“Argh!!" Pekik Erina spontan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
Erina menatap ke arah lain dan tidak berani melihat tubuh atletisnya Akmal yang tanpa memakai baju. Erina menunjuk-nunjuk ke arah Akmal," Cepat pakai pakaianmu!” Teriak Erina yang langsung berpaling ke arah lain. “Astaganaga kenapa bisa gue nggak pake baju sih!?” gerutunya sambil memindai penampilannya sendiri. Akmal buru-buru memakai pakaiannya dengan asal-asalan, dia kebingungan dengan situasi yang dialaminya. Seingatnya semalam dia tertidur memakai pakaian, tetapi pagi ini mendapati dirinya hanya memakai boxer pendek bergambar Spongebob Squarepants si keju kuning yang tinggal di laut di dalam rumah nanasnya. “Apa yang kalian perbuat di dalam gubuk kecil ini?” Tanyanya seorang pria tua yang membawa sebuah cangkul. "Lagi mancing keributan Pak ehh salah lagi," ceplos Akmal sambil menutup mulutnya karena keceplosan gara-gara kaget. “Saya yakin mereka adalah pasangan mesum, lihat saja buktinya si pemuda itu tidak memakai baju dan hanya memakai celana pendek saja,” sahutnya pria yang disampingnya yang memakai baju salah satu partai politik di negeri Konoha kita yang tercinta. “Betul, saya juga berfikir seperti itu! Kalau begitu kita harus arak mereka ke rumahnya pak RT untuk diadili dan mereka secepatnya diberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya,” sahut yang memakai kopiah. “Bapak-bapak kami berani bersumpah kami sama sekali tidak melakukan apapun! Kami ini korban tenggelam pak dan berteduh di sini,” belanya Erina. “Itu betul sekali Bapak-bapak yang terhormat kami ini tidak melakukan apapun yang seperti kalian tuduhkan,” ujar Akmal yang berusaha membela diri. Akmal masih tanda tanya besar dalam benaknya kenapa keadaannya bisa seperti saat ini. Seingatnya semalam dia ketiduran bersandar di dinding kayu, tidak mungkin kan tidur sambil jalan apalagi tidur sambil anu. Pria tua itu berdecak, “Alah itu hanya alasan kalian saja sudah basi dan klise! Tujuan kalian kan agar tidak mendapatkan hukuman! Yang jelas kami tidak ingin kampung kami ini terkena kutukan dan malapetaka karena ulah kalian yang bermaksiat,” tegasnya pria yang paling tua diantara mereka. “Tidak perlu berbohong untuk menutupi kenyataan yang terjadi! Kami semua adalah saksinya kalau kalian itu berbuat asu*sila dan berzina! Ayo buruan giring mereka ke rumah pak RT secepatnya!” Akmal geleng-geleng kepala karena tidak ada yang mau percaya dengan pembelaan dan kejujurannya. "OMG! Kenapa kalian tidak ada yang mau percaya!? Kami ini hanya numpang istirahat tidak lebih!" Ucapnya Akmal sambil menyugar rambutnya yang sedikit gondrong. Pria berbaju partai menatap mencemooh ke arah Akmal, "Coba perhatikan gaya yang pemudanya! Masa pemuda seperti itu yang penampilannya saja kayak berandalan dan urakan gitu kalian percaya omongannya!? Pasti semua yang dia katakan adalah kebohongan besar!" “Kayaknya gara-gara ulah muda-mudi yang seperti mereka-mereka ini sehingga akhir-akhir ini hasil tangkapan ikan dan panen sayuran kita gagal,” tebaknya yang berbaju partai berlogo banteng siap menyeruduk itu. “Kenapa bapak-bapak tidak ada yang mau mengerti dan percaya dengan apa yang kami katakan!? Kami tidak bersalah!” Tegas Erina. “Tidak perlu dengarkan ocehan gadis cantik itu, kita gelandang saja langsung ke rumah pak Ridwan,” pintanya