07 | Sabtu Diteror Jeff
"Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon.
Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?"
Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!"
Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!"
Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik dan menggemaskan. Jeff dan Jenggala jadi ingin mempersunting Lila yang seringnya membuat Melvin darah tinggi ingin menabok dua sahabatnya itu.
"Canda, papi!" ucap Jeff menirukan bagaimana Mira, istri Melvin, memanggil suaminya itu. "Lila sama si Mira mana, Mel?"
"Jangan panggil aku Mel!" Melvin menghela napas seraya meletakkan keripik di meja. Buru-buru Jenggala segera menyomotnya. "Bojoku nak omah mertuo. Kangen Lila jarene."[³]
"Oalah, pantes ae kon ngajak main ps nak omah. Suami kesepian, cuk!" sahut Jenggala kemudian fokus lagi pada gim daringnya. "Heh, ojok mengalihkan pembicaraan awakmu, Jeff! Guyu koyok wong edan iku mau lhapo?" [⁴]
Melvin memicing, menatap Jeff penuh kecurigaan.
Jeff cuma nyengir salah tingkah.
"Ini pasti soal mainanmu itu kan, Jeff?" tanya Melvin mulai penasaran. "Penasaran aku mainan barumu! Kenalin po'o!"
Jenggala yang juga mulai kepo langsung meletakkan gawainya. "Iya, ih Jeff Oppa kenalin dong yeoja barunya!" Pemuda itu berseru disertai aegyo dan gaya imut idola KPop yang akhir-akhir ini ia tonton. Sedikit demi sedikit Jeff menjelma jadi fanboy yang gaya berbicaranya disisipi bahasa Korea.
Jeff buru-buru menarik bibir Jenggala, alih-alih imut seperti Lisa BLACKPINK, Jenggala malah terdengar seperti banci keselek garpu. "Anjir, jijik bangsat! Koyok banci kaleng."
"Nugu? Aku?" Jenggala mengecimus. "Ganteng anjir! Ini niruin Sana TWICE. Gak ONCE gak lakik!"
Kini giliran Melvin yang menonyor kepala Jenggala. "Gak usah alay," tegurnya. "Jadi, mainan baru Pak CEO siapa nih?"
Jeff memasang wajah jumawa yang membuat Jenggala dan Melvin ingin menampol sekarang juga. "Ada, bro! Pokoknya bikin kaget!"
"Tai!" maki Jenggala. "Awas ae kalo aku dating sama Miyabi. Gak tak kandani, kon!" [⁵]
"Ngimpi kono sampe kesampluk kapal mabur!" [⁶] tegur Melvin super kesal.
"Santai, rek! Nanti kalau udah tiba waktunya bakalan aku kenalin ke kalian." Jeff menyeringai seperti tokoh utama dalam drama kriminal Korea.
Jeff tentu tidak akan membicarakan siapa mainan barunya atau ia akan diledek habis-habisan bermain dengan mahasiswi. Lagipula, Jeff belum resmi mengundang Liv dalam permainannya. Ia hanya baru memberi teaser permainan pada gadis itu dengan menggoda dan mengerjai Liv akhir-akhir ini.
Hah, Jeff jadi ingin bermain dengan Liv. Haruskah sekarang ia mengajak gadis itu bertandang ke apartemennya untuk bersenang-senang. Jeff rasa menghabiskan waktu dengan dua sahabatnya ini tidak keren. Jeff sudah menghabiskan satu pekan penuh bersama si suami takut istri dan si nolep itu. Haruskah akhir pekannya dihabiskan lagi dengan dua makhluk berbatang?
Oh tentu saja tidak.
Jeff harus menghabiskan waktu dengan yang membuat mata segar seperti kecantikan Livia Ayudia Carissa misalnya.
Ah, Jeff rasa ia harus mengusili gadis itu. Jeff lantas menuju balkon lagi, mengundang rasa penasaran Melvin dan Jenggala.
"Nak endi, cuk?"
Jeff hanya melambaikan tangan, "Posesip banget, Pak!" jawab Jeff seraya menunggu panggilannya terhubung.
[Apa lagi, njing?]
Hah, suara Livia yang memaki terdengar sexy. Jeff suka.
***
"Dasar kambing, kuda, anjing!"
Liv memaki saat melihat nama Jeffares Titisan Anjing terpampang di layar ponselnya. Liv stress berat menghadapi kelakuan Jeff yang tidak pernah membuat hidupnya tenang.
Akhir pekan Liv serasa di neraka lantaran teror yang dilayangkan CEO rese itu. Bagaimana tidak, hampir setiap jam Jeffares menghubunginya, Liv yang ingin menonton series Netflix dan tidur dengan tenang tidak bisa ia lakukan.
