Erina terjatuh ke dalam air karena kepalanya yang tiba-tiba pusing, penglihatannya berkunang-kunang sehingga dia berjalan sempoyongan dan kakinya yang tergelincir.
Byur!! “Ahhh!” Teriaknya sebelum terjatuh ke dalam dasar sungai malam hari itu. “Hey! Jangan bundir!” Teriak seorang pria yang menganggap kalau Erina berniat bunuh diri. Dia gegas memarkirkan motornya sembarang tempat dan berlari cepat untuk menolong Erina, tapi usahanya sia-sia karena Erina sudah terjatuh ke dalam sungai. Pria itu celingak-celinguk mencari keberadaan Erina, tapi tidak ditemukan keberadaan wanita cantik itu. “Astaga dragon! Kenapa semakin banyak saja orang-orang yang nekat mengakhiri hidupnya karena gara-gara putus cinta,” tebaknya yang sok tahu. Pria itu mengambil hpnya dan mulai menyenter ke bawah hingga tatapan matanya tertuju kepada sebuah tangan yang terus menggapai ke atas karena tubuhnya timbul tenggelam. Pria itu tanpa berpikir panjang langsung terjun bebas dari atas jembatan yang airnya cukup dalam. Padahal dia tidak tahu siapa orang yang terjatuh itu. Hatinya terpanggil untuk menolong orang tersebut. Erina sebenarnya bisa berenang tapi, kakinya kram sehingga dia kesulitan untuk menyelamatkan diri. “Astaghfirullahaladzim kenapa kakiku nggak bisa digerakkan?” keluhnya yang nafasnya semakin tersengal karena menutup mulutnya agar air tidak masuk ke dalam mulut dan hidungnya. Arus air semakin deras karena debit air sungai bercampur dengan air hujan mengakibatkan Erina semakin kesulitan untuk berenang ke tepian sungai. “Ya Allah maafkan atas semua salah dan khilaf hamba. Mama, Papa maafin Erina.” Cicit Erina yang tubuhnya semakin terseret arus aliran sungai. “Hey! Apa kamu baik-baik saja!?” Tanyanya pria itu yang ingin memastikan apakah penglihatannya tidak salah. Pria itu semakin mempercepat gerakan renangnya meski dia pun kesulitan untuk melakukannya karena kondisi air sungai yang keruh menghambat usahanya. “Tolong! Aku belum siap mati!” Erina membalas teriakan orang yang berusaha menyelamatkannya. Butuh waktu lama hingga pria itu bisa memegang tangannya Erina yang hampir saja terseret jauh oleh arus derasnya air malam itu. Tubuh keduanya terbawa arus derasnya air sampai beberapa meter jauhnya. Kondisi Erina pun tak sadarkan diri karena terlalu banyak air masuk kedalam tubuhnya melalui telinga dan mulutnya. “Bertahanlah, aku akan berusaha untuk menyelamatkanmu,” Pria itu memeluk tubuh Erina dan berjuang sekuat tenaga membawa Erina yang sudah pingsan ke tepian sungai. Petir dan guntur saling bersahut-sahutan, angin semakin bertiup kencang begitupun hujan yang membasahi bumi semakin lebat pula. “Baru kali ini gue ketemu dengan perempuan yang bodinya hampir sama tinggi denganku,” gerutunya yang nafasnya ngos-ngosan. Karena bobot tubuh sang polwan cantik yang tinggi semampai sehingga menyulitkan proses penyelamatannya. Tapi karena, niatnya yang tulus dan pantang mundur sehingga dia berhasil menyeret tubuhnya Erina ke hulu sungai. Pria itu menidurkan Erina di atas rerumputan, dia mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena kelelahan. “Alhamdulillah akhirnya berhasil juga menyelamatkannya. Semoga saja masih hidup,” lirih pria itu yang ikut berbaring di atas rumput sambil mengatur nafasnya. Air hujan mengenai wajahnya tak dipedulikannya yang paling penting saat ini dia bisa mengatur pernafasannya terlebih dahulu. “Gue harus bawa kemana wanita ini?” ia kebingungan. Dia memperhatikan sekitarnya dan senyuman tersungging di bibirnya