pria berbaju putih itu. “Astoge! Bapak-bapak yang masih ganteng meskipun sudah tua. Kami jelaskan sejujurnya kalau kami tidak melakukan apapun kecuali pelukan karena kami kedinginan,” ceplosnya Akmal. Erina yang mendengar perkataan dari Akmal yang rada-rada diluar prediksi BMKG sampai-sampai melototkan matanya ke arah Akmal. Akmal menutup mulutnya rapat-rapat karena salah ucap,” astaganaga! kenapa mulutku sampai salah bicara sih!?” rutuknya Akmal. “Apalagi yang kalian tunggu! Seret mereka ke rumah pak RT jika mereka masih menolak kita langsung gotong mereka ke penjara agar polisi saja yang menyelesaikan kasus perzinahan mereka ini,” ketus pria berkumis tebal yang bau amis hehe. Erina tidak sanggup lagi berdebat karena tubuhnya dalam kondisi yang tidak nyaman. Kepalanya pusing, tubuhnya demam dan jantungnya berdebar kuat. “Ya Allah kalau ayah sama bunda tau kalau gue digrebek oleh warga dengan tuduhan perbuatan tak senonoh bisa-bisa gue ga diijinkan untuk kuliah lagi,” monolognya Akmal. Keduanya berjalan beriringan menuju ke arah rumah pak RT dengan wajah tertunduk lesu, lemah, letih dan lunglai karena belum ada yang makan padahal sudah pukul sepuluh pagi. Erina sejak semalam sampai detik ini belum sempat makan. Tidak sedikitpun makanan yang masuk ke dalam perutnya hingga saat ini sehingga semakin memperparah kondisi tubuhnya. Berselang beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di dalam rumah pak erte setempat. Wajah-wajah mereka menatap intens ke arah keduanya yang disangka adalah pasangan kekasih tak resmi. “Mereka ini sudah menyusahkan kami, mereka sungguh meresahkan warga masyarakat kampung kita Pak Ridwan,” imbuhnya pak kumis sambil sesekali memutar ujung kumisnya yang sudah mengalahkan kumisnya pak Raden. “Mereka secepatnya harus diadili sesuai dengan hukum di tempat kita ini pak Ridwan,” timpalnya pria yang berkopiah hitam itu. “Iya itu benar karena kami tidak ingin Allah SWT murka kepada kita semua gara-gara perbuatan tak terpuji mereka!” sahutnya yang lain. "Hidup kami semua sudah miskin jangan karena gara-gara kejahatan mereka sehingga kita semua tertimpa kesialan dan semakin sengsara saja!" Ucap seorang pria. Pak Ridwan dan sang istri mencermati, merenungkan dan menimbang baik-baik setiap ucapan yang mereka ucapkan. Dia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan takutnya keputusannya salah dan keliru yang tentunya akan berakibat fatal. Erina ingin menyanggah dan menentang setiap ucapan dan tuduhan mereka, tapi mengingat kondisi kesehatannya yang semakin menurun berbicara saja tidak mampu apalagi untuk berdebat. Akmal mengusap wajahnya dengan gusar mendengar semua tuduhan demi tuduhan yang dilayangkan oleh orang-orang yang hanya melihat dari satu sisi saja. “Mohon tenang bapak-bapak! Saya selaku RT di kampung bukan duren runtuh memutuskan hukuman yang paling tepat dan seadil-adilnya kepada mereka adalah yaitu mereka harus menikah hari ini juga!” putus pak Ridwan. Erina sampai-sampai berdiri dari posisi duduknya saking kagetnya mendengar perkataan dari bapak RT setempat. Erina memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut, “Apa!? Kami tidak mungkin menikah karena kami tidak saling kenal apalagi mencintai!” tolaknya Erina. “Yoi! Itu benar banget pak erte yang terhormat kami ini hanya korban salah paham saja jadi