05 | Jeff Titisan Anjing
"Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya.
"Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi."
"Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?"
Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara."
Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal.
"Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff?
Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!"
Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—"
"Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma berkata dingin. "Aku terlihat jelas di sana?"
Liv meneguk ludah, Namun melihat posisi Darma tadi. Liv yakin jika Darma hanya terlihat dari samping. "Kak Darma gak kelihatan."
Darma segera melanjukan mobilnya dengan kecepatan tinggi seolah menggoda malaikat maut untuk segera mencabut nyawanya. Selama tiga puluh menit itu, Darma seolah mengajak Liv untuk segera pergi ke alam baka bersama.
"Selesaikan masalah ini, Liv. Atau kita lebih baik mengakhiri hubungan ini," ketus Darma saat menurunkan Liv di depan apartemennya."Kak ..." Liv yang ingin menutup pintu mobil hampir menangis. Air matanya telah menggenang di pelupuk mata saat Darma ingin mengakhiri hubungan mereka selama ini. Setega itukah Darma padanya?
"Jangan bicara sama Kakak kalau kamu belum menyelesaikan ini, Liv!" tukasnya. "Tutup pintunya."
Liv mengulum bibirnya yang hendak memohon, ia menuruti Darma dan menutup pintu mobil. Di depan gedung apartemennya tangis Liv pecah. Menyadari bahwa Darma marah padanya. Darma itu lelaki lembut ia tak pernah sekalipun marah dengan Liv. Kecuali saat nilai matematika Liv jelek atau Liv malas belajar dulu. Tapi hari ini, kemarahan Darma jauh lebih mengerikan karena hukumannya adalah, Liv tak bisa menemui malaikatnya lagi. Darma tak ingin menemui Liv.
Semua ini karena Jeff, si CEO sialan itu meengancam hidup dan mimpi Liv.
"Jeffares Jumanatara, bangsat!" makinya seraya menghapus jejak-jejak air mata.
***Jeffares Tititasan Anjing send you a message.
Liv segera membuka pesan dari Jeff dan tangannya langsung terkepal saat membacanya. Paginya langsung berubah menjadi menjadi medan perang.
Jeffares Titisan Anjing :
Morning, sunshine.Sebelum ngobrolin tentang kemarinTolong buatkan kopi 10 cupKasihan anak² mau aku ajakin rapatDipikir aku ini office girl? batin Liv. Tapi sebagai pihak yang membutuhkan Liv sadar diri untuk tidak mengirim stiker jari tengah ke dalam room chat mereka. Ia pun membalas dengan emoticon senyum dan jempol.
Bergegaslah, Liv menunaikan titah seorang Jeffares Jumantara.
"Ya ampun, kamu ngapain bikin kopi sebanyak itu, Liv?"
Liv menoleh, ia mencoba tersenyum saat Resti, staff HRD, melihatnya membuat sepuluh cangkir kopi di pantry. "Biasa, Mas Jeff minta anak-anak yang rapat dibuatin kopi, Kak."
Resti menaikan satu alisnya, "Rapat apaan, Liv?"
"Divisi pengembangan, Kak. Katanya Mas Jeff harus dibikinin sekarang." Liv membuka sachet ke sepuluh kopi itu dan menuangnya hati-hati ke dalam cangkir
"Mas Jeff bilang gitu?" tanya Resti.
Liv menganguk, "Iya, katanya suruh cepet-cepet takut kalau rapat pada ngantuk, gitu."
Resti menatap nanar sekaligus iba pada Liv, "Mas Jeff ada masalah apa sama lo sih, Liv?" Staff HRD itu tahu perlakuan Jeff terhadap Liv beda. Pria itu biasanya sangat humble dan mengayomi dengan karyawan di kantor bahkan dengan intern ataupun mahasiswa yang magang dia sangat terbuka dan memperlakukan dengan baik. Tapi saat dengan Liv berbeda. Sejak hari pertama Liv datang, Jeff sering memberi pekerjaan remeh seperti membuat kopi dan sebagainya. Memerintah hal-hal yang tidak penting seperti membelikan bakso di depan hingga disuruh membeli jajajanan di IndoApril. Sedangkan dengan Hanna dan Harvey yang juga mahasiswa magang, Jeff tidak seperti itu. "Jangan-jangan Mas Jeff suka sama kamu kali ya, Liv?"
"Hah? Gimana, Kak?" Pertanyaan Resti membuat Liv mulai berprasangka buruk. Suka apanya? Dia cuma mau bikin aku sengsara! "Gak mungkin Kak suka sama aku. Bukan tipe Mas Jeff."
