Share

02. Teman Tidur

Author: oceanisa
last update Last Updated: 2021-09-06 20:38:02

02 | Teman Tidur

"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.

Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.

Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."

Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.

Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berdasarkan kompetisi serta skill yang dimiliki. Lagi pula pegawai di Main Kuy rata-rata adalah millenial dan gen-z yang usianya 30 tahun ke bawah kecuali petinggi dan founder-nya seperti Jeff yang menjadi CEO, Melvin yang menjadi Chief People Officer, dan Jenggala yang menjadi Chief Technical Officer.

"Dih bohong, mupeng tuh wajah kamu," tuduh Jeff dengan raut tengil, ekspresinya persis seorang kakak yang memergoki adiknya menonton JAV. Mengolok-olok, membuat kesal.

Otomatis Liv memegang pipinya dan meraih gawainya untuk melihat pantulan wajahnya. Bingung, memang dia tadi memikirkan Darma tapi apa iya jadi kelihatan seperti sedang ingin begituan? Sial. Sial. Sial.

Melihat Liv yang sibuk dengan pantulan dirinya, Jeff mendekat dan ikut melihat apa yang menjadi pusat perhatian gadis itu, "Lihat apa sih?" tanya Jeff membuat Liv terlonjak.

Kaget, anjim! maki Liv dalam hati. "Duh, Mas Jeff jangan ngagetin gitu dong." Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam sling bag-nya. Ranselnya memang ia tinggal di kantor yang dianggap seperti rumah sendiri.

Jeff tidak menjawab tapi ia mundur selangkah dan menggaruk tengkuknya sendiri. Tiba-tiba saja pria yang biasanya cengengesan itu merasa canggung dengan alasan tidak jelas. "Lipstick kamu ketebelan," celetuk Jeff tiba-tiba.

Sepersekian detik Liv terdiam, "Kenapa lipstick saya?"

"Lipstick kamu ngejreng bikin mata saya sakit!" kata Jeff setengah ngegas.

Liv menaikan satu alis mendengatmr omongan Jeff yang sedikit menyebalkan. Gadis itu merasa Jeff harus diberi pelajaran. Dia itu CEO, Chief Executive Officer, seharusnya mengurus kinerja karyawan atau mabok-mabok seraya mencari investor di pesta-pesta seperti yang sering Liv lihat di televisi dan serial Netflix. Tapi ini kenapa Jeff mengurusi lipstick Liv. Gadis itu kezeeeeel abizzzz! Sekali-kali Jeff harus diberi pelajaran.

"Terus kenapa Mas Jeff ngurusin lipstick saya? Seharusnya cari investor dong buat pengembangan game baru!" ketus Liv.

Jeff melotot mendengar kata-kata Liv. Berani dan minta ditampol. "Kamu gak lihat aku wes ganteng kayak oppa Korea?" Pria itu lantas memutar tubuhnya berlagak sepert seorang model. "Nih, aku mau ngelobi investor sama brand ambasador game baru nanti."

Kemeja kotak-kotak berwarna coklat pastel dan celana bahan hitam. Lengannya digulung hingga di bawah siku, menampilkan otot Jeff yang berurat. Liv tahu betul setiap pagi, Jeff selalu nge-gym sebelum memulai kerja, mungkin hasilnya adalah yang Liv lihat saat ini. Gaya berpakain Jeff juga keren, bagian depan kemeja itu ia masukkan ke dalam celana sementara bagian belakangnya dibiarkan begitu saja. Tiga kancing atas ia biarkan memperlihatkan kaos hitam dengan merek yang sering digunakan idola KPop. Dan yang tak boleh terlewatkan adalah Jeff memakai sepatu.

Iya, sepatu.

Liv tidak sadar jika penampilan Jeff kali ini terlihat seperti anak CEO tengil dalam drama Korea. Penampilan pria itu jauh berubah, Jeff bukanlah Jeff yang biasanya memakai celana kolor, kaos persebaya, sandal jepit, wajah bantal dan ileran dan rambutnyq acak-acakan. Outfit mirip mas-mas pengangguran ini yang selalu Jeff tunjukkan selama seminggu Liv menjadi intern di Main Kuy. Malam ini tentu Liv kaget melihat Jeff terlihat ganteng, wangi, dan berkelas. Rambutnya rapi dan dahinya terbuka.

Fuck, cakep banget!

"Tumben ga—" Liv memotong ucapannya sendiri.

"Tumben ga?" tanya Jeff meminta kelanjutan. "Tumben ganteng?"

Tumben gak kayak tukang bakso depan gang, batin Liv dalam hati. "Ah, iya itu, Mas."

Jeff nyengir, seraya menaik turunkan kerah kemejanya.

Dih, sok ganteng! Tapi emang ganteng sih.

"Kamu mau kemana?" tanya Jeff. "Kenapa pake gaun yang punggungnya terbuka?"

Liv meneguk ludah. Bagaimana Jeff tahu jika gaun merah sexy yang ia kenakan ini sebenarnya mengekspose punggungnya padahal Liv sudah mengakali dengan mengenakan jaket denim oversized yang akan ia buka jika sudah naik di mobil Darma.

Jeff menanti jawaban. Namun Liv tak memberikan karena buru-buru gadis itu pergi, masuk ke dalam jemputan mobil mewahnya.