keputusan bapak itu tidak bisa kami terima!” Protesnya Akmal. “Kalau kalian tetap menolak saya nikahkan baiklah kami akan arak kalian keliling kampung tanpa memakai pakaian apapun! Jadi kalian pilih mana suka!” ancamnya pak Ridwan. Erina dan Akmal sampai-sampai menganga lebar mendengar ancaman yang lebih parah dari hukuman penjara atau dinikahkan. “Ini sungguh tidak adil pak!” kesalnya Erina. “Ini hukuman yang mendzolimi kami pak erte,” keluhnya Akmal yang lemah letih lesu lunglai seketika. “Kami berikan kalian waktu sepuluh menit untuk berfikir! Silahkan memilih solusinya yang kami sudah tetapkan yaitu menikah atau diarak keliling kampung dengan tanpa memakai pakaian sepotong pun! Dimulai dari sekarang!" “Apa ada pilihan yang bisa kami pilih misalnya mungkin phone friend, fifty-fifty atau bertanya kepada kalian pilihan jawaban yang benar untuk kami berdua,” tawarnya Akmal. Akmal jiwa tengilnya muncul disaat genting dan darurat siaga satu seperti ini. “Ini bukan acara kuis yang dipandu oleh mas Tantowi Yahya!” Ketusnya Bu RT. Plak!! “Auhh sakit!” Keluhnya Akmal sambil mengusap pundaknya yang ditimpuk oleh Erina. “Kamu bisa diam tidak!? Kita ini dalam keadaan yang sangat terdesak malah kamu sempat-sempatnya bercanda,” ketus Erina yang giginya bergemeletuk menahan kemarahannya. Akmal hanya cengengesan,” sempat mereka berbaik hati dan memberikan kita pilihan yang lebih baik dari menikah atau ditelan*jangi.” “Nggak mungkin banget gue nikah dengan bocah labil gendeng lagi kayak Lo,” ejek Erina. Akmal yang mendengar ucapan sindiran dari Erina tak mau kalah,” enak aja bilang gue bocah labil! Gue ini sudah 19 tahun sudah bisa berkembang biak. Gue malah rugi jika jadi menikah dengan mbak-mbak yang sudah tua kayak kamu!” Semua orang malah geleng-geleng kepala melihat sekaligus mendengar perdebatan mereka. “Hemph!! Waktu kalian sudah habis jadi cepatlah putuskan untuk memilih solusi yang paling tepat!” Semua orang terdiam menunggu jawaban dari keduanya, tatapan semua orang tertuju kepada kedua orang yang menjadi tersangka, terdakwa sekaligus tertuduh dalam kasus pencemaran nama baik kampung bukan duren runtuh. Dag dig dug… “Kami memilih menikah,” ucapnya keduanya secara bersamaan. Akmal dan Erina saling pandang kemudian membuang muka ke arah lain. Bu RT tersenyum,” Saya yakin mereka adalah pasangan yang cukup ideal dan serasi buktinya mereka menjawab dengan kompak,” celetuk ibu Tati. “Maaf bisa kami diberikan waktu sampai satu bulan kedepan karena saya tidak mungkin melangsungkan pernikahan hari ini mengingat pekerjaan saya sebagai seorang polisi,” imbuhnya Erina. Akmal reflek menolehkan kepalanya ke arah Erina,” apa! Jadi Mbak seorang polwan!?” Akmal tidak menduga jika perempuan cantik yang duduk di sebelahnya adalah seorang anggota kepolisian. Akmal menepuk keningnya,” alamak kalau gue menikah dengannya bisa-bisa gue mampus ditembak mati kalau sampe gue melakukan kesalahan dan nggak malam pertama.”Akmal masih tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya, kalau perempuan yang diselamatkannya dan rencananya akan dinikahinya secara paksa adalah seorang polwan. Belum apa-apa sudah berpikir yang aneh-aneh.”Kalau gue jadi menikah dengannya terus gue melakukan kesalahan bisa-bisa gue ditembak olehnya bisa koid dan tinggal nama, beban hidup dan dosaku.”