"Oh iya juga sih, Mas Jeff kan pengen dapet anak pesantren," ujar Resti menahan tawa karena Jeff yang suka tidur dengan banyak wanita itu ingin mendapat gadis sholehah. Tapi buru-buru ia mengusai diri. Kembali ke topik yang lebih penting. "Divisi pengembangan gak ada rapat, Liv. Tadi Mas Eno balik duluan mau main game bareng Mas Jeff malah," papar Resti yang membuat Liv ingin membanting kopi yang tengah ia aduk.
Dasar kebon binatang! Dasar titisan setan! maki Liv dalam hati. Tak mungkin kali ini menunjukkan ekspresi kesalnya di hadapan Resti yang sangat ahli membaca sikap orang itu. Bisa-bisa Resti tahu apa masalah antara Liv dan Jeff. Liv hanya perlu bersabar. Liv hanya perlu pencitraan. Liv hanya perlu fucking good di hadapan semua orang.
"Kayaknya Mas Jeff ngerjain kamu lagi deh, Liv." Resti berkata iba. "Heran, kenapa doi sering banget nyuruh-nyuruh kamu gak jelas begini sih?"
Liv meletakkan sendoknya, mencoba tersenyum meski hatinya dongkol dan rasanya ingin mencabik wajah Jeff. "Oh gitu ya? Yaudah deh kopi aku tawarin ke temen-temen yang lain ya, Kak."
Resti berbinar, "Aku aja yang tawarin ke anak-anak."
Liv mengangguk membiarkan Resti yang membawa sepuluh cangkir kopi itu ke kantor. Gadis itu mencuci sendok seraya memaki Jeff dalam hati.
Seandainya Death Note itu sungguhan ada, Liv ingin menulis nama Jeffares Jumantara berkali-kali di buku itu. Gadis itu ingin sekali melihat CEO yang sering nyengir itu mati tertabrak truk, disambar petir, mati dikejar bencong, atau jatuh dari pohon tauge. Sungguh, Liv kesal setengah mampus.
Setelah mengelap tangannya, Liv segera menulis sebaris pesan untuk Jeff.
Livia Carissa Ayudia :Jangan, main-main Mas Jeff!Jeffares Titisan Anjing :
Gak bisaAku suka main-main nihLiv ingin membanting ponselnya. Kenapa ada manusia semenyebalkan Jeffares Raharsa Anjing Julian!Livia Carissa Ayudia :
Mas Jeff kenapa main-main sama saya?Ada banyak game dan permainan di internetLiv meletakkan ponselnya. Ia muak dengan Jeff dan berharap CEO itu dipotong burungnya. Dasar gak gentle! Mainan kok sama perempuan! Jeff benar-benar berbeda dengan Darma!
Liv kaget dengan dering ponselnya. Nama Jeff tertera di sana. "Hah, berani juga lo nelpon, bangsat?" Gadis itu berdeham dan segera mengangkat panggilan.
Jeffares Titisan Anjing is calling ....
[Hai, Liv!] sapa Jeff dari seberang sana.
Liv menahan emosi. Suara Jeff nampak menyebalkan. Gadis hanya berdeham.
[Sudah kerja Liv? Ingat magang juga bisa dimasukkan ke dalam CV. Pengalaman magang bisa dijadikan—]
"Mas Jeff, saya tidak minat ikut seminar prakerja. Kenapa Mas Jeff suka menyiksa saya?" Liv sudah muak dengan semua perlakuan Jeff yang seolah mengerjainya.
Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Saya malah mau menawarkan bantuan.]
[]
06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun
07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik
08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan
09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga
Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist
01 | Magang Dan CEO Rese Dan seperti Jakarta, Surabaya tidak pernah benar-benar tertidur, tak pernah benar-benar lelap. Seperti ibu kota, kota pahlawan juga selalu ramai, tak memandang gelap dan terang. Apa itu malam dan siang? Sepi dan rehat hanya sebuah mitos bagi para budak korporat yang mengejar rupiah demi rupiah. Sebagian untuk bertahan hidup, sebagian lain untuk tetap ada—eksistensi di antara sesama. Pun jika ada ada waktu longgar, mereka menggunakannya untuk berpesta, menghabiskan malam di berbagai tempat hiburan hingga menjelang dini hari. Mabuk sedikit sembari memaki bos yang kadang memberi perintah seenak jidat, sesuka hati. Seperti halnya para pekerja dan karyawan yang bekerja di start up tempatnya magang—Main Kuy. Meski bedanya, mereka tidak pernah memaki CEO mereka ketika mabuk oplosan. Meski disebut sebagai start up, nyatanya semua pegawai dan karyawan di sini adalah para workaholic yang tiga per empat hidupnya digunakan untuk bekerja d
02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda
03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan
Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist
09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga
08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan
07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik
06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun
05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma
04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada
03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan
02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda