Sepagi ini Hana sudah bersiap untuk kepulangannya ke Semarang. Tak ada yang tahu bahwa hari ini Hana akan pergi meninggalkan ibu kota Jakarta. Pak Cahyo, supir yang ditugaskan oleh orang tua Hana semalam juga telah sampai. Hana meratapi apartemennya, bayangan kenangannya bersama Alga berputar bak film yang diputar ulang. Hanya janin yang dikandungnya yang ia bawa sebagai kenangan satu satunya dari Alga. Hari ini pula bertepatan dengan hari pernikahan Alga dan Sukma. Membayangkan hari ini Alga mengucapkan ijab qobul dan bukan namanya yang disebut, hancur rasanya hati Hana. Kemarin kedua orang tua Alga datang menemui Hana. Mereka meminta maaf atas apa yang terjadi pada Hana dan mereka juga meminta maaf karena mereka tidak mungkin membatalkan pernikahan Alga dan Sukma yang sudah di depan mata. Mereka memohon agar Hana tidak menggugurkan janin yang ia kandung, mereka berjanji akan melamar Hana setelah pernikahan Alga dan Sukma usai. Mereka juga berjanji maksimal seminggu dari hari ini mer
“Han, untuk beberapa bulan ke depan kalau perut kamu sudah kelihatan, ya mungkin sampai kamu melahirkan, kamu gak usah kemana mana dulu ya!” Hana menatap nyalang pada sang papa.“Gak apa apa ya, Sayang, demi kebaikan kamu juga,” sahut Intan seraya mengelus lembut tangan Hana.Hana menghela napas panjanng. “Iya, Pa, Ma, Hana paham kok.” Ini sudah menjadi resiko yang harus Hana tanggung. Setidaknya dengan begini orang tuanya tidak malu dan tidak perlu menanggapi pertanyaan orang orang tentang dirinya.“Nanti apa pun yang mau kamu lakukan untuk mengisi hari hari kamu, pasti akan Papa dukung sepenuhnya.”“Iya, Pa. Tapi untuk saat ini Hana belum ada gambaran untuk kesibukan apa yang bakal Hana lakuin di sini.”“Nanti kalau kamu sudah melahirkan, kamu bantu bantu Papa aja urus hotel dan beberapa rumah makan yang ada di sini.” Hana mengangguk.“Siap, Pa.”Ini adalah awal dari kehidupan Hana yang baru, di sini semuanya akan ia mulai tanpa kehadiran orang orang di masa lalunya. Hana mungkin mem
Alhamdulillah proses persalinan Hana cepat dan lancar. Tak berselang lama, terdengar suara tangisan bayi. Hana melahirkan anak laki laki yang tampan dan wajahnya mirip sekali dengannya. Walau ada beberapa bagian yang mirip dengan Alga. Intan memeluk Hana dengan perasaaan haru biru. Galih pun langsung bersujud syukur mendengar anak serta cucunya selamat dan dalam keadaan sehat semua. Galih pun langsung masuk ke dalam ruangan untuk mengadzani sang cucu."Hay Nak, Mama bahagia sekali bisa melahirkan kamu ke dunia ini. Mama janji akan menjaga dan merawat kamu dengan sebaik baiknya. Walaupun mungkin nantinya Mama hanya menjadi orang tua tunggal buat kamu. Tapi Mama janji akan memberikan kasih sayang yang sempurna untuk kamu. Mama akan berusaha membahagiankan kamu dengan sepenuh hati Mama, Nak. Walaupun kamu hanya punya Mama, Mama juga janji kamu tidak akan berbeda dengan anak anak lain yang memiliki orang tua yang lengkap," ucap janji Hana pada sang buah hati yang kini sedang menyusu dalam
Tak terasa kini usia baby Al sudah menginjak usia 2 tahun. Semakin hari wajahnya semakin mirip dengan Alga dewasa, ayah biologisnya. Melihat babynya yang sangat menggemaskan, kembali Hana merasakan penyesalan karena dulunya punya niatan untuk menggugurkannya ketika masih berupa janin dulu.“Han, kamu sudah cek progress opening café kamu?” tanya sang mama.“Agak siangan mungkin nanti Hana ke sananya, Ma. Kenapa emang, Ma?”“Kamu ke sananya sediri aja ya, Al biar sama Mama dan sus-nya, gak usah kamu bawa!”“Okey, Ma. Aktifitas Hana juga kayaknya banyak hari ini, jadi gak mungkin juga bawa Al.”“Nanti kamu diantar Pak Cahyo, gak usah bawa mobil sendiri, Han!”“Hana bawa mobil sendiri aja, Ma. Soalnya ada beberapa tempat yang mau Hana kunjungi untuk beli perlengkapan café juga nantinya.”“Oh ya sudah terserah kamu aja, yang penting hati hati bawa mobilnya!”“Siap laksanakan, Ibunda ratu! Ya sudah Hana tinggal dulu ya, Ma, mau nyiapin kebutuhannya Al. “Hana titip Al bentar ya, Ma!” Sang Ma
