditugaskan oleh orang tua Hana semalam juga telah sampai. Hana meratapi apartemennya, bayangan kenangannya bersama Alga berputar bak film yang diputar ulang. Hanya janin yang dikandungnya yang ia bawa sebagai kenangan satu satunya dari Alga. Hari ini pula bertepatan dengan hari pernikahan Alga dan Sukma. Membayangkan hari ini Alga mengucapkan ijab qobul dan bukan namanya yang disebut, hancur rasanya hati Hana. Kemarin kedua orang tua Alga datang menemui Hana. Mereka meminta maaf atas apa yang terjadi pada Hana dan mereka juga meminta maaf karena mereka tidak mungkin membatalkan pernikahan Alga dan Sukma yang sudah di depan mata. Mereka memohon agar Hana tidak menggugurkan janin yang ia kandung, mereka berjanji akan melamar Hana setelah pernikahan Alga dan Sukma usai. Mereka juga berjanji maksimal seminggu dari hari ini mer
“Aku pastikan anak anak kita nanti akan bangga dan sempurna memiliki ibu sepertimu, Istriku.”“Dan anak anak kita bisa beranggapan seperti itu pada ibunya karena hadirmu yang selalu menyempurnakanku, Suamiku.”“Terima kasih, sudah mencintaiku tanpa peduli jarak dan waktu. Kalau bukan kamu yang aku cintai, aku gak tahu apa orang lain itu bisa tetap mencintaiku diketidak pastian diriku yang menghilang. Aku pun sulit untuk membayangkan hal itu.”“Kamu juga, ‘kan? Kamu mencintaiku tanpa peduli jarak, waktu, serta dimensi koma yang kamu selami kala itu.” “Kamu lebih hebat dan lebih setia, Sayang. Kamu yang setiap saat menapaki bumi dengan lalu lalang lelaki yang jelas jelas sudah mengisi hari harimu, tapi sedikit pun kamu tidak goyah dengan kehadirannya. Kamu kuat mempertahankan cinta kamu tetap untukku. Kamu hebat, sangat hebat.” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua telapak tangannya. “Tentang aku, saat itu aku tebujur kaku yang bernapas saja bergantung pada mesin. Andai papa dan mama
“Aku bisa merasakan denyut lemah itu sedang kesakitan saat ini.” “Denyut lemah?” “Iya, yang di dalam sana,” tunjuk Sindy pada dada Aris. “Kenapa kamu bisa tahu?” “Cinta benar benar buta ya, sampai kamu tidak sadar ketika tadi kamu mengutarakan isi hati kamu pada Hana, aku berada tepat di samping tubuh Hana, tubuh yang sebenarnya ingin kamu bersamai seumur hidupnya.” “Oh maaf, aku kira kamu –“ “Cenayang? Tentu tidaklah. Aku manusia biasa, yang bisa mendengar dan melihat atraksi dan interaksi orang orang di sekelilingku.” “Bukan gitu, aku kira kamu melihat wajahku begitu mengenaskan, terlalu nampak jika aku sedang berduka di atas kebahagiaan orang yang aku cintai.” “Kamu cinta atau sayang dia?” “Aku mengakui getaran cinta itu saat bersamanya, aku merasakannya. Bahkan ketika tadi aku ajak ia berbicara pun masih sama rasanya.” “Kamu percaya bahwa cinta itu bisa hilang sedangkan rasa sayang itu tidak akan bisa hilang?” “Kenapa bisa begitu? Bukannya cinta itu sudah pasti sayang se