“Jadi ibu seorang polwan toh, kalau begitu apa jaminannya ibu tidak bakalan melanggar perjanjian kalau kalian akan menikah satu bulan kedepannya?” Tanyanya pak RT.“Bapak bisa membuat surat perjanjian agar kami bisa tandatangani kalau kalian meragukan ucapanku,” balasnya Erina yang tubuhnya sudah panas dingin kepalanya semakin nyut-nyutan.Akmal hanya terdiam mendengarkan apa yang mereka katakan. Perangkat RT segera membuat surat perjanjian bermaterai agar ada kepastian hukum yang mengikat perjanjian mereka.“Silahkan ditandatangani, Bu Polwan dan Pak Akmal,” pintanya pak Ridwan.Erni secepatnya menandatangani kontrak perjanjian
“Sayang, kakak kalian masih beristirahat jangan ribut gitu dong,” ucapnya Bu Rasmi dengan lembut.“Tapi, Ma kayaknya ada kesalahpahaman di sini! Bukannya Mas Dimas yang menjadi calon suaminya kakak, lah kenapa berubah menjadi bocah ingusan!” ejek Esra yang memperhatikan Akmal dari atas hingga ujung kaki.“Gue memang bocah tapi gue sudah bisa buat bocah loh. Emang kalian mau berapa gue jabanin deh sekalian mumpung calon mamanya cantik,” gumamnya Akmal sambil tersenyum smirk.Ada-ada saja ini Akmal sifat tengilnya muncul lagi. Dia kembali memperhatikan apa yang mereka bicarakan.“Betul banget,kan dua bulan lagi kakak Erina menikah dengan Mas Dimas kenapa bisa dalam semalam calonnya langsung berubah! Ini sungguh lelucon yang tidak masuk akal,” sahutnya Elma.Pak Irfan hanya tersenyum tipis mendengar ocehan kedua anaknya yang memang seperti itulah karakter mereka, jika tidak ada orang lain bersamanya.Hubungan kekeluargaan mereka tidak kaku dimana anak takut-takut dan ragu mengutarakan pe
“Ada yah perempuan yang urat malunya ketinggalan di jalan!” gerutunya Erina memperhatikan apa yang dilakukan oleh calon suaminya dengan seorang perempuan muda. Erina menatap tajam perempuan muda yang tidak dikenalnya, “Ck… ck.. Dasar bocah punya pacar tapi menyanggupi permintaan dari orang-orang kampung duren tidak runtuh,” gumamnya. Arshaka tersenyum canggung karena diperlakukan begitu mesra oleh perempuan yang berstatus pacarnya. Erina berjalan ke arah dalam sambil melirik ke arah Arshaka,” selesaikan urusanmu dengan perempuan itu! Gue gak mau menikah dengan pria yang masih memiliki hubungan asmara dengan perempuan lain.” Erina berjalan ke arah dalam warung itu kemudian memesan bakso karena dia sudah tidak sabar ingin menikmati makanan sejuta umat itu yang harganya murah meriah, tapi mengenyangkan perut. “Sayang siapa perempuan itu dan apa maksud dari ucapannya?” Tanyanya. Arshaka menarik tangan pacarnya dan berjalan ke arah samping warung,” gue akan jelasin kepada Lo apa maks
Arshaka memperhatikan apa yang terjadi tanpa berniat untuk menengahi kedua wanita itu.“Hemp! Sayangnya lupa beli kuaci sama semangka pasti seru nonton drama mereka kalau ada kuaci dengan buah semangkanya,” gumamnya yang berdiri di sampingnya Erina.Mutia menatap jijik Arshaka, “OMG! Baru kemarin diputuskan oleh mas Dimas eh hari ini malah gandeng pria berandalan!” Cibirnya.“Saking nggak lakunya dirimu sehingga memilih pria preman pasar, urakan begajulan kayak dia!” sarkasnya perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arshaka.Arshaka hari hanya memakai kaos oblong warna hitam, jaket jeans biru robek-robek dan juga celana yang robek-robek pula dengan tindik bersusun di telinga kanannya. Rambut gondrong yang diikat sebatas tengkuk lehernya seperti layaknya aktor Korea.Siapapun yang melihatnya pasti menganggap dan berpikiran yang aneh-aneh tentang siapa calon suaminya Erina sebenarnya.“Lah kalian ciwi-ciwi hanya melihat gue berpakaian seperti ini menganggap gue begajulan lah, uraka