“Ya Allah … Mbak Hana, ini beneran Mbak Hana, kan?” Sukma langsung memeluk tubuh Hana. Hana jadi bingung di tempatnya mendapat perlakuan demikian.“I iya, aku Hana. Ke sini bareng si-siapa?”“Sama suami aku lah, Mbak.” Hana tersenyum kecut mendengarnya.“Oh, berdua aja?” tanya Hana dengan hati pilu.“Iya, Mbak, kita honeymoon untuk yang kedua kalinya. Soalnya aku belum juga diamanahkan baby sama Kekasih Yang Maha Kasih, Mbak.” Hana hanya ber-O ria. Jujur saja hatinya nyeri mendengar penjelasan Sukma barusan, entah mengapa. “Aku seneng banget bisa ketemu dengan Mbak Hana. Kita sudah lama mencari Mbak Hana, tapi gak ada yang bisa menemukan keberadaan Mbak Hana,” ungkap Sukma seraya menggenggam kedua tangan milik Hana.“Kenapa kok nyari aku?” tanya Hana heran.“Sayang, ini coffenya,” ucap seseorang seraya memberikan 1 cup coffe pada Sukma.Hana terbelalak melihat orang yang memanggil “Sayang” pada Sukma yang kini juga sedang berdisi di hadapannya, sungguh speechless.“Hana, ini beneran ka
"Benar kata Sukma, Hana. Aku sebagai om-nya Alga memohon dengan sangat agar kamu bisa menemui Alga! Selain pertolongan dari Allah, mungkin kehadiran kamu juga sangat ia butuhkan, Han." Angga pun angkat bicara, sementara Hana semakin terisak. "Kamu mau kan, Han, menemui Alga? Kami temani jika kamu mau ke Jakarta hari ini juga," lanjut Angga."Aku ingin sekali menemui Alga. Tapi, apakah orang tua Alga akan menerima kehadiranku? Apakah mereka tidak marah denganku? Karena akulah penyebab semua yang terjadi di keluarga kalian." Hana semakin sesenggukan."Aku yakin mereka semua sudah ikhlas, Han. Seperti aku dan Sukma yang sudah mengikhlaskan semuanya. Mereka sadar akan takdir Allah, Han, dan aku pastikan kedatanganmu juga mereka tunggu. Aku juga berharap semoga kedatangan kamu akan menjadi perantara dari Allah untuk menyembuhkan Alga. Tapi kalau kamu masih takut atau ragu, biar kami antar.""Tidak perlu, Bang, aku pergi ke Jakarta sendiri saja,” putus Hana kemudian. “Kalian lanjutkan honeym
Sedari ketemu dengan Sukma dan Angga, Hana terus kepikiran tentang Alga. Alga junior pun ikut rewel. Mungkin dia ikut merasakan apa yang ibunya rasakan tentang sang ayah. Ingin sekali Hana pergi ke Jakarta untuk menjenguk Alga sekarang juga. Tapi, alasan apa kiranya yang akan dia berikan pada kedua orang tuanya? Apa Hana harus jujur tentang keadaan ayah dari anaknya? Jujur saja Hana ingin cepat cepat menemui Alga. Tapi Alga junior bagaimana?"Ah ... bagaimana ini?" Hana bermonolog. "Aku gak mungkin diam saja setelah mengetahui semuanya.” Hana mondar mandir di kamarnya seperti setrika. Tapi, nyatanya selama se-jam mondar mandir dia tidak mendapat ide juga selain mengakui kepada kedua orang tuanya. Setelah mempertimbangkan semua, akhirnya Hana memutuskan untuk jujur saja. Dengan segala kekuatan yang ia punya, Hana menemui kedua orang tuanya untuk menceritakan yang sebenarnya."Terus kamu ingin menemuinya?" tanya Galih."Iya Pa. Papa izinin Hana untuk pergi?" tanya Hana."Kamu sudah dewa
"Hana, gimana hubungan kamu dengan Alga?" tanya kaker Umar. Malam ini Hana diundang makan malam oleh kakek Umar, kakek Alga. Dan kakek Umar mengajak Hana ngobrol berdua di kamarnya, karena ada sesuatu yang ingin beliau sampaikan pada Hana."Alhamdulillah hubungan kami baik baik saja, Kek," jawab Hana dengan senyum merekah di wajahnya.Kakek Umar mengangguk anggukkan kepalanya pelan. "Kakek sangat menyayangi kamu, bahkan Kakek juga merestui hubungan kamu dan Alga. Tapi - " Kakek Umar menjeda ucapannya. "Tapi, ada yang lebih layak bersanding dengan Alga, bukan karena kesetaraan, melainkan karena dia butuh perlindungan Alga," tegas kakek tanpa ragu-ragu."Maksud, Kakek?" Hana terkejut mendengar penuturan kakek Umar."Kakek ingin Alga menikahi Sukma. Dia gadis yatim piatu, dia sebatang kara. Saat ini yang dia punya hanya Kakek seorang. Kakek gak bakalan bisa melindungi dia seumur hidupnya, cepat atau lambat Kakek akan menemui ajal-Nya. Dan jika itu terjadi, Sukma akan hidup sendirian. Mung