“Han, untuk beberapa bulan ke depan kalau perut kamu sudah kelihatan, ya mungkin sampai kamu melahirkan, kamu gak usah kemana mana dulu ya!” Hana menatap nyalang pada sang papa.“Gak apa apa ya, Sayang, demi kebaikan kamu juga,” sahut Intan seraya mengelus lembut tangan Hana.Hana menghela napas panjanng. “Iya, Pa, Ma, Hana paham kok.” Ini sudah menjadi resiko yang harus Hana tanggung. Setidaknya dengan begini orang tuanya tidak malu dan tidak perlu menanggapi pertanyaan orang orang tentang dirinya.“Nanti apa pun yang mau kamu lakukan untuk mengisi hari hari kamu, pasti akan Papa dukung sepenuhnya.”“Iya, Pa. Tapi untuk saat ini Hana belum ada gambaran untuk kesibukan apa yang bakal Hana lakuin di sini.”“Nanti kalau kamu sudah melahirkan, kamu bantu bantu Papa aja urus hotel dan beberapa rumah makan yang ada di sini.” Hana mengangguk.“Siap, Pa.”Ini adalah awal dari kehidupan Hana yang baru, di sini semuanya akan ia mulai tanpa kehadiran orang orang di masa lalunya. Hana mungkin mem
Alhamdulillah proses persalinan Hana cepat dan lancar. Tak berselang lama, terdengar suara tangisan bayi. Hana melahirkan anak laki laki yang tampan dan wajahnya mirip sekali dengannya. Walau ada beberapa bagian yang mirip dengan Alga. Intan memeluk Hana dengan perasaaan haru biru. Galih pun langsung bersujud syukur mendengar anak serta cucunya selamat dan dalam keadaan sehat semua. Galih pun langsung masuk ke dalam ruangan untuk mengadzani sang cucu."Hay Nak, Mama bahagia sekali bisa melahirkan kamu ke dunia ini. Mama janji akan menjaga dan merawat kamu dengan sebaik baiknya. Walaupun mungkin nantinya Mama hanya menjadi orang tua tunggal buat kamu. Tapi Mama janji akan memberikan kasih sayang yang sempurna untuk kamu. Mama akan berusaha membahagiankan kamu dengan sepenuh hati Mama, Nak. Walaupun kamu hanya punya Mama, Mama juga janji kamu tidak akan berbeda dengan anak anak lain yang memiliki orang tua yang lengkap," ucap janji Hana pada sang buah hati yang kini sedang menyusu dalam
Tak terasa kini usia baby Al sudah menginjak usia 2 tahun. Semakin hari wajahnya semakin mirip dengan Alga dewasa, ayah biologisnya. Melihat babynya yang sangat menggemaskan, kembali Hana merasakan penyesalan karena dulunya punya niatan untuk menggugurkannya ketika masih berupa janin dulu.“Han, kamu sudah cek progress opening café kamu?” tanya sang mama.“Agak siangan mungkin nanti Hana ke sananya, Ma. Kenapa emang, Ma?”“Kamu ke sananya sediri aja ya, Al biar sama Mama dan sus-nya, gak usah kamu bawa!”“Okey, Ma. Aktifitas Hana juga kayaknya banyak hari ini, jadi gak mungkin juga bawa Al.”“Nanti kamu diantar Pak Cahyo, gak usah bawa mobil sendiri, Han!”“Hana bawa mobil sendiri aja, Ma. Soalnya ada beberapa tempat yang mau Hana kunjungi untuk beli perlengkapan café juga nantinya.”“Oh ya sudah terserah kamu aja, yang penting hati hati bawa mobilnya!”“Siap laksanakan, Ibunda ratu! Ya sudah Hana tinggal dulu ya, Ma, mau nyiapin kebutuhannya Al. “Hana titip Al bentar ya, Ma!” Sang Ma