Brak!!Pak Jamal sampai menggebrak meja yang ada di depannya sampai abu rokoknya yang baru dibuangnya ke atas asbak ikut beterbangan. Untungnya tidak mengenai kumisnya yang panjang nan lebat itu.“OMG!” Arsyila mengusap dadanya yang terkejut setengah hidup dengan ulahnya pria yang mengaku orang tua itu tapi kelakuannya seperti bocil labil.“Astaghfirullah aladzim, Pak Jamal kami memaklumi kondisi Bapak, tapi bukan teriak-teriak nggak jelas juga.” Arsyila mencebikkan bibirnya.“Pak Desa kita bisa bicarakan dengan baik-baik tidak perlu bentak-bentak juga apalagi sampai buat kerusuhan di rumah kami. Apakah ini bukan salah satu tindakan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain?” Bu Ulfa akhirnya kesal juga dengan sikapnya Pak Jamal.“Untungnya adikku batal jadi menantunya Bapak, bisa-bisa kami kena serangan mental ehh serangan jantung tiba-tiba,” sarkasnya Arsyila.Pak Jamal mendengus mendengar perkataan dari kedua wanita berbeda generasi itu.“Kami jadi bulan-bulanan omongan masy
Bimo sampai menyemburkan minumannya setelah mendengar perkataan Arshaka kalau calon istrinya adalah seorang polisi.“Polisi! Polwan,” ucap keduanya berbarengan.Arshaka menepuk pundak kedua sahabatnya itu,” reaksinya biasa saja enggak usah lebay juga kali! Baru dengar kerjaannya kalian sudah seperti orang yang melihat hantu saja,”“Nggak gitu juga, cuman gue gak nyangka kalau hidup Lo seberuntung itu dapat seorang polwan cantik lagi. Kira-kira jodoh gue bakal kayak gimana?” Cicitnya Bimo.“Bukannya Lo suka sama Olivia,” ceplosnya Nabil.Bimo langsung menutup mulutnya Nabil yang ceplas ceplos.” Augh ahh lepas!”Arshaka hanya tersenyum tipis,” kalo Lo suka sama Olivia, itu bagus malah. Langsung pedekate saja jangan ditunda-tunda.”“Lo nggak keberatan kan kalau gue suka sama Olivia mantan kekasihmu?” Tanyanya Bimo hati-hati.Arshaka merangkul pundak sahabatnya itu,” santuy saja, Gue kan nggak pernah sayang dan cinta sama Olivia jadi silahkan dekati itu cewek. Gue berharap semoga Olivia b
Suara decitan ban motor beradu dengan aspal pagi itu cukup bising membuat semua perhatian orang-orang pengguna jalan memperhatikan apa yang sedang terjadi.Tetapi,tak ada satupun yang berniat untuk menolong Arshaka mereka hanya melihat dan menyaksikan saja dan sebagian ada yang melanjutkan perjalanannya yang terhenti karena insiden itu.Arshaka tersungkur ke atas aspal setelah terjatuh karena motornya tiba-tiba tertabrak dari arah belakang oleh kendaraan roda empat.Suasana pagi itu cukup ramai dan jumlah kendaraan cukup banyak memadati sepanjang jalan tersebut dan terjadilah kemacetan lalu lintas di sekitar area itu.Bruk!!“Allahu Akbar! Argh!!” teriak histeris Arshaka sembari melindungi wajahnya agar terbebas dari hantaman aspal.Brak!!Tubuhnya terseret beberapa meter bersama dengan sepeda motor kesayangannya.“Auhh,” ia meringis menahan rasa sakit di pergelangan tangan dan lututnya yang bergesekan dengan aspal.Dia berusaha untuk bangun dari posisinya, tapi kesulitan karena tubuh