ketika melihat ada rumah-rumah kecil yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. “Untuk sementara berteduh saja di sana kalau hujannya reda barulah kami balik ke rumah,” gumamnya sambil menggendong Erina layaknya karung beras. Tubuhnya yang tinggi atletis, otot bisep lengannya nampak terbentuk dengan baik selayaknya otot yang sering ditempa di tempat gym. ‘OMG! Kenapa perempuan cantik ini tubuhnya sungguh berat, apa seberat dosa dan beban hidupnya yah?’ gerutunya. Hanya butuh beberapa langkah saja mereka berdua sudah sampai di depan balai-balai yang tak berpenghuni itu. “Gelap juga, apa memang nggak pernah ada orang yang datang ke sini?” Pria itu menidurkan tubuhnya Erina, tapi pandangannya malah tertuju pada buah dadanya Erina yang nampak terekspos karena baju yang dikenakan oleh Erina sudah basah sehingga nampak tembus pandang. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar,” astaghfirullahaladzim kenapa ukurannya pas banget dengan kepalan tanganku, kayaknya 34/85.” Pria itu langsung menepuk pelan bibirnya yang keceplosan karena malah memikirkan ukuran size cup milik Erina. “Astaghfirullah aladzim maafkan Shaka ya Allah, ampuni hambaMu yang tak berdaya ini telah melihat hal-hal yang tak sepantasnya aku lihat, tapi apakah ini namanya nikmat mana lagi yang kamu dustakan,” cicitnya Shaka. Akmal Amelio Arshaka pemuda berusia 19 tahun adalah mahasiswa jurusan pertanian semester 4. Dia hanya pendatang yang merantau di ibu kota Jakarta demi cita-citanya menjadi seorang insinyur pertanian. Anak dari dua bersaudara dan kebetulan dia adalah anak kedua dari pasangan Bu Ulfa dan Pak Raffi. “Bukan gue yang salah yah Allah masalahnya branya perempuan ini sendiri yang nampak di mata mau tidak mau pasti gue pelototin, tapi nggak apa-apa juga lihat-lihat dikit-dikit mumpung belum sadar.” Lanjutkan dek itu namanya rezeki nomplok atau bisa dibilang jackpot besar kapan lagi bisa berada dalam posisi seperti itu kan? Pikiran kotor othor jangan ditiru yah dek yah jangan Hihi. Keheningan terjadi di dalam gubuk kecil yang hampir reog itu, Akmal mencari benda apa saja yang bisa dipakai nya untuk menutupi tubuhnya yang tiba-tiba menggigil menahan dinginnya udara malam itu. Akmal menghela nafasnya dengan berat karena tidak ada apapun yang bisa dipakai untuk menutupi tubuhnya dengan Erina. Akmal menepuk keningnya karena baru teringat kalau Erina belum sadar.” Astaganaga! Kenapa gue sampai melupakan kalau wanita cantik ini belum siuman.” Akmal mulai membantu Erina agar segera sadar, ia melakukan segala cara untuk menyadarkan Erina. Akmal memeriksa jalan nafas,” Alhamdulillah masih hidup.” Dia kemudian melakukan resusitasi jantung paru-paru atau lebih dikenal dengan nama CPR. “Ayo bangun Mbak, apa Kamu nggak capek tiduran mulu kayak putri tidur saja, jangan-jangan Lo ga nelan air tapi malahan makan apel beracun,” celotehnya sambil terus menekan dadanya Erina tapi usaha itu sia-sia. Dia mulai memeriksa tanda-tanda vital pada tubuhnya Erina,” Alhamdulillah bagus tapi kenapa belum sadar juga. Kenapa sih Mbak doyan amat tidur cantik kayak gini.” bersungut-sungut. Akmal kebingungan untuk melakukan pertolongan terakhir atau gimana karena mereka bukanlah saudara lebih-lebih bukan mahram ataupun muhrim. “Nggak ada jalan keluar lainnya sebaiknya gue berikan pernafasan buatan dan semoga saja secepatnya siuman,” Akmal melakukan nafas buatannya, percobaan pertama gagal, kedua pun sama. Akmal sampai-sampai frustasi dibuatnya meskipun ada