Home / Romansa / Bermain di Atas Ranjang CEO / 06. Jeff Masih Anjing

Share

06. Jeff Masih Anjing

Author: oceanisa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

06 | Jeff Masih Anjing

Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.]

"Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini.

[Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu]

"Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal.

"Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujung sana membuat Liv memerah. "Dirawat baik-baik buat suami kamu kelak, Liv. Tapi aku berharap, suami kamu nanti bukan cowok yang kemarin."

Liv mendengkus, "Gak usah ikut campur sama urusan saya. Sekarang Mas Jeff di mana?"

Tangan Liv terkepal sudah siap menghantam wajah Jeff sekarang juga.

[Kenapa tanya begitu? Mau nyamperin saya?] Kekehan terdengar. Suara Jeff terdnegar ganteng meskipun Liv masih ingin menampar mulutnya.

"Iya, saya mau melabrak Mas Jeff!" ketus Liv.

[Gak usah repot-repot, Liv! Saya lagi sama Melvin dan Jeje. Kamu mau mereka tahu foto-foto nakal kamu?]

Liv mengerang kesal. Ia tahu bahwa kartu matinya ada di Jeffares Raharsa Anjing Julian. Jika ia menghampiri Jeff tentu saja dua sahabat Jeff itu akan kepo, terlebih Melvin yang terkadang seperti reporter Insert. Gosip sana, gosip sini. Liv tentu tak ingin jika Melvin dan Jeje tahu, Jeff saja sudah bikin pusing apalagi ditambah dua manusia itu.

[Calm down, kalau saatnya tiba, aku pasti akan membicarakan ini sama kamu. Baik-baik ya, hari ini kan kamu ada jadwal kuliah.]

Klik.

Begitu saja panggilan itu diputus sepihak oleh Jeff. Liv meradang sampai ke ubun-ubun. Kesal tak terkira dengan CEO PT Main Bersama yang ternyata mesum.

Sialan!.

Dasar binatang di KBS! [²]

Liv menarik napas untuk menenangkan diri, "Kalem Liv. Kalem, chill, dan relax!" Gadis itu lantas menarik napas dan menghembuskannya. "Kalem, chill, dan relax!" ulangnya lagi.

Berulang kali Liv melakukam hal itu. Berhubungan dengan Jeff bisa-bisa membuat ia terkena hipertensi alias darah tinggi. Liv yidak ingin terkena stroke atau serangan jantunh akibat komplikasi darah tinggi akibat meladeni kelakuan Jeff.

Liv harus tetap tenang dan cantik.

"Benar kata si Anjing, gue harus ke kampus sekarang!" Liv segera mengambil ranselnya dan berpamitan dengan Erin. Gadis itu lantas bergegas ke kampus dari tempat magang.

***

Liv memarkir motornya di depan Fakultas Psikologi yang berdampingan dengan Fakultas Teknik. Jelas saja, deretan mahasiswa yang sedang asik makan siang itu langsung menunjukkan atensi ke arah Liv yang baru mencabut kunci motor.

Liv senang gedung fakultasnya berdampingan dengan gedung fakultas teknik yang didominasi oleh kelamin laki-laki itu. Yah, walaupun jurusan dan fakultasnya didominasi kaum hawa, tapi, karena gedungnya bersebelahan dengan fakultas teknik. Liv bisa mengenal banyak kaum adam dari fakultas itu.

Bahkan ia bisa tebar pesona dan memamerkan kecantikannya di hadapan para mahasiswa yang tengah menikmati makan siang di kantin.

Liv suka menjadi pusat perhatian dan parkiran di antara gedung fakultas psikologi dan fakultas teknik adalah lokasi sempurna untuk show up.

Kasak-kusuk dari mulut mereka terdengar seperti dengungan lebah yang tengah bergosip. Liv tahu, jika para mahasiswa itu sedang membicarakan dirinya. Membicarakan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Memuji bibirnya yang berisi dan kenyal serta selalu tersapu liptint merah chery, memuji pipinya yang kemerahan, atau memuji bulu matanya yang lentik dan alisnya yang tegas membingkai matanya yang indah.

Pujian memabukkan dan Liv ketagihan.

Hah, waktunya bersenang-senang, batin Liv.

Perlahan ia melepaskan helm. Jika rambut gadis lain akan lepek setelah terkena debu jalanan. Rambut Liv berbeda, tetap bervolume dan mengembang. Hitam legam panjang bahkan angin yang menerpa Liv membuat gadis itu seperti sedang iklan shampoo.

"Cuk, ayu banget!"

"Bangsat, garai pengen!"

"Ayune talah jodone wong!"

Liv tersenyum samar. Pujian mereka menyalakan bara percaya diri milik Liv. Ia yakin bahwa di kehidupan sebelumnya ia adalah seorang Dewi yang digilai manusia maupun Dewa. Buktinya, sekumpulan mahasiswa itu tak berkedip menatap Liv. Pandangan mereka tak teralih darinya.  Liv menyibak pelan poninya, merapikan anak rambut dan para lelaki itu masih menatapnya penuh damba.

Kemudian Liv mengambil tali rambutnya, para lelaki itu sudah mulai heboh sendiri.  Saat rambutnya terangkat, para mahasiswa itu menelan ludah. Tulang selangka dan leher Liv seolah dipahat saat Tuhan sedang bahagia. Cantik dan sexy, terekpose lantaran gadis itu mengenakan blouse dengan mode sabrina yang memerkan bahu dan lehernya yang indah.

