Share

03. Terciduk Nih!

Author: oceanisa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

03| Terciduk Nih!

Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.

Mereka melakukannya di mobil.

Di parkiran.

Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.

Amit-amit, jangan sampai!

"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.

Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandangan dada Liv yang membukit akan terlihat. Darma ingin sekali segera menerkamnya. Memetik dan memilikinya.

"Ahh ..." racau Liv bersamaan dengan basahnya tangan darma. Segalanya kacau tapi sangat memikat dan Liv ingin menjangkau lebih rasa ini, manusia memang serakah ingin segala yang nikmat lagi dan lagi.

Darma mencium Liv lagi. Mendaratkan bibirnya pada cherry milik gadis itu. Menggigit atasnya, membuat lipstick-nya berantakan. Lidah mereka menari dengan liar, saling mencari, saling mendominasi. Hingga sepersekian detik Darma melepas pandangan, tersenyum sesaat kemudian meninggalkan bekas merah di leher Liv. Meninggalkan jejak kepunyaan.

Liv adalah miliknya, hanya ia yang bisa membuatnya merah seperti ini.

Tangan gesit Liv tak tinggal diam, ia membuka resleting Darma. Menyentuh sesaat benda di balik celana dalam membuat Darma mengerang dan mencium Liv kasar di bibir. Bermain di dadanya.

"Kamu nakal, Liv! Jangan pegang itu!"

Liv tersenyum kemudian mengecup singkat bibir Darma.

"Kamu yang buat aku jadi nakal begini, Kak. Kamu —oh shit!"

Darma mengernyit saat Liv tiba-tiba memaki, "Kenapa, sakit ya aku pegang gini?" tanya Darma bermain dengan dadanya yang membukit.

"Ahh ... no, berhenti, Kak!" ketus Liv di sela-sela rasa surgawi itu. Ia menghempas tangan Darma membuat prianya menautkan alis. Gadis itu segera menurunkan gaunnya. Darma bingung, mood-nya langsung turun melebur saat Liv meraih-raih jaket di kursi belakang dan memakainya. Secepat kilat gadis itu pergi keluar mobil.

Darma tak tahu apa yang membuat Liv begitu, secepat kilat ia memasang kancing celananya dan menyusul Liv yang berjalan tergesa-gesa.

***

Fuck. Fuck. Fuck.

Maki Liv lirih mencari-cari dimana keberadaan orang itu. Matanya yang berkilat-kilat meneliti setiap pria berpostur tinggi dengan kemeja kotak-kotak coklat pastel dan celana bahan hitam.

Iya, pria yang dicari Liv adalah Jeff. CEO PT. Main Bersama yang meluncurkan aplikasi gim Main Kuy. Liv mengacak kasar rambutnya yang tergerai, beberapa orang menatapnya aneh karena make up-nya yang berantakan karena adegan panas di mobil bersama Darma tadi. Sial. Liv segera merogoh masker dan mengenakannya.

Ia berjalan menyusuri Surabaya Town Square atau yang sering disebut Sutos oleh anak gaul Surabaya. Sekarang pukul sepuluh malam dan Sutos semakin ramai oleh muda-mudi yang ingin nongkrong atau mencari hiburan. Sebuah kesialan, menemukan Jeff tentu semakin susah.

Liv menghela napas dan segera mencari gawainya. Ia harus menghubungi Jeff. Meski tak menyimpan nomer Jeff tapi Liv berada satu grup chat perusahaan. Tak sulit menemukan nomer Jeff yang jelas memakai foto profil kera.

"Foto profilnya monyet, kelakuannya juga kayak monyet. Jeff bajingan!" maki Liv seraya me-dial nomer Jeff.

Butuh beberapa detik hingga Jeff mengangkat panggilan Liv. Suara tengil pun terdengar, "Halo, siapa nich?"

Liv auto ingin meninju Jeff atau melempar kepalanya dengan Wedges milik Hanna. "Mas Jeff dimana?"

"Aku lagi di Sutos dong." Kemudian Jeff tertawa, terdengar mengejek.

"Ngapain ke Sutos, Mas?" tanya Liv dengan nada kesal. Liv sangat ingin membuat seribu bayangan seperti Naruto dan ramai-ramai menghajar Jeff. Meninju wajah gantengnya, memukul punggungnya, menendang pantat dan perutnya, dan melemparnya ke Lubang Buaya, hah!

"Kata kamu aku gak boleh ngurusin gincu dan harusnya nyari investor," ujar Jeff tengil abis. Liv ingin menggampar Jeff sekarang. "Ini lagi nunggu calon investor yang lagi joget-joget kayak cacing mau buat umpan pancingan."

"Mas Jeff jangan bercanda." Liv menahan emosinya. Jeff masih menjabat sebagai CEO, bukan tukang bakso yang sering lewat di depan kantor.

"Aku serius, Livia," kata Jeff dengan logat medhok Surabaya. "Aku tadi kan wes bilang mau ketemu investor seh."

Liv merotasikan kedua netranya, "Mas Jeff tadi lihat saya di parkiran kan?"

Jeda. Jeff hening. "Oh, kamu yang tadi mantap-mantap di mobil itu ta?"

Liv gregetan, kemudian meninju-ninju udara membayangkan bahwa ada sosok Jeff di sana, wajahnya babak belur dengan hantaman tangannya. "Mas Jeff dimana? Saya pengen ngomong."

"RUI Lounge & Bar," ujar Jeff. "Tapi jangan ke—"

"Saya susul, jangan pergi!" perintah Liv seraya mematikan ponselnya.

"Kamu kenapa, Liv?" Tepukan Darma di bahu Liv membuat gadis itu terperanjat. "Kok tiba-tiba lari?" Pria itu memakai topi dan masker, tampilannya seperti anak kuliahan tanggung tak terlihat seperti Wakil Wali Kota yang sangat dewasa dan sering muncul di beranda media sosial dan siaran berita TV lokal.

"Kak Darma ngagetin." Kemudian Liv memasukan gawainya ke dalam tas seraya berkata pada Darma. "Kak Darma tunggu aku di mobil aja, ada yang harus kita bicarain setelah ini. Please, jangan pulang dulu, okay?"

Melihat Liv yang nampak kalut, Darma bertanya, "Apa ada yang melihat kita tadi?"

Liv menatap intens ke mata Darma yang mulai khawatir dan cemas. "Ada yang melihat kita tapi aku kenal dia. Aku bakalan ngomong sama dia sekarang. Sekarang pergi, nanti ada yang melihat Kak Darma di sini."

Darma terdiam dan menurut, meninggalkan Liv yang kini menuju lantai dua lokasi RUI Lounge & Bar. Liv tahu bahwa bar yang satu ini merupakan salah satu tongkrongan yang hanya boleh dimasuki oleh pengunjung 21 tahun ke atas dan memakai pakaian yang rapi terutama cowok. Pantas saja tadi Jeff bertransformasi gaya berbusananya, kaus persebaya, celana kolor, dan sandal jepit ia tinggalkan.

Melewati tangga kecil dengan grafiti-grafiti konsep unfinished concrete, Liv dibuat takjub dengan penampilan RUI Lounge & Bar yang ternyata cukup luas. Lighting di sana temaram karena sudah pukul sepuluh malam. Ia baru pertama kali kemari. Pernah beberapa teman kampusnya dulu mengajak tapi Liv selalu menolak..

Mana mungkin jelmaan bidadari bergaul dengan manusia tukang sambat seperti teman-teman satu angkatannya itu.

Liv adalah mahasiswi paling cantik yang selalu masuk dalam langganan akun I*******m @uh_cantik, akun I*******m yang mengumpulkan mahasiswi Universitas Hanggara dengan wajah kembaran Dewi. Tentu saja, Liv yang disebut tercantik di antara yang cantik oleh mayoritas pengikut akun itu.