keuntungan terselubung yang dia dapatkan dengan memberi nafas buatan. “Bibirnya manis banget,” ceplosnya. Akmal kembali merutuki kebodohannya karena bukannya fokus melakukan pertolongan malah mengecap rasa bibirnya Erina. “Bismillahirrahmanirrahim moga saja ini berhasil,” Akmal melakukan berulang-ulang upayanya yang belum berhasil tapi, kali ini berhasil. Erina terbatuk-batuk sampai-sampai banyak air yang keluar dari mulutnya. Akmal tersenyum gembira karena akhirnya Erina sadar juga. “Syukur Alhamdulillah makasih banyak ya Allah,” Akmal sampai-sampai bersujud saking bahagianya melihat Erina yang sudah sadar. Erina melirik ke arah pria yang berbicara tepat di sampingnya. “Kamu siapa?” Tanyanya Erina yang suaranya cukup lirih. "Saya adalah malaikat maut hihi!" Candanya Akmal. Erina langsung menendang kakinya Akmal yang dapat dijangkaunya." Ga lucu! Gak mungkin ada malaikat yang tampang dan penampilannya urakan kayak Lo!" Kesalnya Erina. "Ish ish belum juga jadi istri sudah main kadeerte," Akmal tak bosan-bosannya bercanda meskipun tubuhnya kedinginan. Erina mendengus kesal," sekali lagi Lo bercanda gua bakal mutildrasi tangan dan kaki Lo!" ketus Erina. Akmal malah tertawa terpingkal-pingkal melihat wajahnya Erina yang lucu karena marah-marah. Bukannya seram dilihatnya malah gemes dimatanya Akmal. “Gue orang yang dikirim oleh Allah SWT untuk menolong wanita yang hendak bunuh diri,” jawabannya Akmal. Erina berusaha mengingat-ingat apa yang sudah dialaminya hingga dia teringat ketika terjatuh dari atas jembatan “Makasih banyak sudah rela menolongku untungnya kamu membantuku, tapi kita sekarang ada dimana?” tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sempit itu. “Panjang kalau gue jelasin sama Mbak, yang jelasnya jangan sekali-kali coba-coba untuk mengakhirinya hidup Mbak dengan cara bunuh diri. Untungnya gue kebetulan lewat jadi Mbak terselamatkan,” imbuhnya panjang lebar. “Jam berapa sekarang? Aku harus balik ke rumah pasti kedua orang tuaku khawatir dengan keadaanku,” “Kayaknya sudah jam dua belas malam lewat sedikit,” jawabnya. Akmal melihat ke arah jam tangannya yang anti pelakor ehh anti air maksudnya. Benar apa yang diperkirakannya jarum jamnya menunjuk pukul dua belas lewat 38 menit. “Besok pagi saja, kita barengan baliknya,” balasnya. Keduanya sama-sama mencari tempat yang ternyaman untuk beristirahat mengistirahatkan tubuh keduanya. Akmal tidur sambil bersandar di dinding dalam keadaan kedinginan begitupun juga yang dialami oleh Erina. Tapi, mau bagaimana lagi karena di luar sana hujan semakin turun dengan lebat. Tidak mungkin pulang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Gemuruh petir disertai halilintar menyambar pohon yang tidak jauh dari tempat mereka menginap. Angin semakin bertiup kencang membuat suasana tengah malam itu semakin terasa mencekam. Dingin semakin merasuki tubuh dan jiwa mereka. Hingga tanpa mereka sadari mereka sama-sama terlelap tidur dalam keadaan hanya memakai pakaian yang basah. Tubuh mereka sudah kelelahan hingga seperti tak bertenaga bergerak saja tidak bisa apalagi untuk berjalan pulang sampai ke jembatan. Ayam jantan berkokok lantang di pagi hari itu, entah itu ayam milik siapa coba milik emak daeng pasti sudah aku potong menjadi ayam goreng Upin Ipin hehe. Keduanya semakin terlelap dalam tidurnya tanpa peduli dengan kendaraan mereka yang terparkir dengan asal di sekitar jembatan. Brak!! Bruk!! Prang!! Suara ribut-ribut dan gaduh itu tidak membuat keduanya segera bangun malah semakin mengeratkan pelukannya. Suara yang cukup menggelegar mengalahkan suara petir mampu membangunkan kedua anak manusia itu. “Bangun!! Apa yang kalian lakukan!?” Keduanya sama-sama mengerjapkan kelopak matanya tapi, mereka sama-sama berteriak histeris ketika tersadar dengan kondisi tubuh mereka. “Ahhh tidak!” Erina spontan menutup kedua matanya. Akmal pun sama,” arghh! Kenapa bisa gue gak pakai baju!?”