“Ya Allah … Mbak Hana, ini beneran Mbak Hana, kan?” Sukma langsung memeluk tubuh Hana. Hana jadi bingung di tempatnya mendapat perlakuan demikian.“I iya, aku Hana. Ke sini bareng si-siapa?”“Sama suami aku lah, Mbak.” Hana tersenyum kecut mendengarnya.“Oh, berdua aja?” tanya Hana dengan hati pilu.“Iya, Mbak, kita honeymoon untuk yang kedua kalinya. Soalnya aku belum juga diamanahkan baby sama Kekasih Yang Maha Kasih, Mbak.” Hana hanya ber-O ria. Jujur saja hatinya nyeri mendengar penjelasan Sukma barusan, entah mengapa. “Aku seneng banget bisa ketemu dengan Mbak Hana. Kita sudah lama mencari Mbak Hana, tapi gak ada yang bisa menemukan keberadaan Mbak Hana,” ungkap Sukma seraya menggenggam kedua tangan milik Hana.“Kenapa kok nyari aku?” tanya Hana heran.“Sayang, ini coffenya,” ucap seseorang seraya memberikan 1 cup coffe pada Sukma.Hana terbelalak melihat orang yang memanggil “Sayang” pada Sukma yang kini juga sedang berdisi di hadapannya, sungguh speechless.“Hana, ini beneran ka
"Benar kata Sukma, Hana. Aku sebagai om-nya Alga memohon dengan sangat agar kamu bisa menemui Alga! Selain pertolongan dari Allah, mungkin kehadiran kamu juga sangat ia butuhkan, Han." Angga pun angkat bicara, sementara Hana semakin terisak. "Kamu mau kan, Han, menemui Alga? Kami temani jika kamu mau ke Jakarta hari ini juga," lanjut Angga."Aku ingin sekali menemui Alga. Tapi, apakah orang tua Alga akan menerima kehadiranku? Apakah mereka tidak marah denganku? Karena akulah penyebab semua yang terjadi di keluarga kalian." Hana semakin sesenggukan."Aku yakin mereka semua sudah ikhlas, Han. Seperti aku dan Sukma yang sudah mengikhlaskan semuanya. Mereka sadar akan takdir Allah, Han, dan aku pastikan kedatanganmu juga mereka tunggu. Aku juga berharap semoga kedatangan kamu akan menjadi perantara dari Allah untuk menyembuhkan Alga. Tapi kalau kamu masih takut atau ragu, biar kami antar.""Tidak perlu, Bang, aku pergi ke Jakarta sendiri saja,” putus Hana kemudian. “Kalian lanjutkan honeym
Sedari ketemu dengan Sukma dan Angga, Hana terus kepikiran tentang Alga. Alga junior pun ikut rewel. Mungkin dia ikut merasakan apa yang ibunya rasakan tentang sang ayah. Ingin sekali Hana pergi ke Jakarta untuk menjenguk Alga sekarang juga. Tapi, alasan apa kiranya yang akan dia berikan pada kedua orang tuanya? Apa Hana harus jujur tentang keadaan ayah dari anaknya? Jujur saja Hana ingin cepat cepat menemui Alga. Tapi Alga junior bagaimana?"Ah ... bagaimana ini?" Hana bermonolog. "Aku gak mungkin diam saja setelah mengetahui semuanya.” Hana mondar mandir di kamarnya seperti setrika. Tapi, nyatanya selama se-jam mondar mandir dia tidak mendapat ide juga selain mengakui kepada kedua orang tuanya. Setelah mempertimbangkan semua, akhirnya Hana memutuskan untuk jujur saja. Dengan segala kekuatan yang ia punya, Hana menemui kedua orang tuanya untuk menceritakan yang sebenarnya."Terus kamu ingin menemuinya?" tanya Galih."Iya Pa. Papa izinin Hana untuk pergi?" tanya Hana."Kamu sudah dewas
"Wa'alaikum sa-lam … Hana? Ini beneran kamu, ‘kan?" Mama Alga tak kalah shok dan tremor melihat orang yang dia cari cari selama ini berdiri di hadapannya. Rasa bahagia membuat mama Alga langsung memeluk tubuh Hana. Hana pun dengan senang hati membalas pelukan mama Alga. "Sudah lama kami mencarimu, Nak,” ucap mama Alga dengan isak tangis di bahu Hana. “Hana, apakah kedatangan kamu ini karena kamu sudah tahu tentang kondisi Alga?" Hana mengangguk. "Iya, Tan, Hana bertemu dengan Sukma dan bang Angga di Sumbawa kemarin dan mereka menceritakan semuanya pada Hana. Maafin Hana ya, Tan, gara gara Hana semua jadi kacau begini, termasuk kondisi kakek dan Alga." Tangis Hana sudah menganak sungai seraya mencium kedua tangan milik Anggi, mama Alga. "Semua ini sudah takdir, Han. Tidak ada yang salah. Jadi, kamu jangan menyalahkan diri kamu. Kami semua sudah ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Kita ambil hikmahnya saja ya! Tante yakin ada sesuatu yang indah yang sedang menanti kita." Mama Alga me