Kulitnya putih seperti orang Jepang dan Korea, wajahnya bersih tanpa noda jerawat dan tirus. Meski jarang tersenyum, semua orang mengakui jika wajah Liv memiliki daya tarik yang kuat. Hidung mancung, bibir sensual yang selalu tersapu lip tint merah cherry, dan kedua pasang alis simetris beserta matanya yang memiliki iris coklat terang itu sangat menarik. Bulu matanya lentik, saat Liv berkedip dan menatap, semua langsung jantungan.

Rambutnya hitam legam, tebal, dan panjang. Kakinya jenjang dan tubuhnya yang tidak kurus dan gemuk itu sangat pas dipakaikan pakaian apapun. Bahkan pakaian tiga puluh lima ribu di pasar malam Lapangan Kodam atau pasar DTC terlihat mewah seperti keluaran rumah mode.

Siapapun memuja Liv dan berharap bisa menjadi kekasihnya. Mulai dari kating super modus dari UKM musik, komting super ganteng yang menjadi langganan juara dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah, aktifis kampus yang sering demo, hingga anak Mapala yang doyan naik gunung sudah pernah menyatakan cinta padanya. Ah, jangan lupakan juga dosen muda dan mahasiswa program magister di kampusnya yang terang-terangan mengajak Liv menikah.

Liv hanya tertawa, mana mau dia pacaran dengan cowok biasa seperti mereka di saat ia sudah punya teman tidur dan ciuman yang menjabat Wakil Wali Kota, Darma Rajendra. Liv merasa jika ucapan orang-orang tentang kecantikannya yang seperti dewi itu benar dan sudah sepatutnya ia juga mendapat seorang dewa seperti Darma Rajendra yang disebut rakyatnya memiliki jiwa separuh malaikat.

Liv tersenyum kecut. Dia dan Darma seharusnya bersama. Ia hanya harus menutupi hubungannya dengan Wakil Wali Kota itu hingga Darma nanti menjadi Gubernur di tahun depan. Menunggu Darma mencereaikan istrinya dan ia bisa memamerkan pada dunia bahwa Darma adalah miliknya.

Tapi mimpinya itu terancam gagal karena hal bodoh yang ia dan Darma lakukan di parkiran tadi. Rencananya tak akan terealisasi karena ada ancaman dari orang.

Seseorang mengabadikan moment erotis dirinya dan Darma lewat kamera ponselnya. Dan fakta menyebalkannya, seseorang itu adalah Jeff. CEO tengil yang hobi mengerjainya saat di kantor.

Liv segera mengangkat sedikit gaunnya berjalan mencari keberadaan Jeff. Gadis itu mendengus tatkala mendengar musik yang diputar di bar itu. Musiknya chill dan temponya santai. Jelas, musik jedag-jedug untuk berjoget tidak ada. Ia bahkan tidak menemukan orang yang berjoget karena kebanyakan dari mereka mengobrol dengan kelompok masing-masing.

Liv memicing, menemukan Jeff yang tengah asyik menikmati segelas cocktail berwarna putih keruh dengan gelembung-gelembung kecil yang terlihat dari gelasnya. Gadis itu segera menghampiri dan duduk di hadapan Jeff, "Mas Jeff, kita harus bicara."

[]

Related chapters

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   04. Mari Bicara

    04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   05. Jeff Titisan Anjing

    05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   06. Jeff Masih Anjing

    06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   07. Sabtu Diteror Jeff

    07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   08. Kok Ngatur Sih?

    08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   09. Masak Bersama Jeff

    09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   10. Rahasia Politikus

    Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   01. Magang dan CEO Rese

    01 | Magang Dan CEO Rese Dan seperti Jakarta, Surabaya tidak pernah benar-benar tertidur, tak pernah benar-benar lelap. Seperti ibu kota, kota pahlawan juga selalu ramai, tak memandang gelap dan terang. Apa itu malam dan siang? Sepi dan rehat hanya sebuah mitos bagi para budak korporat yang mengejar rupiah demi rupiah. Sebagian untuk bertahan hidup, sebagian lain untuk tetap ada—eksistensi di antara sesama. Pun jika ada ada waktu longgar, mereka menggunakannya untuk berpesta, menghabiskan malam di berbagai tempat hiburan hingga menjelang dini hari. Mabuk sedikit sembari memaki bos yang kadang memberi perintah seenak jidat, sesuka hati. Seperti halnya para pekerja dan karyawan yang bekerja di start up tempatnya magang—Main Kuy. Meski bedanya, mereka tidak pernah memaki CEO mereka ketika mabuk oplosan. Meski disebut sebagai start up, nyatanya semua pegawai dan karyawan di sini adalah para workaholic yang tiga per empat hidupnya digunakan untuk bekerja d