“Mana ada calon? Belum ya.” “Lah yang selalu kamu posting itu siapa?” “HTS-an doang mah,” jawab Sindy seraya mengerucutkan bibirnya. “Ya cepet diresmikan dong!” “Udah lost contact.” “Kok bisa?” “Udah ah jangan bahas itu, aku lagi gak mau sedih di hari pernikahan kamu loh.” “Ututu, sini sini peluk, Sayang!” Hana pun memeluk Sindy sambil menepuk nepuk pelan bahunya. “Han, selamat ya! Sudah bahagia kan dengan seseorang yang selama ini kamu inginkan?” Tiba tiba Aris mendekati Hana seraya menjabat tangan Hana. “Makasih banyak, Ris.” “Aku juga ucapkan terima kasih untuk kamu. Karena kamu sudah mengajarkan banyak hal padaku, Han, terutama tentang ikhlas untuk melepas. Tentang arti mencintai tanpa memiliki serta terkait makna lebih mementingkan hati yang cintai untuk menjemput bahagianya meski bukan denganku ia melanjutkan jalan hidupnya. Kamu juga mengajarkan dan membuktikan ada semesta bahwa ternyata cinta bisa habis pada satu orang, Han,” ungkap Aris sesuai apa yang ada dalam hati
Tidak salah jika Bali sering kali dinobatkan sebagai tempat paling romantis di Indonesia bahkan juga telah diakui oleh dunia. Tak heran jika dream wedding Hana adalah Bali. Hari yang ditunggu tunggu kini telah tiba, yaitu pernikahan Hana & Alga. Keduanya menggelar resepsi pernikahan di sebuah taman yang begitu indah yang diapit oleh dua pantai pasir putih yang memang sudah menjadi salah satu favorit wedding venue dengan pemandangan beachfront. Tidak banyak tamu undangan, hanya kurang lebih 200 orang saja. Hanya orang orang terdekat dari kedua keluarga juga dari teman teman Alga dan Hana.Akad nikahnya dilaksanakan pagi hari di semi outdor yang berlokasi di satu tempat yang sama, namun berjarak. Akan tetapi masih dengan pemandangan pantai yang menenangkan, menjadikan acara sakral tersebut menjadi lebih khidmat dan syahdu secara bersamaan.“Wahai ananda Alga Mahardika, tangan yang saat ini kau genggam itu adalah tangan dari seorang ayah dari calon pengantin wanitamu, Hana Camilla. Yang s
“Gak apa apa dong. Nanti aku bantuin kamu urus café di sela aku pantau kantor yang di Jakarta. Sambil menunggu waktu setahun itu, sekalian kita nanti bangun café juga di Jakarta ya. Biar café kamu punya cabang.”“Seriusan?”“Pernah aku gak serius dengan apa yang aku ucapkan sama kamu?” Hana menggeleng. “Semoga gak ada halangan aja biar semua terealisasikan dengan baik ya, Sayang.” Keduanya pun mengaamiinkan. “Aku tahu, memiliki café dengan menu per-dessert-an adalah impian kamu sejak dulu. aku masih ingat semua mimpi yang pernah kamu bilang ke aku. Jadi, aku gak mau dengan hadirnya aku, dengan hidupnya kamu bersamaku nantiny, itu akan menghalangi semua mimpi kamu, Sayang. Aku bahkan akan selalu support semua yang kamu impikan selagi itu baik.”“Ah … terharu aku tuh.” Hana pun langsung memeluk tubuh laki laki yang sangat dia cintai itu.“Oh iya, aku malam ini tidur sama kamu boleh gak sih?”“Mana boleh? Kamu tidur sama Al aja.”“Kamu gak kangen aku?”“Kangen, tapi gak harus tidur berdua
“Aku harus merebut cinta anak kita agar bisa mencintaiku sepenuhnya,” ucap Alga kemudian.“Kamu mau merebut dia dari aku? Aku yang hamil, aku yang melahirkan, aku yang kasih ASI, aku juga yang ngurus bahkan bergadang jagain dia, terus kamu datang datang mau merebut dia dari aku? Oh tidak semudah itu Ferguso!” Hana ngomel seraya mendorong dada Alga.“Heiii … bukan merebut dari kamu, Sayang. Tapi maksudku, aku mau menggantikan sosok laki laki itu dari hati anak kita. Aku gak mau ya dia lebih sayang ke orang lain timbang ke aku yang notabennya adalah ayah kandungnya,” jelas Alga.“Ish kirain.” Satu kecupan langsung Alga layangkan di bibir Hana. Lelaki itu gemas melihat wanitanya ngomel. “Gak sopan ih,” protes Hana.“Sopan aja lah, lah wong sudah pernah buat anak aja.” Hana pun langsung melayangkan cubitan di perut Alga. “Auuu … sakit tahu, Sayang.”“Biarin ah,” sewot Hana.“Kalau kayak gini, aku bawaannya pengen ngajak kamu ke KUA sekarang aja deh.” Hana hanya mencebikkan bibirnya saja.“