“Han, mampir ke rumah dulu yuk, kita makan malam bersama! Om Irwan juga pengen ketemu kamu loh,” ajak Anggi.“Boleh, Tan.” Kebetulan Hana juga sangat lapar, aji mumpung dong. Hahaha …Mereka pun lanjut perjalanan ke rumah Anggi. Hanya selang 30 menit saja mereka sampai. Ketika Hana melangkah memasuki ke rumah Anggi, bak sebuah film yang diputar ulang. Kejadian saat kakek Umar memintanya untuk melepaskan Alga kini berputar di kepalanya. Saat itulah awal dari kehancuran hidup Hana.“Hallo, Han,” sapa Irwan, papa Alga, yang baru turun dari lantai 2.“Hay, Om.” Hana pun langsung menyalami Irwan.“Om bahagia banget dengan kedatangan kamu. Momen ini yang sejak lama kami tunggu tunggu.” Hana tersenyum tipis menanggapinya. “Kamu sekarang tinggal di mana? Kalau belum ada tempat, tinggal di sini saja!” pinta Irwan.“Hana tinggal di apart Hana yang dulu kok, Om.”“Di apart nanti kamu sendiri, mending di sini bareng kami,” sahut Anggi.“Gak apa apa, Tan. Hana sudah biasa sendiri lagian.”“Kami ber
“Aku pastikan anak anak kita nanti akan bangga dan sempurna memiliki ibu sepertimu, Istriku.”“Dan anak anak kita bisa beranggapan seperti itu pada ibunya karena hadirmu yang selalu menyempurnakanku, Suamiku.”“Terima kasih, sudah mencintaiku tanpa peduli jarak dan waktu. Kalau bukan kamu yang aku cintai, aku gak tahu apa orang lain itu bisa tetap mencintaiku diketidak pastian diriku yang menghilang. Aku pun sulit untuk membayangkan hal itu.”“Kamu juga, ‘kan? Kamu mencintaiku tanpa peduli jarak, waktu, serta dimensi koma yang kamu selami kala itu.” “Kamu lebih hebat dan lebih setia, Sayang. Kamu yang setiap saat menapaki bumi dengan lalu lalang lelaki yang jelas jelas sudah mengisi hari harimu, tapi sedikit pun kamu tidak goyah dengan kehadirannya. Kamu kuat mempertahankan cinta kamu tetap untukku. Kamu hebat, sangat hebat.” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua telapak tangannya. “Tentang aku, saat itu aku tebujur kaku yang bernapas saja bergantung pada mesin. Andai papa dan mama
“Aku bisa merasakan denyut lemah itu sedang kesakitan saat ini.” “Denyut lemah?” “Iya, yang di dalam sana,” tunjuk Sindy pada dada Aris. “Kenapa kamu bisa tahu?” “Cinta benar benar buta ya, sampai kamu tidak sadar ketika tadi kamu mengutarakan isi hati kamu pada Hana, aku berada tepat di samping tubuh Hana, tubuh yang sebenarnya ingin kamu bersamai seumur hidupnya.” “Oh maaf, aku kira kamu –“ “Cenayang? Tentu tidaklah. Aku manusia biasa, yang bisa mendengar dan melihat atraksi dan interaksi orang orang di sekelilingku.” “Bukan gitu, aku kira kamu melihat wajahku begitu mengenaskan, terlalu nampak jika aku sedang berduka di atas kebahagiaan orang yang aku cintai.” “Kamu cinta atau sayang dia?” “Aku mengakui getaran cinta itu saat bersamanya, aku merasakannya. Bahkan ketika tadi aku ajak ia berbicara pun masih sama rasanya.” “Kamu percaya bahwa cinta itu bisa hilang sedangkan rasa sayang itu tidak akan bisa hilang?” “Kenapa bisa begitu? Bukannya cinta itu sudah pasti sayang se