“Argh!!" Pekik Erina spontan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.Erina menatap ke arah lain dan tidak berani melihat tubuh atletisnya Akmal yang tanpa memakai baju.Erina menunjuk-nunjuk ke arah Akmal," Cepat pakai pakaianmu!” Teriak Erina yang langsung berpaling ke arah lain.“Astaganaga kenapa bisa gue nggak pake baju sih!?” gerutunya sambil memindai penampilannya sendiri.Akmal buru-buru memakai pakaiannya dengan asal-asalan, dia kebingungan dengan situasi yang dialaminya.Seingatnya semalam dia tertidur memakai pakaian, tetapi pagi ini mendapati dirinya hanya memakai boxer pendek bergambar Spongebob Squarepants si keju kuning yang tinggal di laut di dalam rumah nanasnya.“Apa yang kalian perbuat di dalam gubuk kecil ini?” Tanyanya seorang pria tua yang membawa sebuah cangkul."Lagi mancing keributan Pak ehh salah lagi," ceplos Akmal sambil menutup mulutnya karena keceplosan gara-gara kaget.“Saya yakin mereka adalah pasangan mesum, lihat saja buktinya si pemuda itu tid
Akmal masih tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya, kalau perempuan yang diselamatkannya dan rencananya akan dinikahinya secara paksa adalah seorang polwan. Belum apa-apa sudah berpikir yang aneh-aneh.”Kalau gue jadi menikah dengannya terus gue melakukan kesalahan bisa-bisa gue ditembak olehnya bisa koid dan tinggal nama, beban hidup dan dosaku.”“Jadi ibu seorang polwan toh, kalau begitu apa jaminannya ibu tidak bakalan melanggar perjanjian kalau kalian akan menikah satu bulan kedepannya?” Tanyanya pak RT.“Bapak bisa membuat surat perjanjian agar kami bisa tandatangani kalau kalian meragukan ucapanku,” balasnya Erina yang tubuhnya sudah panas dingin kepalanya semakin nyut-nyutan.Akmal hanya terdiam mendengarkan apa yang mereka katakan. Perangkat RT segera membuat surat perjanjian bermaterai agar ada kepastian hukum yang mengikat perjanjian mereka.“Silahkan ditandatangani, Bu Polwan dan Pak Akmal,” pintanya pak Ridwan.Erni secepatnya menandatangani kontrak perjanjian
“Sayang, kakak kalian masih beristirahat jangan ribut gitu dong,” ucapnya Bu Rasmi dengan lembut.“Tapi, Ma kayaknya ada kesalahpahaman di sini! Bukannya Mas Dimas yang menjadi calon suaminya kakak, lah kenapa berubah menjadi bocah ingusan!” ejek Esra yang memperhatikan Akmal dari atas hingga ujung kaki.“Gue memang bocah tapi gue sudah bisa buat bocah loh. Emang kalian mau berapa gue jabanin deh sekalian mumpung calon mamanya cantik,” gumamnya Akmal sambil tersenyum smirk.Ada-ada saja ini Akmal sifat tengilnya muncul lagi. Dia kembali memperhatikan apa yang mereka bicarakan.“Betul banget,kan dua bulan lagi kakak Erina menikah dengan Mas Dimas kenapa bisa dalam semalam calonnya langsung berubah! Ini sungguh lelucon yang tidak masuk akal,” sahutnya Elma.Pak Irfan hanya tersenyum tipis mendengar ocehan kedua anaknya yang memang seperti itulah karakter mereka, jika tidak ada orang lain bersamanya.Hubungan kekeluargaan mereka tidak kaku dimana anak takut-takut dan ragu mengutarakan pe