Latest chapter

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   10. Rahasia Politikus

    Darma membuka mata. Akhir pekan yang biasanya ia lalui dengan mencumbu Liv kini tak bisa ia lakukan. Liv sedang tak ada di sini dan ia sengaja menjauhi gadis itu sementara mengingat benih-benih skandal yang akan terjadi selanjutnya.Darma tak mau mengambil resiko mengorbakan reputasi dan harga dirinya hanya demi seorang gadis. Tidak, Darma bukan remaja lelaki usia belasan yang bodoh. Ia harus menahan sesaat tidak bertemu Liv sampai gadis itu benar-benar telah berhasil bernegosiasi dengan Jeff —si sialan yang berani-beraninya memotret dirinya dan Liv saat sedang bersenang-senang.Karena kekurangajaran Jeff berakhirlah ia menahan diri dari Liv. Jujur saja ini sebenarnya sulit. Sejauh ini tak ada gadis yang mampu memuaskannya di ranjang selain Liv. Tak ada yang bisa memenuhi hasratnya selain tubuh molek gadis itu dan kecantikannya. Tapi, sebagai lekaki normal yang sexually active, Darma tak munafik mengakui bahwa ia harus menyalurkan hasratnya meski hanya dengan ist

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   09. Masak Bersama Jeff

    09 | Masak Bersama JeffJeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.Liv bisa memasak.Tapi, memasak air dan memasak mie instan.Melihat Liv yang biasanya penuh percaya diri kini hanya diam terpaku, Jeff tentu saja curiga. Ia menatap gadis itu penuh selidik, "Kamu gak bisa masak ya?"Liv masih diam seolah memvalidasi kecurigaan Jeff bahwa gadis itu tidak bisa memasak. CEO itu ingin tertawa lebar. Sekarang ia punya satu fakta tentang Liv yang bisa ia jadikan bahan olokan dan bahan ejekan.Sabtu ini adalah sabtu terbaik yang pernah Jeff rasakan selama hidupnya.Ia sangat antusias menanti moment-moment unruk mengolok-olok Liv. Ah, ia sudah siap melihat wajah angkuh Liv berubah malu saat ia olok nanti."Kalau kamu diam aja berarti kamu ga

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   08. Kok Ngatur Sih?

    08 | Kok Ngatur Sih? Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok. "Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!" Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff. Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   07. Sabtu Diteror Jeff

    07 | Sabtu Diteror Jeff "Sumpah gak jelas arek iki!" [¹] celetuk Jenggala saat melihat sahabatnya, Jeff terkikik sendiri dan berguling-guling di lantai usai menelepon di balkon. Melvin yang membawa makanan ringan berupa kripik-kripik itu juga ikut memandang Jeff yang masih bertindak tidak jelas di rumahnya. Kakinya otomatis menendang-nendang perut Jeff. "Cuk, obatmu entek ta?" Jeff otomatis segera bangun dan menunjukkan raut cool. Sok ganteng, sok keren di hadapan Jenggala dan Melvin yang masih memandanginya dengan tatapan judgy. "Lila mana? Kangen anakmu, papi mertua!" Melvin buru-buru ingin melempar keripik-keripik yang tengah ia bawa ke wajah Jeff. "Tak akan kuizinkan anakku kau pinang ya bangsat!" Lila, anak pertama Melvin dan Mira itu sering dijadikan rebutan oleh Jeff dan Jenggala yang jomlo itu. Gadis itu memiliki kulit putih seperti Mira dan mata bundar seperti Melvin. Cantik