“Mana ada calon? Belum ya.” “Lah yang selalu kamu posting itu siapa?” “HTS-an doang mah,” jawab Sindy seraya mengerucutkan bibirnya. “Ya cepet diresmikan dong!” “Udah lost contact.” “Kok bisa?” “Udah ah jangan bahas itu, aku lagi gak mau sedih di hari pernikahan kamu loh.” “Ututu, sini sini peluk, Sayang!” Hana pun memeluk Sindy sambil menepuk nepuk pelan bahunya. “Han, selamat ya! Sudah bahagia kan dengan seseorang yang selama ini kamu inginkan?” Tiba tiba Aris mendekati Hana seraya menjabat tangan Hana. “Makasih banyak, Ris.” “Aku juga ucapkan terima kasih untuk kamu. Karena kamu sudah mengajarkan banyak hal padaku, Han, terutama tentang ikhlas untuk melepas. Tentang arti mencintai tanpa memiliki serta terkait makna lebih mementingkan hati yang cintai untuk menjemput bahagianya meski bukan denganku ia melanjutkan jalan hidupnya. Kamu juga mengajarkan dan membuktikan ada semesta bahwa ternyata cinta bisa habis pada satu orang, Han,” ungkap Aris sesuai apa yang ada dalam hati
Tidak salah jika Bali sering kali dinobatkan sebagai tempat paling romantis di Indonesia bahkan juga telah diakui oleh dunia. Tak heran jika dream wedding Hana adalah Bali. Hari yang ditunggu tunggu kini telah tiba, yaitu pernikahan Hana & Alga. Keduanya menggelar resepsi pernikahan di sebuah taman yang begitu indah yang diapit oleh dua pantai pasir putih yang memang sudah menjadi salah satu favorit wedding venue dengan pemandangan beachfront. Tidak banyak tamu undangan, hanya kurang lebih 200 orang saja. Hanya orang orang terdekat dari kedua keluarga juga dari teman teman Alga dan Hana.Akad nikahnya dilaksanakan pagi hari di semi outdor yang berlokasi di satu tempat yang sama, namun berjarak. Akan tetapi masih dengan pemandangan pantai yang menenangkan, menjadikan acara sakral tersebut menjadi lebih khidmat dan syahdu secara bersamaan.“Wahai ananda Alga Mahardika, tangan yang saat ini kau genggam itu adalah tangan dari seorang ayah dari calon pengantin wanitamu, Hana Camilla. Yang s
“Gak apa apa dong. Nanti aku bantuin kamu urus café di sela aku pantau kantor yang di Jakarta. Sambil menunggu waktu setahun itu, sekalian kita nanti bangun café juga di Jakarta ya. Biar café kamu punya cabang.”“Seriusan?”“Pernah aku gak serius dengan apa yang aku ucapkan sama kamu?” Hana menggeleng. “Semoga gak ada halangan aja biar semua terealisasikan dengan baik ya, Sayang.” Keduanya pun mengaamiinkan. “Aku tahu, memiliki café dengan menu per-dessert-an adalah impian kamu sejak dulu. aku masih ingat semua mimpi yang pernah kamu bilang ke aku. Jadi, aku gak mau dengan hadirnya aku, dengan hidupnya kamu bersamaku nantiny, itu akan menghalangi semua mimpi kamu, Sayang. Aku bahkan akan selalu support semua yang kamu impikan selagi itu baik.”“Ah … terharu aku tuh.” Hana pun langsung memeluk tubuh laki laki yang sangat dia cintai itu.“Oh iya, aku malam ini tidur sama kamu boleh gak sih?”“Mana boleh? Kamu tidur sama Al aja.”“Kamu gak kangen aku?”“Kangen, tapi gak harus tidur berdua
“Aku harus merebut cinta anak kita agar bisa mencintaiku sepenuhnya,” ucap Alga kemudian.“Kamu mau merebut dia dari aku? Aku yang hamil, aku yang melahirkan, aku yang kasih ASI, aku juga yang ngurus bahkan bergadang jagain dia, terus kamu datang datang mau merebut dia dari aku? Oh tidak semudah itu Ferguso!” Hana ngomel seraya mendorong dada Alga.“Heiii … bukan merebut dari kamu, Sayang. Tapi maksudku, aku mau menggantikan sosok laki laki itu dari hati anak kita. Aku gak mau ya dia lebih sayang ke orang lain timbang ke aku yang notabennya adalah ayah kandungnya,” jelas Alga.“Ish kirain.” Satu kecupan langsung Alga layangkan di bibir Hana. Lelaki itu gemas melihat wanitanya ngomel. “Gak sopan ih,” protes Hana.“Sopan aja lah, lah wong sudah pernah buat anak aja.” Hana pun langsung melayangkan cubitan di perut Alga. “Auuu … sakit tahu, Sayang.”“Biarin ah,” sewot Hana.“Kalau kayak gini, aku bawaannya pengen ngajak kamu ke KUA sekarang aja deh.” Hana hanya mencebikkan bibirnya saja.“