“Ada yah perempuan yang urat malunya ketinggalan di jalan!” gerutunya Erina memperhatikan apa yang dilakukan oleh calon suaminya dengan seorang perempuan muda. Erina menatap tajam perempuan muda yang tidak dikenalnya, “Ck… ck.. Dasar bocah punya pacar tapi menyanggupi permintaan dari orang-orang kampung duren tidak runtuh,” gumamnya. Arshaka tersenyum canggung karena diperlakukan begitu mesra oleh perempuan yang berstatus pacarnya. Erina berjalan ke arah dalam sambil melirik ke arah Arshaka,” selesaikan urusanmu dengan perempuan itu! Gue gak mau menikah dengan pria yang masih memiliki hubungan asmara dengan perempuan lain.” Erina berjalan ke arah dalam warung itu kemudian memesan bakso karena dia sudah tidak sabar ingin menikmati makanan sejuta umat itu yang harganya murah meriah, tapi mengenyangkan perut. “Sayang siapa perempuan itu dan apa maksud dari ucapannya?” Tanyanya. Arshaka menarik tangan pacarnya dan berjalan ke arah samping warung,” gue akan jelasin kepada Lo apa maks
Arshaka memperhatikan apa yang terjadi tanpa berniat untuk menengahi kedua wanita itu.“Hemp! Sayangnya lupa beli kuaci sama semangka pasti seru nonton drama mereka kalau ada kuaci dengan buah semangkanya,” gumamnya yang berdiri di sampingnya Erina.Mutia menatap jijik Arshaka, “OMG! Baru kemarin diputuskan oleh mas Dimas eh hari ini malah gandeng pria berandalan!” Cibirnya.“Saking nggak lakunya dirimu sehingga memilih pria preman pasar, urakan begajulan kayak dia!” sarkasnya perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arshaka.Arshaka hari hanya memakai kaos oblong warna hitam, jaket jeans biru robek-robek dan juga celana yang robek-robek pula dengan tindik bersusun di telinga kanannya. Rambut gondrong yang diikat sebatas tengkuk lehernya seperti layaknya aktor Korea.Siapapun yang melihatnya pasti menganggap dan berpikiran yang aneh-aneh tentang siapa calon suaminya Erina sebenarnya.“Lah kalian ciwi-ciwi hanya melihat gue berpakaian seperti ini menganggap gue begajulan lah, uraka
Brak!!Pak Jamal sampai menggebrak meja yang ada di depannya sampai abu rokoknya yang baru dibuangnya ke atas asbak ikut beterbangan. Untungnya tidak mengenai kumisnya yang panjang nan lebat itu.“OMG!” Arsyila mengusap dadanya yang terkejut setengah hidup dengan ulahnya pria yang mengaku orang tua itu tapi kelakuannya seperti bocil labil.“Astaghfirullah aladzim, Pak Jamal kami memaklumi kondisi Bapak, tapi bukan teriak-teriak nggak jelas juga.” Arsyila mencebikkan bibirnya.“Pak Desa kita bisa bicarakan dengan baik-baik tidak perlu bentak-bentak juga apalagi sampai buat kerusuhan di rumah kami. Apakah ini bukan salah satu tindakan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain?” Bu Ulfa akhirnya kesal juga dengan sikapnya Pak Jamal.“Untungnya adikku batal jadi menantunya Bapak, bisa-bisa kami kena serangan mental ehh serangan jantung tiba-tiba,” sarkasnya Arsyila.Pak Jamal mendengus mendengar perkataan dari kedua wanita berbeda generasi itu.“Kami jadi bulan-bulanan omongan masy
Bimo sampai menyemburkan minumannya setelah mendengar perkataan Arshaka kalau calon istrinya adalah seorang polisi.“Polisi! Polwan,” ucap keduanya berbarengan.Arshaka menepuk pundak kedua sahabatnya itu,” reaksinya biasa saja enggak usah lebay juga kali! Baru dengar kerjaannya kalian sudah seperti orang yang melihat hantu saja,”“Nggak gitu juga, cuman gue gak nyangka kalau hidup Lo seberuntung itu dapat seorang polwan cantik lagi. Kira-kira jodoh gue bakal kayak gimana?” Cicitnya Bimo.“Bukannya Lo suka sama Olivia,” ceplosnya Nabil.Bimo langsung menutup mulutnya Nabil yang ceplas ceplos.” Augh ahh lepas!”Arshaka hanya tersenyum tipis,” kalo Lo suka sama Olivia, itu bagus malah. Langsung pedekate saja jangan ditunda-tunda.”“Lo nggak keberatan kan kalau gue suka sama Olivia mantan kekasihmu?” Tanyanya Bimo hati-hati.Arshaka merangkul pundak sahabatnya itu,” santuy saja, Gue kan nggak pernah sayang dan cinta sama Olivia jadi silahkan dekati itu cewek. Gue berharap semoga Olivia b