Banyak yang bilang jika lelaki suka melihat gadis yang menguncir rambutnya. Liv sedang mempraktikkan itu sekarang. Dan hasilnya, semua mahasiswa itu melongo semua.

Liv tertawa puas dalam hati.

"Astaghfirullah, aurat sist!"

Liv menoleh dan Hanna langsung menyampirkan jaket angkatannya ke bahu Liv untuk melindungi bahu gadis itu dari tatapan para mahasiswa dan lelaki yang ada di sana.

"Kebiasaan pamer kecantikan. Gak lihat tuh si Edward udah pengen nerkam kamu!" gerutu Hanna.

Ck, Hanna gak seru!

"Gak apa-apa kali, punya wajah cantik dan badan bagus ya harus dimanfaatin dong," sahut Liv. Gafis itu lantas melambai ke Edward yang disebut oleh Hanna tadi, "Hai, Edward!"

Edward terkejut dan mendadak pingsan disapa oleh Dewi Kampus. Mahasiswa di sana mendadak iri dengan keberuntungan Edward.

Harvey, kembaran Hanna, memaki, "Cuk, dasar penggoda!"

Liv terkekeh sembari memakai jaket berlogo Desain Komunikasi dan Visual milik Hanna. "Emang aku menggoda, wajar sih mereka mupeng." Liv kemudian tertawa, "Emang kamu aja yang gak normal makannya gak tergoda sama aku, Vey!"

Harvey mengecimus, mengolok-olok Liv dengan mulutnya yang menye-menye. "Mohon maaf nih, Liv. Aku normal ya, su! Seleraku sih ukhti-ukhti muslimah bukan yang suka umbar aurat kayak kamu!"

Memang di antara semua lelaki di Universitas Hanggara hanya Harvey seorang yang sudah ilfeel dengan Liv. Kembaran Hanna itu sudah tahu semua kartu mati Liv. Yah, karena Hanna adalah sahabat lekat Liv. Hanna jadi tahu semua rahasia gadis itu. Dan karena Hanna tidak bisa menyimpan rahasia dari Harvey kembarannya, tentu saja Harvey tahu segala tentang Liv mulai dari kebaikan sampai keburukannya.

"Alah, kamu cuma takut aja saingan sama Om-om itu makannya mencoba menahan diri dari Liv," celetuk Hanna yang dihadiahi tatapan sebal oleh Harvey.

Memang sih awalnya Harvey sempat terpikat sihir kecantikan Liv tapi begitu tahu siapa saingannya dalam merebut hati Liv. Harvey tahu diri dan mundur teratur. Menjadi teman Liv sudah cukup untuk Harvey.

Setidaknya saat ini. Enggak tahu esok hari ....

"Duh cocotnya," gumam Harvey. "Tapi bener juga sih. Aku gak mau lah di-blacklist kantor-kantor pemerintah karena merebut Liv." Pemuda itu lantas bergidik ngeri. "Ibu-ibu kantor Dukcapil kebih serem dari ibu kost nagih iuran."

Liv terdiam sesaat. Ah, membicarakan wakil wali kota alias Darma Rajendra membuatnya rindu. Gadis itu membuka kunci layar ponselnya dan segera mencari room chat-nya dengan Darma.

Liv meringis kecil melihat pesannya yang masih centang ganda abu-abu tanda diabaikan.

Kak Darma, aku kangen!

———

[¹] berbicara di belakang

[²] KBS : Kebun Binatang Surabaya

Related chapters

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   07. Sabtu Diteror Jeff

    07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   08. Kok Ngatur Sih?

    08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   09. Masak Bersama Jeff

    09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   10. Rahasia Politikus

    Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   01. Magang dan CEO Rese

    01 | Magang Dan CEO Rese Dan seperti Jakarta, Surabaya tidak pernah benar-benar tertidur, tak pernah benar-benar lelap. Seperti ibu kota, kota pahlawan juga selalu ramai, tak memandang gelap dan terang. Apa itu malam dan siang? Sepi dan rehat hanya sebuah mitos bagi para budak korporat yang mengejar rupiah demi rupiah. Sebagian untuk bertahan hidup, sebagian lain untuk tetap ada—eksistensi di antara sesama. Pun jika ada ada waktu longgar, mereka menggunakannya untuk berpesta, menghabiskan malam di berbagai tempat hiburan hingga menjelang dini hari. Mabuk sedikit sembari memaki bos yang kadang memberi perintah seenak jidat, sesuka hati. Seperti halnya para pekerja dan karyawan yang bekerja di start up tempatnya magang—Main Kuy. Meski bedanya, mereka tidak pernah memaki CEO mereka ketika mabuk oplosan. Meski disebut sebagai start up, nyatanya semua pegawai dan karyawan di sini adalah para workaholic yang tiga per empat hidupnya digunakan untuk bekerja d

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   02. Teman Tidur

    02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   03. Terciduk Nih!

    03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   04. Mari Bicara

    04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada

Latest chapter

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   10. Rahasia Politikus

    Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   09. Masak Bersama Jeff

    09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   08. Kok Ngatur Sih?

    08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   07. Sabtu Diteror Jeff

    07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   06. Jeff Masih Anjing

    06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   05. Jeff Titisan Anjing

    05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   04. Mari Bicara

    04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   03. Terciduk Nih!

    03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   02. Teman Tidur

    02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda

DMCA.com Protection Status