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   06. Jeff Masih Anjing

    06 | Jeff Masih Anjing Suara tawa Jeff terdengar membuat Liv ingin sekali menonjok Jeff hingga giginya rontok. [Loh, aku gak nyiksa kamu loh, Liv. Aku malah mau menawarkan bantuan.] "Oke, jadi Mas Jeff mau menawarkan bantuan apa?" tanya Liv karena nampaknya Jeff mulai sedikit waras kali ini. [Katanya aku cuma main-main?] goda Jeff. Liv melotot. Demi Squidward. Jeff benar-benar bikin stress. [Aku masih mau melihat kesungguhan kamu, Liv. Jadi, saran aku jangan gerundel [¹] dan yang ikhlas kalau aku suruh-suruh. Siapa tahu aju nanti mau kamu temui buat membahas foto nakal kamu] "Brengsek!" maki Liv. Persetan dengan jabatan Jeff, mulut CEO itu mulai terdengar seperti hidung belang yang pantas dicaci maki dan ditampar. Mulutnya jelas-jelas melecehkan Liv secara verbal. "Ngomong-ngomong. Ternyata dada kamu secantik wajah kamu ya, Liv." Jeff tertawa di ujun

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   05. Jeff Titisan Anjing

    05 | Jeff Titisan Anjing "Gimana, Liv?" tanya Darma dari balik kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya. Mengantar Liv pulang ke apartemennya. "Dia mau ketemu investor, Kak. Jadi gak bisa kalau ngomongin sekarang. Tadi juga ada orang-orang kantor, jadi dia nyuruh aku pergi." "Orang-orang kantor?" tanya Darma. "Dia pegawai di Main Kuy?" Liv menghela napas, "Dia CEO-nya. Jeffares Jumantara." Buru-buru Darma menepikan mobilnya, membuat Liv terlonjak kaget. "Kenapa kamu gak bilang kalau dia Jeff?" tanya Darma setengah kesal. "Kan Kak Darma gak pernah tanya," cicit Liv sedikit bingung dengan ekspresi Darma. Kak Darma kenal Mas Jeff? Darma mengacak surainya dan meninju kemudi. Liv takut, Darma sepertinya sangat gusar dan penuh dengan emosi. "Kita dalam masalah besar, Liv!" Liv menaikan satu alisnya, "Aku tahu, makannya besok aku mau dia menghapus fotonya—" "Dia brengsek! Jeff bakalan main-main dan menyebarkannya." Darma

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   04. Mari Bicara

    04 | Mari Bicara Jeff mengernyit, "Lepas maskernya." Liv hanya menurunkan maskernya sebatas dagu dan membuat pria itu tertawa. "Gincumu sangar![¹]" ejek Jeff sembari memukul pahanya sendiri, tertawa terpingkal-pingkal. "Sangar in bad way tapi. [²]" sambungnya mengejek dengan sangat profesional. Liv mendengus ia tak memikirkan gincu di saat seseorang memiliki gambar tak senonoh dirinya. Mana bisa ia memikirkan penampilan? Sinting! "Saya gak butuh basa-basi." Jeff menyeringai, "Tapi aku suka yang bertele-tele dan complicated. Seng repot iku malah seru. [³]" Kemudian ia membuka menu, "Mau aku traktir cocktail sebelum investor dateng? Di sini signature cocktail-nya enak." "Saya gak mabok di depan bos saya." Jeff mencebik, "Kalo nggak bisa nge-cocktail bisa juga pesan minuman yang mocktail, nggak banyak pilihannya tapi oke juga rasanya." "Mas Jeff, saya gak mau minum atau apapun. Saya —" Liv membisu kala telunjuk Jeff berada

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   03. Terciduk Nih!

    03| Terciduk Nih!Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.Mereka melakukannya di mobil.Di parkiran.Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.Amit-amit, jangan sampai!"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandan

  • Bermain di Atas Ranjang CEO   02. Teman Tidur

    02 | Teman Tidur"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berda

DMCA.com Protection Status