“Kenapa kamu berjalan pincang? Katakan kepada kakak kenapa kamu terluka kayak gini?” Tanyanya Arsyila yang panik melihat kondisi adiknya.“Jangan banyak tanya Kak! Gue harus cepat-cepat ganti pakaian. Gue gak mau Mbak Erina berfikir macam-macam,” ucapnya yang berjalan sedikit menyeret kakinya ke arah lift.Arsyila hendak mempertanyakan masalah video yang baru diterimanya, tapi diurungkannya karena bukan waktu yang tepat.Arshaka melepas antingnya yang dipakainya karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya mereog melihat gayanya yang tidak seperti kebiasaannya sambil berjalan terpincang-pincang.“Gue tunggu keadaan aman barulah gue pertanyakan apa maksud dari video itu,” gumamnya Arsyila yang menyusul adiknya masuk ke dalam lift.Arsyila membantu Arshaka berjalan karena Arshaka kesulitan berjalan dengan lukanya yang sedikit mengkhawatirkan.Semua orang gembira, mengucap syukur sekaligus bertanya-tanya apa yang terjadi kepada calon manten melihat kedatangan Arshaka dalam kondisi yang
Acara pesta rakyat yang digadang-gadang akan berlangsung meriah dan besar itu persiapannya hampir rampung sepenuhnya.Bahkan Pak Raffi sebagai orang terpandang di Desa Mekarjaya mengundang beberapa artis kota untuk mengisi dan memeriahkan pesta hajatan tersebut.Erina berpamitan kepada para tetangga setelah dirasanya cukup lelah dan mengantuk. Kedua adik-adiknya dan beberapa sepupunya ikut membantu meskipun mereka hanya kebanyakan menonton.“Mas temani aku yah ke belakang,” pintanya Erina yang melihat suaminya duduk di atas tepian ranjang.“Kamu mau ngapain?” Tanyanya Shaka.“Mau mandi, nggak nyaman kalau nggak ada kamu yang temani. Boleh yah?” rengeknya Erina dengan bermanja-manja di lengan suaminya.Arshaka segera menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya karena dia hendak ke masjid untuk shalat berjamaah isya tapi, belum masuk waktu shalat isya.Erina diam-diam memindai penampilan dari suaminya,” ngomong-ngomong pakaiannya Mas berbeda dengan apa yang Mas pakai ketika di kota deng
Beberapa mobil berbak tertutup berjejer di sepanjang jalan kenangan ehh jalan rumahnya pak Raffi dan Bu Ulfa yang menurunkan beberapa bingkisan berupa bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari.Kedatangan rombongan keluarga besar Erina yang hanya berjumlah sekitar sepuluh orang itu, disambut hangat oleh orang-orang kampung Mekarjaya.“Masya Allah, Pak Jendral baik banget sampai-sampai membawa sumbangan yang cukup banyak untuk warga kami,’ ucapnya Pak Didi selaku pak RT setempat.“Syukur Alhamdulillah kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Pak Irfan karena bantuan bapak sangat dibutuhkan oleh warga apalagi dalam rangka persiapan bulan suci Ramadhan,” ucap Pak Budi.“Ini hanya tidak seberapa Pak, ibu-ibu kami bahagia bisa berbagi bersama dengan kalian semua,” balasnya Pak Irfan.“Mari masuk istirahat Pak, ijinkan bapak-bapak yang akan membagikan semua bungkusan itu kepada para masyarakat. Bapak dengan ibu Rasmi silahkan masuk beristirahat karena pasti kalian capek telah melakuka