***

"Jemputnya lama banget sih, Kak?" tanya Liv dengan nada merajuk manja sembari melepas jaket oversized yang ia kenakan. Melemparnya ke kursi belakang. "Aku tadi ditanya-tanyain aneh-aneh loh sama orang kantor gara-gara Kakak lama banget jemputnya."

Darma tersenyum melihat Liv masuk, hari ini ia terlihat cantik dengan gaun yang ia belikan beberapa bulan lalu. Punggung mulus Liv membuat sesuatu di bawah mengeras. "Lampu merah macet total. Ada pemeriksaan polisi."

Liv manyun. "Kamu telat bukan karena dia kan?"

Darma hanya diam dan melajukan mobilnya.

"Kalo Kak Darma diem berarti bener karena dia," ketus Liv, "tadi apa alasan dia nahan kamu?"

Darma menoleh masih tersenyum, "Dia muntah-muntah, asam lambungnya kambuh."

Decakan lirih keluar dari mulut Liv, "Dia tuh ngeselin banget! Kalau asam lambung tuh harusnya makan teratur, pola makannya dijaga, gak makan pedes-pedes. Kemarin aku lihat dia pamer makan seblak di snap-i*. Dia tuh sengaja sakit biar kamu repot, biar ngurusin dia terus, biar kamu lupa sama aku, Kak."

Darma melirik Liv yang mengomel kemudian terkekeh.

"Kenapa ketawa, aku lagi kesel loh ini."

"Kamu lucu, Liv. Katanya kesel tapi perhatian banget sama dia," ujar Darma di sela tawanya.

"Ya habisnya dia gak bisa jaga diri. Kalau dia kenapa-kenapa kamu repot. Kalau kamu repot, kamu gak bisa ketemu sama aku, Kak!"

"Kangen banget sama aku, ya?" tanya Darma lalu membelokkan kemudinya.

"Kangen banget!" Liv lantas meraih tangan kiri Darma yang lengan bajunya tergelung, persis seperti gaya Jeff tadi. Gadis itu menautkan jemarinya disela jemari besar Darma. Hangat dan nyaman. Liv merasa kembali pulang. "Malam ini yang lama ya sama aku?" pinta Liv.

"Aku gak bisa lama-lama."

Liv langsung melepas jemari Darma, ia bersidekap kesal saat Darma tak memenuhi ekspetasinya. "Tuh kan! Katanya malam selasa selalu buat aku."

"Dia sakit, Liv. Kasihan dia dimarahin papanya kemarin sampe gak mau makan," papar Darma sembari mengelus sisi kanan kepala Liv dengan sayang.

Liv hanya mendengus, ia kasihan tapi kesal juga.

"Malam ini kita ke tempat biasa aja gak usah ke apartemen kamu," tawar Darma berharap Liv tak kecewa terlalu banyak.

"Tapi aku kangen kamu cium," kata Liv jujur. Ia sangat merindukan bibir lembut Darma. "Aku udah beli lipstick baru loh."

Darma tertawa saat ia berbelok memasuki parkiran Sutos, "Lipstick kamu baru? Beli di mana?"

Liv mengerucutkan bibir, Darma melirik sekilas bibir merah berani miliknya. Menggoda sekali. "Beli di TP bareng Hanna. Capek-capek aku thawaf TP 6 eh tenyata malam ini gak jadi dicium."

"Siapa bilang aku gak mau cium kamu?" tanya Darma sembari mengusap paha Liv usai mematikkan mesin mobilnya. Tangannya bergerilnya menyingkap gaun merah marun hingga ke ujung paha.

Liv merasa sensasi itu. Tersengat listrik. "Tadi—" Liv memejamkan matanya saat sentuhan Darma mulai berani. "—katanya mau cepet pulang buat ngurusin dia."

Darma tertawa, "Iya aku harus cepat pulang buat ngurus istriku." Tangannya lantas berpindah ke wajah Liv membuat wajah Liv menengok ke arahnya. "Tapi bibirku bisa kok membuat lipstick kamu berantakan dengan cepat, Liv."

[]

Related chapters

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   03. Terciduk Nih!

    03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan

    Last Updated : 2021-09-06
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   04. Mari Bicara

    04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada

    Last Updated : 2021-09-06
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   05. Jeff Titisan Anjing

    05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma

    Last Updated : 2021-09-06
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   06. Jeff Masih Anjing

    06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun

    Last Updated : 2021-09-11
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   07. Sabtu Diteror Jeff

    07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik

    Last Updated : 2021-09-12
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   08. Kok Ngatur Sih?

    08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan

    Last Updated : 2021-09-16
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   09. Masak Bersama Jeff

    09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga

    Last Updated : 2021-09-17
  • Bermain di Atas Ranjang CEO   10. Rahasia Politikus

    Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist

    Last Updated : 2021-10-24

Latest chapter

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   10. Rahasia Politikus

    Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   09. Masak Bersama Jeff

    09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   08. Kok Ngatur Sih?

    08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   07. Sabtu Diteror Jeff

    07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   06. Jeff Masih Anjing

    06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   05. Jeff Titisan Anjing

    05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   04. Mari Bicara

    04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   03. Terciduk Nih!

    03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   02. Teman Tidur

    02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status