Liv bisa menerima jika telepon Jeff itu penting. Tapi panggilan Jeff sangat tidak penting. Ia selalu menayakan hal-hal random yang membuat Liv menjatuhkan rahang seperti apakah siput yang bercerai akan rebutan cangkang alias harta gono gini.
Bahkan pertanyaan tidak jelas yang membuat Liv mempertanyakan bagaimana Jeff bisa menjadi CEO start up gaming karena kekeooan terhadap siapa nama anak Elon Musk atau seperti;
[Kamu tim martabak telor atau terang bulan]
What the fuck, dude!
Liv ingin membanting Jeff. Sungguh! Gadis itu ingin memblokir nomer Jeff tapi CEO gila itu mengancam akan menyebarkan foto Liv ke Jenggala dan Melvin. Hah, tentu niat memblokir nomer dan Jeff dari kehidupannya tertunda setidaknya sampai Jeff tidak punya foto panas dirinya.
"Apa lagi, njing?" ketus Liv yang dibalas tawa renyah Jeff. Senang sekali mendengar Liv memaki dan meledakkan emosi.
[Santai dong, cantik! Galak amat kayak istrinya Melvin] Jeff menyahut.
"Saya gak peduli, Mas Jeff!" Liv mengacak rambutnya frustasi, kesal, hilang arah dan kendali dalam hidup. "Please, jangan menyiksa saya lagi! Ya Tuhan!"
Lagi-lagi Jeff tertawa dan Liv semakin merasa tersakiti. [Justru itu tujuan saya, Liv. Kalau kamu kesal saya makin senang]
Seperti biasa Liv ingin mengirim santet ke tubuh Jeff. Paku dan pecahan kaca itu akan merobek-robek perut roti sobek milik Jeff. Mampus, biar cewek-cewek gak jerit-jerit lagi! "Terserah! Dasar psycho! Udah saya tutup ya!"
[Wait, tunggu Liv! Masa ditelpon CEO ganteng kok buru-buru ditutup sih? Cewek lain kalo aku telpon malah pengen lama-lama loh]
"Bodo amat, anying!" maki Liv lagi. "Terus apa? Mau nyiksa saya apa lagi Mas Jeff?"
Nada kesal Liv membuat Jeff semakin ingin mengerjai gadis itu. [Whahaha, saya suka semangat kamu, Liv]
Liv merotasikan kedua netranya, "Efisiensi waktu Mas Jeff! Jangan bertele-tele!"
[Chill, Liv. Kamu selalu gupuh!] [⁷] ujar Jeff. [Aku cuma minta kamu dateng ke rumah saya. Tolong beliin aku sesuatu dong. Listnya aku kirim via chat aja ya]
"Emang saya babunya Mas Jeff? Beli lewat toko online aja lah. Hidup di jaman apa sih?"
Jeff tertawa lagi. Membuat Liv yakin jika gigi Jeff sudah mengering sekarang. [Nurut aja, Liv]
Liv auto kicep.
———
[¹] sumpah, gak jelas anak ini.
[²] obatmu habis ya?[³] istriku di rumah mertua, kangen lila katanya.[⁴] Jangan mengalihkan pembicaraan kamu, Jeff. Ketawa kayak orang gila tadi kenapa?[⁵] Awas aja kalau aku kencan dengan Miyabu, gak akan aku bilangin kamu![⁶] Mimpi sana sampai ketabrak pesawat terbang.[⁷] Terburu-buru08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan
09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga
Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist
01 | Magang Dan CEO Rese Dan seperti Jakarta, Surabaya tidak pernah benar-benar tertidur, tak pernah benar-benar lelap. Seperti ibu kota, kota pahlawan juga selalu ramai, tak memandang gelap dan terang. Apa itu malam dan siang? Sepi dan rehat hanya sebuah mitos bagi para budak korporat yang mengejar rupiah demi rupiah. Sebagian untuk bertahan hidup, sebagian lain untuk tetap ada—eksistensi di antara sesama. Pun jika ada ada waktu longgar, mereka menggunakannya untuk berpesta, menghabiskan malam di berbagai tempat hiburan hingga menjelang dini hari. Mabuk sedikit sembari memaki bos yang kadang memberi perintah seenak jidat, sesuka hati. Seperti halnya para pekerja dan karyawan yang bekerja di start up tempatnya magang—Main Kuy. Meski bedanya, mereka tidak pernah memaki CEO mereka ketika mabuk oplosan. Meski disebut sebagai start up, nyatanya semua pegawai dan karyawan di sini adalah para workaholic yang tiga per empat hidupnya digunakan untuk bekerja d
02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda
03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan
04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada
05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma
Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist
09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga
08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan
07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik
06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun
05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma
04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada
03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan
02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda