Setelah selesai makan malam, saat ini Kaila sedang bersender manja di dada bidang suaminya sambil mengusap perut kotak-kotak yang saat ini menjadi candunya. Perut yang kalau dicubit rasanya susah sekali, tapi bikin orang yang melihat langsung berkhayal ke mana-mana. Perut idaman semua wanita, perut yang bikin Kaila tersenyum sendiri jika memegangnya.
“Besok udah kembali ke Los Angeles, kamu bakalan sibuk kerja dan aku akan kesepian di mansion,” keluh Kaila sendu, ia tidak bisa membayangkan akan mati kebosanan jika menunggu MelMel pulang kantor.
“Kan kamu banyak teman, banyak maid yang bisa diajak kamu ngobrol,” balas Melviano sambil mengusapi kepala Kaila dengan lembut.
“Iya, tapikan beda saja rasanya. Mereka semua itu nggak asyik, semuanya kaku kayak kanebo kering, Mel,” tutur Kaila langsung membetulkan posisinya. Ia langsung duduk tegap menatap suaminya. Melviano hanya mengangkat alisnya sebelah ditatap Kaila begitu in
Kaila mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia mengusap ranjang di sampingnya yang kosong. Kemana perginya MelMel? Mandi? Tapi Kaila tidak mendengar suara air. Kaila dengan cepat bangun, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.Kaila masih merasa ngantuk, tubuhnya terasa pegal-pegal seperti habis lari maraton. Semalam MelMel selalu minta coba lagi, coba lagi terus sampai Kaila melambaikan tangan.Ceklek.Kaila menatap orang yang masuk, ternyata suaminya bersama seorang bellboy.“Pagi, sayang. Sudah puas tidurnya?” tanya Melviano sambil diikuti seorang bellboy di belakangnya.Bellboy itu menaruh berbagai menu makanan di meja dan menatanya begitu rapi. Kaila semakin menaikan selimutnya ke atas. Bellboy itu langsung pamit pergi setelah selesai. Kaila sedikit takut gara-gara waktu itu, di saat Melviano pergi dan hanya dirinya sendirian di kamar.“Kamu habis dari mana?” tanya Kaila tanpa menjawab
Saat ini, mereka telah sampai di bandar udara Los Angeles.Kaila merasa penglihatannya kunang-kunang saat akan menuju mobil yang sudah menjemputnya.Bruukk."Kailaaaa!" teriak Addison yang berjalan di belakang Kaila.Melviano langsung menengok ke belakang saat mendengar nama istrinya dipanggil dengan sangat kencang. Ternyata Kaila pingsan di tangkap oleh Addison.Dengan sangat cepat, Melviano menggotong Kaila berlari menuju pusat kesehatan yang terdapat di bandar udara ini."Kaila ... please, ku mohon sayang, please bangun," gumam Melviano yang berlari cepat.Wajah pucat pasi Kaila membuat hati Melviano khawatir. Sejujurnya tadi Melviano selalu menanyakan kondisi Kaila yang pucat, namun Kaila selalu bilang tidak apa-apa.Setelah sampai, Kaila langsung dibaringkan di atas brangkar, Dokter jaga pun langsung segera memeriksanya.Dokter itu mengecek perut Kaila yang sedikit mengeras."Apa dia baik-baik saja, Dok
Kaila langsung meninju perut suaminya itu dengan gemas. Lagian MelMel ada-ada saja. Masa Mom-nya dikatain sinting sih! Kan enggak boleh begitu, emangnya mau jadi anak durhaka yang nanti dikutuk jadi kodok."Kamu enggak sopan ngatain Mom begitu," tegur Kaila."Hehehe, bercanda doang sayang.""Tetap enggak boleh, emang mau dikatain anak durhaka?""Enggak mau.""Ya udah jangan begitu lagi.""Iya-iya, sayang. Tumben nih kamu dewasa," ledek Melviano sambil mengangkat tubuh kecil Kaila ala bridal style.Kaila terkejut kalau MelMel suka angkat tubuh tiba-tiba begini. Untung saja Kaila tidak punya riwayat sakit jantung."Mentang-mentang aku enteng, kamu suka seenaknya begini," gerutu Kaila sambil mengalungkan lengannya di leher MelMel."Siapa suruh punya tubuh enteng.""Terus aku harus gemuk?""Jangan, begini saja. Aku suka," bisik Melviano serak.Melviano membuka pintu kamarnya menggunakan kakinya. Ia langs