“Mau gak kalau beli dinonya nanti sama Papa aja, Sayang?” tanya Alga untuk mencairkan suasana yang sempat membeku.“Emangnya om Ayis ke mana? Om Ayis sudah janji sama Al mau jalan jalan ke mall hari ini. Iya kan, Ma? Al mau beli sama om Ayis pokoknya,” rajuk Al.Mendengar hal itu Hana beserta keluarganya tidak enak pada Alga dewasa. Hana pun menghampiri Al dan berjongkok untuk menyetarakan tubuhnya dengan sang anak. “Al Sayang, om Aris sedang sibuk, jadi belum bisa main sama Al. Nanti kita beli sama papa aja ya!”“Tumben om Ayis gak bisa temenin Al sih, Ma? Katanya om Ayis sayang sama Al. Pokoknya Al mau om Ayis.” Al sudah mulai mewek. Namun, Hana berusaha untuk menenangkan Al.“Sayang, om Aris harus kerja biar dapat uang yang banyak. Jadi, sekarang belum bisa main sama Al dulu. Tapi in syaa Allah nanti om Aris kalau sudah banyak uangnya, pasti akan temenin Al main lagi.”“Bener?” Hana mengangguk.Alga memperhatikan 2 orang yang sedang bernegoisasi itu, hati Alga terasa nyeri ketika s
Bukan tanpa sebab Galih memberikan keputusan tersebut, tapi Galih tahu laki laki yang dicintai oleh putrinya adalah Alga. Kegigihan hati seorang Hana yang tidak bisa membuka hati pada laki laki mana pun membuat Galih mengerti bahwa kebahagiaan sang putri ada pada Alga. Dirinya berharap keputusannya merupakan keputusan yang tepat. Galih bisa melihat dari sorot mata Alga, bahwa Alga juga sangat mencintai Hana. "Obati lukanya!" ucap Galih, lalu pergi meninggalkan Hana dan Alga. Hana membawa tubuh Alga dan memapahnya duduk di sofa ruang tamu. Hana pun bergegas mengambil kotak P3K dan mengambil air hangat untuk kompres. "Auuu," seru Alga. "Sorry, sakit ya? Ini aku udah pelan pelan loh," ucap Hana sambil ngompres pipi dan bibir Alga yang lebam akibat dipukul sang papa. Wajah keduanya sangat dekat, hingga mereka merasakan hembusan nafas satu sama lain. Pelan pelan wajah Alga maju mengikis jarak antara keduanya, dan finally hidung keduanya bersentuhan. Selama beberapa detik mereka mas
Situasi ini sungguh membuat Hana bingung. Hana tak mungkin mengabaikan perasaan Aris yang jelas bisa Hana rasakan. “Pergilah, Han! Al aku bawa masuk,” ucap Aris lantas berbalik arah menuju rumah. “Maafkan aku, Ris!” Aris hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh lagi ke arah Hana. “Apa dia calon ayah dari anakku, Han?” tanya Alga dan sontak membuat Hana mengerutkan keningnya. “Mana janji kamu yang katanya mau nunggu aku sehat? Bukannya kamu bilang akan menunggu aku menepati semua janji janjiku dan kita akan hidup bersama?” Hana membatu. “Aku noted semua yang kamu katakan pada saat menjengukku, Han. Aku bisa mendengar, aku bisa merasakan semua sentuhan kamu. Tapi aku tidak mampu mengendalikan diriku untuk bergerak. Harapanku, kamu masih mau bersabar menungguku, makanya aku berusaha untuk cepat sadar dan sehat pulih kembali. Karena aku ingin segera menepati janjiku. Tapi rupanya kamu sudah memiliki laki laki lain. Membuat semua yang aku lakukan saat ini sia sia, Han.” Hati Alga mula