Suara decitan ban motor beradu dengan aspal pagi itu cukup bising membuat semua perhatian orang-orang pengguna jalan memperhatikan apa yang sedang terjadi.Tetapi,tak ada satupun yang berniat untuk menolong Arshaka mereka hanya melihat dan menyaksikan saja dan sebagian ada yang melanjutkan perjalanannya yang terhenti karena insiden itu.Arshaka tersungkur ke atas aspal setelah terjatuh karena motornya tiba-tiba tertabrak dari arah belakang oleh kendaraan roda empat.Suasana pagi itu cukup ramai dan jumlah kendaraan cukup banyak memadati sepanjang jalan tersebut dan terjadilah kemacetan lalu lintas di sekitar area itu.Bruk!!“Allahu Akbar! Argh!!” teriak histeris Arshaka sembari melindungi wajahnya agar terbebas dari hantaman aspal.Brak!!Tubuhnya terseret beberapa meter bersama dengan sepeda motor kesayangannya.“Auhh,” ia meringis menahan rasa sakit di pergelangan tangan dan lututnya yang bergesekan dengan aspal.Dia berusaha untuk bangun dari posisinya, tapi kesulitan karena tubuh
Acara pesta rakyat yang digadang-gadang akan berlangsung meriah dan besar itu persiapannya hampir rampung sepenuhnya.Bahkan Pak Raffi sebagai orang terpandang di Desa Mekarjaya mengundang beberapa artis kota untuk mengisi dan memeriahkan pesta hajatan tersebut.Erina berpamitan kepada para tetangga setelah dirasanya cukup lelah dan mengantuk. Kedua adik-adiknya dan beberapa sepupunya ikut membantu meskipun mereka hanya kebanyakan menonton.“Mas temani aku yah ke belakang,” pintanya Erina yang melihat suaminya duduk di atas tepian ranjang.“Kamu mau ngapain?” Tanyanya Shaka.“Mau mandi, nggak nyaman kalau nggak ada kamu yang temani. Boleh yah?” rengeknya Erina dengan bermanja-manja di lengan suaminya.Arshaka segera menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya karena dia hendak ke masjid untuk shalat berjamaah isya tapi, belum masuk waktu shalat isya.Erina diam-diam memindai penampilan dari suaminya,” ngomong-ngomong pakaiannya Mas berbeda dengan apa yang Mas pakai ketika di kota deng
Beberapa mobil berbak tertutup berjejer di sepanjang jalan kenangan ehh jalan rumahnya pak Raffi dan Bu Ulfa yang menurunkan beberapa bingkisan berupa bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari.Kedatangan rombongan keluarga besar Erina yang hanya berjumlah sekitar sepuluh orang itu, disambut hangat oleh orang-orang kampung Mekarjaya.“Masya Allah, Pak Jendral baik banget sampai-sampai membawa sumbangan yang cukup banyak untuk warga kami,’ ucapnya Pak Didi selaku pak RT setempat.“Syukur Alhamdulillah kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Pak Irfan karena bantuan bapak sangat dibutuhkan oleh warga apalagi dalam rangka persiapan bulan suci Ramadhan,” ucap Pak Budi.“Ini hanya tidak seberapa Pak, ibu-ibu kami bahagia bisa berbagi bersama dengan kalian semua,” balasnya Pak Irfan.“Mari masuk istirahat Pak, ijinkan bapak-bapak yang akan membagikan semua bungkusan itu kepada para masyarakat. Bapak dengan ibu Rasmi silahkan masuk beristirahat karena pasti kalian capek telah melakuka