Kaila masih terbengong saat ini. Ia masih anteng di atas kasur. Gerakan semangat akan mandi pun jadi menguap begitu saja.Kaila kembali merebahkan dirinya di atas kasur. Ia berguling-guling ke kanan dan kiri.Kaila langsung kembali duduk dan menatap pintu kamar yang sudah tertutup.Tak ingin berlama-lama seperti ini. Kaila langsung menuju kamar mandi, selesai dengan mandi dan mengenakan pakaian santai. Kaila langsung menuju ke ruang makan yang lebarnya seperti untuk orang hajatan saja.Kaila menyendok makanan dengan lesu, tak ada semangat untuk makan meski perutnya sudah meronta.Kaila meninggalkan makanan yang hanya diacak-acak itu. Ia menuju ke depan mencari Sawyer."Pagi, Sawyer," sapa Kaila ramah. Gimanapun Kaila harus ramah dengan Sawyer biar kalau pergi ke mana-mana gampang."Pagi, Nyonya.""Oh, iya. Hari ini tolong antarkan aku ke Apotek, bisa?""Ada sesuatu yang Nyonya butuhkan?""Ada.""Biar
Kaila merasa sangat sakit hati dengan sikap dingin suaminya itu. Entah apa yang merasukinya sampai-sampai pulang dari Paris membuat Melviano berubah.Perubahan yang ditunjukan Melviano begitu ketara sekali bahkan sangat signifikan.Kaila menduga kalau Melviano ini kesambet setan sungai Seine di Paris.Ceklek.Melviano keluar dari kamar mandi langsung menuju ke ruang wardrobe. Melviano memilih salah satu piyama yang dimilikinya.Tak ada tegur sapa di antara keduanya. Dan itu sangat-sangat membuat Kaila jengkel di tengah malam seperti ini."Mel," panggil Kaila berdiri menuju Melviano."Apa?""Kamu kenapa sih?!" tanya Kaila menatap sebal."Kenapa apanya?" Melviano bertanya balik."Kamu tuh ditanya bukannya jawab malahan balik nanya!" Kaila berbicara dengan nada tinggi."Lagian kamu tanya ada-ada aja" balas Melviano langsung berjalan menuju ranjang dan siap untuk tidur."Aku lagi bicara, Mel. Kenap
Kaila mulai mengerjapkan matanya perlahan. Ia menepuk-nepuk sampingnya yang sudah kosong. Mata Kaila sudah terbuka sangat sempurna.Hape di atas nakas pun dengan rewelnya bergetar terus menerus.Kaila langsung mengambil hapenya. Keningnya mengeryit saat melihat id caller dari Riki."Halo," jawab Kaila sambil menahan selimut agar tidak melorot. Bahaya nanti bisa pada liat."Kemana aja sih, gue telepon dari subuh baru diangkat magrib," cerocos Riki kesal"Lebay banget lo, ini tuh masih pagi," sela Kaila langsung."Masih pagi gundulmu. Ini tuh udah jam sepuluh Kaila! Jam sepuluh!" teriak Riki kencang."Anjir, seriusan lo?" tanya Kaila sedikit kurang percaya."Kalau enggak percaya, lihat aja jam di hape lo," kata Riki kesal saat ini. Masalahnya Riki udah nunggu Kaila di kafe dari jam delapan pagi. Hitung sendiri ia menunggu berapa jam.Kaila langsung melihat jam di hapenya dan ternyata benar saja, sudah jam sepul
Kaila langsung menaruh hapenya di dalam tas. Ia menatap Riki dengan pandangan tidak enak."Rik, gue balik duluan, ya. Sopir saudara gue udah jemput di depan soalnya," ujar Kaila tidak enak."Hah, seriusan?"Kaila mengangguk."Yaudah kita balik bareng aja, gue nebeng lo, ya. Mayan irit ongkos.""Eh jangan, lo udah tau kalau saudara gue itu gak izinin kenal sama orang asing.""Tapi gue bukan orang asing, Kai. Gue ini teman lo lho." Riki terus mendesak ingin ikut.Kaila diam saja. Ia bingung mau jawab apaan. Kaila enggak mau ambil resiko dengan MelMel ngamuk nanti pulang kerja."Gue ongkosin deh," ujar Kaila."Tapikan enggak ada duit cash.""Gue ambil dulu, tadi ada atm kayaknya di sana," ujar Kaila mengingat melihat mesin atm di sekitaran kampus.Mereka berdua berjalan menuju ke mesin atm. Kaila mengambil beberapa lembar dollar dan diberikan ke Riki secara cuma-cuma."Makasih banyak ya, Kai." Rik
Selesai membayarkan semua belanjaan dari Riki. Saat ini Kaila diajak ke sebuah salon."Kita mau ngapain ke salon?" tanya Kaila bingung."Rambut kamu perlu di creambat deh, Kai." Riki memegang rambut panjang Kaila."Iya, nih. Sudah lepek banget.""Yaudah kalau begitu kita creambat." Riki menarik tangan Kaila masuk salon.Riki berbicara dengan pelayan salon untuk mencuci rambut panjang Kaila. Terus menyuruhnya diberi vitamin.Melihat Kaila sedang creambat. Riki tak mau kalah, ia pun ikutan creambat.Selesai dengan acara creambatnya. Seperti biasa, Kaila yang akan membayar semuanya."Udah hampir jam makan siang, gue harus pulang nih," ujar Kaila ingin pergi namun tangan Kaila dipegang oleh Riki."Makan siang dulu lah," ajak Riki."Emm ... enggak usah deh. Gue makan di rumah aja," tolak Kaila yang melihat jam di pergelangan tangannya."Makan siang dulu, Kai. Tega banget lo sama teman, gue kelaparan nih," ujar R