Arshaka terduduk di atas closed dia merenungi nasibnya yang malang. Dia tidak habis pikir pada dirinya yang disangkanya selama ini adalah pria normal malah dia layaknya seperti banci karena burung perkututnya ternyata lotoi.“Ya Allah, aku nggak bakalan punya keturunan kalau seperti ini, pasti Mbak Erina akan mencari pria lain dan selingkuh agar bisa mendapatkan keturunan karena dariku tak sanggup membuahi sel telurnya,”Arshaka berdoa kepada Sang Maha Pencipta tapi ucapannya masih saja nyeleneh.Dia memegangi dan memandangi senjatanya yang tertidur.” Kenapa Lo harus loyo segala sih! Padahal kalau pagi-pagi Lo selalu tegak berdiri,” sungutnya Arshaka.Kenyataan pahit itu baru diketahuinya kalau dia bukan pria jantan, tapi masih dalam tahap dugaan saja karena belum dibuktikan secara real.Erina yang sudah mengantuk kebingungan dengan apa yang diperbuat Arshaka di dalam sana, karena sudah lebih setengah jam tapi belum keluar juga. Dia berulang kali menguap menahan rasa kantuknya.“Kenap
Pak Irfan memeluk Arshaka pemuda yang baru saja menjadi anak menantunya itu.“Nak Arshaka, Papa serahkan putri bapak kepadamu dan mulai detik ini kamu lah yang menjadi imamnya. Tuntunlah Erina ke jalan yang baik dan tegurlah kalau dia keliru dalam bersikap,” ucapnya pak Irfan sambil menyeka air matanya.Pak Irfan terlihat sendu akan melepas putri sulungnya untuk hidup bersama dengan pria pilihannya. Dia tak bisa menutupi kesedihannya karena akan berpisah dengan anak kesayangannya untuk menempuh hidup baru.Arshaka membalas pelukan papa mertuanya,” insha Allah Pah, saya akan melakukan tugas dan tanggung jawabku sebagai seorang suami dengan baik untuk putrinya Papa.”Apa yang dilakukan oleh pak Irfan pun dilakukan oleh Bu Ulfa,” Nak Erina, putranya Bunda itu masih terbilang muda usianya. Kalau dia salah dan keliru dalam bersikap maka kewajibanmu menegur dan menasehatinya. Saling menjagalah kalian dan saling menghormati jangan ada yang beranggapan kamu itu masih anak-anak, kau itu lebih
“Kenapa kamu berjalan pincang? Katakan kepada kakak kenapa kamu terluka kayak gini?” Tanyanya Arsyila yang panik melihat kondisi adiknya.“Jangan banyak tanya Kak! Gue harus cepat-cepat ganti pakaian. Gue gak mau Mbak Erina berfikir macam-macam,” ucapnya yang berjalan sedikit menyeret kakinya ke arah lift.Arsyila hendak mempertanyakan masalah video yang baru diterimanya, tapi diurungkannya karena bukan waktu yang tepat.Arshaka melepas antingnya yang dipakainya karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya mereog melihat gayanya yang tidak seperti kebiasaannya sambil berjalan terpincang-pincang.“Gue tunggu keadaan aman barulah gue pertanyakan apa maksud dari video itu,” gumamnya Arsyila yang menyusul adiknya masuk ke dalam lift.Arsyila membantu Arshaka berjalan karena Arshaka kesulitan berjalan dengan lukanya yang sedikit mengkhawatirkan.Semua orang gembira, mengucap syukur sekaligus bertanya-tanya apa yang terjadi kepada calon manten melihat kedatangan Arshaka dalam kondisi yang
Suara decitan ban motor beradu dengan aspal pagi itu cukup bising membuat semua perhatian orang-orang pengguna jalan memperhatikan apa yang sedang terjadi.Tetapi,tak ada satupun yang berniat untuk menolong Arshaka mereka hanya melihat dan menyaksikan saja dan sebagian ada yang melanjutkan perjalanannya yang terhenti karena insiden itu.Arshaka tersungkur ke atas aspal setelah terjatuh karena motornya tiba-tiba tertabrak dari arah belakang oleh kendaraan roda empat.Suasana pagi itu cukup ramai dan jumlah kendaraan cukup banyak memadati sepanjang jalan tersebut dan terjadilah kemacetan lalu lintas di sekitar area itu.Bruk!!“Allahu Akbar! Argh!!” teriak histeris Arshaka sembari melindungi wajahnya agar terbebas dari hantaman aspal.Brak!!Tubuhnya terseret beberapa meter bersama dengan sepeda motor kesayangannya.“Auhh,” ia meringis menahan rasa sakit di pergelangan tangan dan lututnya yang bergesekan dengan aspal.Dia berusaha untuk bangun dari posisinya, tapi kesulitan karena tubuh