“Mau gak kalau beli dinonya nanti sama Papa aja, Sayang?” tanya Alga untuk mencairkan suasana yang sempat membeku.“Emangnya om Ayis ke mana? Om Ayis sudah janji sama Al mau jalan jalan ke mall hari ini. Iya kan, Ma? Al mau beli sama om Ayis pokoknya,” rajuk Al.Mendengar hal itu Hana beserta keluarganya tidak enak pada Alga dewasa. Hana pun menghampiri Al dan berjongkok untuk menyetarakan tubuhnya dengan sang anak. “Al Sayang, om Aris sedang sibuk, jadi belum bisa main sama Al. Nanti kita beli sama papa aja ya!”“Tumben om Ayis gak bisa temenin Al sih, Ma? Katanya om Ayis sayang sama Al. Pokoknya Al mau om Ayis.” Al sudah mulai mewek. Namun, Hana berusaha untuk menenangkan Al.“Sayang, om Aris harus kerja biar dapat uang yang banyak. Jadi, sekarang belum bisa main sama Al dulu. Tapi in syaa Allah nanti om Aris kalau sudah banyak uangnya, pasti akan temenin Al main lagi.”“Bener?” Hana mengangguk.Alga memperhatikan 2 orang yang sedang bernegoisasi itu, hati Alga terasa nyeri ketika s
Bukan tanpa sebab Galih memberikan keputusan tersebut, tapi Galih tahu laki laki yang dicintai oleh putrinya adalah Alga. Kegigihan hati seorang Hana yang tidak bisa membuka hati pada laki laki mana pun membuat Galih mengerti bahwa kebahagiaan sang putri ada pada Alga. Dirinya berharap keputusannya merupakan keputusan yang tepat. Galih bisa melihat dari sorot mata Alga, bahwa Alga juga sangat mencintai Hana. "Obati lukanya!" ucap Galih, lalu pergi meninggalkan Hana dan Alga. Hana membawa tubuh Alga dan memapahnya duduk di sofa ruang tamu. Hana pun bergegas mengambil kotak P3K dan mengambil air hangat untuk kompres. "Auuu," seru Alga. "Sorry, sakit ya? Ini aku udah pelan pelan loh," ucap Hana sambil ngompres pipi dan bibir Alga yang lebam akibat dipukul sang papa. Wajah keduanya sangat dekat, hingga mereka merasakan hembusan nafas satu sama lain. Pelan pelan wajah Alga maju mengikis jarak antara keduanya, dan finally hidung keduanya bersentuhan. Selama beberapa detik mereka mas
Situasi ini sungguh membuat Hana bingung. Hana tak mungkin mengabaikan perasaan Aris yang jelas bisa Hana rasakan. “Pergilah, Han! Al aku bawa masuk,” ucap Aris lantas berbalik arah menuju rumah. “Maafkan aku, Ris!” Aris hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh lagi ke arah Hana. “Apa dia calon ayah dari anakku, Han?” tanya Alga dan sontak membuat Hana mengerutkan keningnya. “Mana janji kamu yang katanya mau nunggu aku sehat? Bukannya kamu bilang akan menunggu aku menepati semua janji janjiku dan kita akan hidup bersama?” Hana membatu. “Aku noted semua yang kamu katakan pada saat menjengukku, Han. Aku bisa mendengar, aku bisa merasakan semua sentuhan kamu. Tapi aku tidak mampu mengendalikan diriku untuk bergerak. Harapanku, kamu masih mau bersabar menungguku, makanya aku berusaha untuk cepat sadar dan sehat pulih kembali. Karena aku ingin segera menepati janjiku. Tapi rupanya kamu sudah memiliki laki laki lain. Membuat semua yang aku lakukan saat ini sia sia, Han.” Hati Alga mula