Arshaka terduduk di atas closed dia merenungi nasibnya yang malang. Dia tidak habis pikir pada dirinya yang disangkanya selama ini adalah pria normal malah dia layaknya seperti banci karena burung perkututnya ternyata lotoi.“Ya Allah, aku nggak bakalan punya keturunan kalau seperti ini, pasti Mbak Erina akan mencari pria lain dan selingkuh agar bisa mendapatkan keturunan karena dariku tak sanggup membuahi sel telurnya,”Arshaka berdoa kepada Sang Maha Pencipta tapi ucapannya masih saja nyeleneh.Dia memegangi dan memandangi senjatanya yang tertidur.” Kenapa Lo harus loyo segala sih! Padahal kalau pagi-pagi Lo selalu tegak berdiri,” sungutnya Arshaka.Kenyataan pahit itu baru diketahuinya kalau dia bukan pria jantan, tapi masih dalam tahap dugaan saja karena belum dibuktikan secara real.Erina yang sudah mengantuk kebingungan dengan apa yang diperbuat Arshaka di dalam sana, karena sudah lebih setengah jam tapi belum keluar juga. Dia berulang kali menguap menahan rasa kantuknya.“Kenap
Pak Irfan memeluk Arshaka pemuda yang baru saja menjadi anak menantunya itu.“Nak Arshaka, Papa serahkan putri bapak kepadamu dan mulai detik ini kamu lah yang menjadi imamnya. Tuntunlah Erina ke jalan yang baik dan tegurlah kalau dia keliru dalam bersikap,” ucapnya pak Irfan sambil menyeka air matanya.Pak Irfan terlihat sendu akan melepas putri sulungnya untuk hidup bersama dengan pria pilihannya. Dia tak bisa menutupi kesedihannya karena akan berpisah dengan anak kesayangannya untuk menempuh hidup baru.Arshaka membalas pelukan papa mertuanya,” insha Allah Pah, saya akan melakukan tugas dan tanggung jawabku sebagai seorang suami dengan baik untuk putrinya Papa.”Apa yang dilakukan oleh pak Irfan pun dilakukan oleh Bu Ulfa,” Nak Erina, putranya Bunda itu masih terbilang muda usianya. Kalau dia salah dan keliru dalam bersikap maka kewajibanmu menegur dan menasehatinya. Saling menjagalah kalian dan saling menghormati jangan ada yang beranggapan kamu itu masih anak-anak, kau itu lebih
“Kenapa kamu berjalan pincang? Katakan kepada kakak kenapa kamu terluka kayak gini?” Tanyanya Arsyila yang panik melihat kondisi adiknya.“Jangan banyak tanya Kak! Gue harus cepat-cepat ganti pakaian. Gue gak mau Mbak Erina berfikir macam-macam,” ucapnya yang berjalan sedikit menyeret kakinya ke arah lift.Arsyila hendak mempertanyakan masalah video yang baru diterimanya, tapi diurungkannya karena bukan waktu yang tepat.Arshaka melepas antingnya yang dipakainya karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya mereog melihat gayanya yang tidak seperti kebiasaannya sambil berjalan terpincang-pincang.“Gue tunggu keadaan aman barulah gue pertanyakan apa maksud dari video itu,” gumamnya Arsyila yang menyusul adiknya masuk ke dalam lift.Arsyila membantu Arshaka berjalan karena Arshaka kesulitan berjalan dengan lukanya yang sedikit mengkhawatirkan.Semua orang gembira, mengucap syukur sekaligus bertanya-tanya apa yang terjadi kepada calon manten melihat kedatangan Arshaka dalam kondisi yang
Suara decitan ban motor beradu dengan aspal pagi itu cukup bising membuat semua perhatian orang-orang pengguna jalan memperhatikan apa yang sedang terjadi.Tetapi,tak ada satupun yang berniat untuk menolong Arshaka mereka hanya melihat dan menyaksikan saja dan sebagian ada yang melanjutkan perjalanannya yang terhenti karena insiden itu.Arshaka tersungkur ke atas aspal setelah terjatuh karena motornya tiba-tiba tertabrak dari arah belakang oleh kendaraan roda empat.Suasana pagi itu cukup ramai dan jumlah kendaraan cukup banyak memadati sepanjang jalan tersebut dan terjadilah kemacetan lalu lintas di sekitar area itu.Bruk!!“Allahu Akbar! Argh!!” teriak histeris Arshaka sembari melindungi wajahnya agar terbebas dari hantaman aspal.Brak!!Tubuhnya terseret beberapa meter bersama dengan sepeda motor kesayangannya.“Auhh,” ia meringis menahan rasa sakit di pergelangan tangan dan lututnya yang bergesekan dengan aspal.Dia berusaha untuk bangun dari posisinya, tapi kesulitan karena tubuh