Bimo sampai menyemburkan minumannya setelah mendengar perkataan Arshaka kalau calon istrinya adalah seorang polisi.“Polisi! Polwan,” ucap keduanya berbarengan.Arshaka menepuk pundak kedua sahabatnya itu,” reaksinya biasa saja enggak usah lebay juga kali! Baru dengar kerjaannya kalian sudah seperti orang yang melihat hantu saja,”“Nggak gitu juga, cuman gue gak nyangka kalau hidup Lo seberuntung itu dapat seorang polwan cantik lagi. Kira-kira jodoh gue bakal kayak gimana?” Cicitnya Bimo.“Bukannya Lo suka sama Olivia,” ceplosnya Nabil.Bimo langsung menutup mulutnya Nabil yang ceplas ceplos.” Augh ahh lepas!”Arshaka hanya tersenyum tipis,” kalo Lo suka sama Olivia, itu bagus malah. Langsung pedekate saja jangan ditunda-tunda.”“Lo nggak keberatan kan kalau gue suka sama Olivia mantan kekasihmu?” Tanyanya Bimo hati-hati.Arshaka merangkul pundak sahabatnya itu,” santuy saja, Gue kan nggak pernah sayang dan cinta sama Olivia jadi silahkan dekati itu cewek. Gue berharap semoga Olivia b
Brak!!Pak Jamal sampai menggebrak meja yang ada di depannya sampai abu rokoknya yang baru dibuangnya ke atas asbak ikut beterbangan. Untungnya tidak mengenai kumisnya yang panjang nan lebat itu.“OMG!” Arsyila mengusap dadanya yang terkejut setengah hidup dengan ulahnya pria yang mengaku orang tua itu tapi kelakuannya seperti bocil labil.“Astaghfirullah aladzim, Pak Jamal kami memaklumi kondisi Bapak, tapi bukan teriak-teriak nggak jelas juga.” Arsyila mencebikkan bibirnya.“Pak Desa kita bisa bicarakan dengan baik-baik tidak perlu bentak-bentak juga apalagi sampai buat kerusuhan di rumah kami. Apakah ini bukan salah satu tindakan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain?” Bu Ulfa akhirnya kesal juga dengan sikapnya Pak Jamal.“Untungnya adikku batal jadi menantunya Bapak, bisa-bisa kami kena serangan mental ehh serangan jantung tiba-tiba,” sarkasnya Arsyila.Pak Jamal mendengus mendengar perkataan dari kedua wanita berbeda generasi itu.“Kami jadi bulan-bulanan omongan masy
Arshaka memperhatikan apa yang terjadi tanpa berniat untuk menengahi kedua wanita itu.“Hemp! Sayangnya lupa beli kuaci sama semangka pasti seru nonton drama mereka kalau ada kuaci dengan buah semangkanya,” gumamnya yang berdiri di sampingnya Erina.Mutia menatap jijik Arshaka, “OMG! Baru kemarin diputuskan oleh mas Dimas eh hari ini malah gandeng pria berandalan!” Cibirnya.“Saking nggak lakunya dirimu sehingga memilih pria preman pasar, urakan begajulan kayak dia!” sarkasnya perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arshaka.Arshaka hari hanya memakai kaos oblong warna hitam, jaket jeans biru robek-robek dan juga celana yang robek-robek pula dengan tindik bersusun di telinga kanannya. Rambut gondrong yang diikat sebatas tengkuk lehernya seperti layaknya aktor Korea.Siapapun yang melihatnya pasti menganggap dan berpikiran yang aneh-aneh tentang siapa calon suaminya Erina sebenarnya.“Lah kalian ciwi-ciwi hanya melihat gue berpakaian seperti ini menganggap gue begajulan lah, uraka