Bimo sampai menyemburkan minumannya setelah mendengar perkataan Arshaka kalau calon istrinya adalah seorang polisi.“Polisi! Polwan,” ucap keduanya berbarengan.Arshaka menepuk pundak kedua sahabatnya itu,” reaksinya biasa saja enggak usah lebay juga kali! Baru dengar kerjaannya kalian sudah seperti orang yang melihat hantu saja,”“Nggak gitu juga, cuman gue gak nyangka kalau hidup Lo seberuntung itu dapat seorang polwan cantik lagi. Kira-kira jodoh gue bakal kayak gimana?” Cicitnya Bimo.“Bukannya Lo suka sama Olivia,” ceplosnya Nabil.Bimo langsung menutup mulutnya Nabil yang ceplas ceplos.” Augh ahh lepas!”Arshaka hanya tersenyum tipis,” kalo Lo suka sama Olivia, itu bagus malah. Langsung pedekate saja jangan ditunda-tunda.”“Lo nggak keberatan kan kalau gue suka sama Olivia mantan kekasihmu?” Tanyanya Bimo hati-hati.Arshaka merangkul pundak sahabatnya itu,” santuy saja, Gue kan nggak pernah sayang dan cinta sama Olivia jadi silahkan dekati itu cewek. Gue berharap semoga Olivia b
Brak!!Pak Jamal sampai menggebrak meja yang ada di depannya sampai abu rokoknya yang baru dibuangnya ke atas asbak ikut beterbangan. Untungnya tidak mengenai kumisnya yang panjang nan lebat itu.“OMG!” Arsyila mengusap dadanya yang terkejut setengah hidup dengan ulahnya pria yang mengaku orang tua itu tapi kelakuannya seperti bocil labil.“Astaghfirullah aladzim, Pak Jamal kami memaklumi kondisi Bapak, tapi bukan teriak-teriak nggak jelas juga.” Arsyila mencebikkan bibirnya.“Pak Desa kita bisa bicarakan dengan baik-baik tidak perlu bentak-bentak juga apalagi sampai buat kerusuhan di rumah kami. Apakah ini bukan salah satu tindakan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain?” Bu Ulfa akhirnya kesal juga dengan sikapnya Pak Jamal.“Untungnya adikku batal jadi menantunya Bapak, bisa-bisa kami kena serangan mental ehh serangan jantung tiba-tiba,” sarkasnya Arsyila.Pak Jamal mendengus mendengar perkataan dari kedua wanita berbeda generasi itu.“Kami jadi bulan-bulanan omongan masy
Arshaka memperhatikan apa yang terjadi tanpa berniat untuk menengahi kedua wanita itu.“Hemp! Sayangnya lupa beli kuaci sama semangka pasti seru nonton drama mereka kalau ada kuaci dengan buah semangkanya,” gumamnya yang berdiri di sampingnya Erina.Mutia menatap jijik Arshaka, “OMG! Baru kemarin diputuskan oleh mas Dimas eh hari ini malah gandeng pria berandalan!” Cibirnya.“Saking nggak lakunya dirimu sehingga memilih pria preman pasar, urakan begajulan kayak dia!” sarkasnya perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arshaka.Arshaka hari hanya memakai kaos oblong warna hitam, jaket jeans biru robek-robek dan juga celana yang robek-robek pula dengan tindik bersusun di telinga kanannya. Rambut gondrong yang diikat sebatas tengkuk lehernya seperti layaknya aktor Korea.Siapapun yang melihatnya pasti menganggap dan berpikiran yang aneh-aneh tentang siapa calon suaminya Erina sebenarnya.“Lah kalian ciwi-ciwi hanya melihat gue berpakaian seperti ini menganggap gue begajulan lah, uraka