Kaila langsung menaruh hapenya di dalam tas. Ia menatap Riki dengan pandangan tidak enak.
"Rik, gue balik duluan, ya. Sopir saudara gue udah jemput di depan soalnya," ujar Kaila tidak enak.
"Hah, seriusan?"
Kaila mengangguk.
"Yaudah kita balik bareng aja, gue nebeng lo, ya. Mayan irit ongkos."
"Eh jangan, lo udah tau kalau saudara gue itu gak izinin kenal sama orang asing."
"Tapi gue bukan orang asing, Kai. Gue ini teman lo lho." Riki terus mendesak ingin ikut.
Kaila diam saja. Ia bingung mau jawab apaan. Kaila enggak mau ambil resiko dengan MelMel ngamuk nanti pulang kerja.
"Gue ongkosin deh," ujar Kaila.
"Tapikan enggak ada duit cash."
"Gue ambil dulu, tadi ada atm kayaknya di sana," ujar Kaila mengingat melihat mesin atm di sekitaran kampus.
Mereka berdua berjalan menuju ke mesin atm. Kaila mengambil beberapa lembar dollar dan diberikan ke Riki secara cuma-cuma.
"Makasih banyak ya, Kai." Rik
Selesai membayarkan semua belanjaan dari Riki. Saat ini Kaila diajak ke sebuah salon."Kita mau ngapain ke salon?" tanya Kaila bingung."Rambut kamu perlu di creambat deh, Kai." Riki memegang rambut panjang Kaila."Iya, nih. Sudah lepek banget.""Yaudah kalau begitu kita creambat." Riki menarik tangan Kaila masuk salon.Riki berbicara dengan pelayan salon untuk mencuci rambut panjang Kaila. Terus menyuruhnya diberi vitamin.Melihat Kaila sedang creambat. Riki tak mau kalah, ia pun ikutan creambat.Selesai dengan acara creambatnya. Seperti biasa, Kaila yang akan membayar semuanya."Udah hampir jam makan siang, gue harus pulang nih," ujar Kaila ingin pergi namun tangan Kaila dipegang oleh Riki."Makan siang dulu lah," ajak Riki."Emm ... enggak usah deh. Gue makan di rumah aja," tolak Kaila yang melihat jam di pergelangan tangannya."Makan siang dulu, Kai. Tega banget lo sama teman, gue kelaparan nih," ujar R
Kaila berjalan mundur kala MelMel menatap tajam sambil terus berjalan maju ke arahnya.Saat ini tatapan mata Melviano begitu tajam menatap wanita yang sangat menyebalkan tetapi sangat ia cinta.“Mel,” panggil Kaila lirih.“Hmm.”“Ka-ka-kamu kapan pulang?” tanya Kaila basa basi.“Dari dua jam lalu, menunggu princess yang mandi tidak kelar-kelar. Memangnya kamu mandi apa? Mandi berlian, hah?” tanya Melviano dengan sorotan mata tajamnya.Kaila menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya langsung berdetak begitu cepat. Tatapan Kaila terus menunduk, ia tidak berani menatap mata Melviano yang sedang berkilat tajam.“Ke mana saja kamu hari ini?” tanya Melviano kesal.“Hanya pergi ke mall saja.”“Dengan laki-laki, hah?!” bentak Melviano dengan membuat Kaila langsung terpejam.Kaila merutuki mulut Sawyer yang sangat begitu lemes s
Kaila makin mengkerut saat Melviano terus memandangnya tajam seperti itu. Memangnya kenapa sih?! Kaila salah lagi? salah apa emangnya?“Tengah malam mau samperin laki-laki selingkuhan kamu itu, hah?!” sindir Melviano yang langsung menuju ranjang. Melviano sangat capek sekali dari kemarin, padahal pengin banget manja-manjaan sama istri. Tapi malahan ditimpa masalah seperti ini. Bikin kepala akan meledak saja.“Aku bilang, aku tidak selingkuh, Mel. Kamu ini kenapa sih bebal banget! Besok bakalan aku seret Riki ke depan kamu, biar kamu lihat seperti apa orang yang kamu cemburui itu.” Kaila benar-benar kehilangan kesabarannya kali ini.“Siapa juga yang cemburu, ada-ada saja kamu. Sudah lah, aku capek.” Melviano langsung terbaring, ia mencoba memejamkan matanya.Kaila memanyunkan bibirnya ke depan, ia marah lho ini, kenapa malahan ditinggal tidur sih! ngeselin.Kaila berjalan menuju ranjang sambil menghentak-hentakan
"Ini dadaku banjir banget," ledek Melviano.Kaila langsung mengangkat kepalanya ke atas. Ia menatap wajah Melviano. Kaila menemukan tatapan hangat dari Melviano kembali. Tatapan yang sangat Kaila rindukan.Dengan cepat Kaila langsung menangis kembali, jenis tangis sambil sedikit terkekeh."Kamu tuh nyebelin banget tau nggak," kesal Kaila."Nyebelin gimana?" tanya Melviano tanpa dosa."Tuhkan," rengek Kaila.Melviano terkekeh melihat Kaila merengek seperti itu. Rasanya senang meledek Kaila, tapi masalah marah tadi itu beneran enggak bohong. Cuma melihat Kaila menangis terus menerus membuat hati Melviano ikut sakit."Kamu, udah enggak marah?" tanya Kaila begitu sendu."Aku enggak pernah marah.""Nggak pernah marah apaan, buktinya tadi kamu bentak-bentak aku, suruh jual ginjal segala," sungut Kaila cemberut."Kamu yang ngomong begitu makanya, aku dukung aja sekalian.""Nyebelin ih," kata Kaila sambil memukul d
Melviano terus menerus menantikan apa yang akan diucapkan atau tanyakan istrinya."Emang kamu pergi ke Seattle kapan?" tanya Kaila pada akhirnya. Meski berat akan ditinggal jauh, tapi sebisa mungkin Kaila bisa maklum dan mengerti."Niatnya besok subuh."Kaila mengangguk, masih ada waktu. Ia akan menyeret Riki terlebih dulu untuk mengembalikan tas hermes. Meski kata MelMel sudah stabil tetap saja perusahaannya masih mengalami kerugian besar. Ditambah Kaila hamburin uang, Kaila akan cari uang sendiri. Kaila nggak boleh membebankan hidup sama MelMel.Rasa kantuk dalam diri Kaila ikut menguap ke udara akibat percakapan begitu serius."Kalau begitu, ayo kita makan bersama. Tapi, aku mandi dulu."Kaila langsung beranjak dari kasur dan pergi menuju ke kamar mandi. Melviano diam memikirkan Kaila. Rasanya ingin membawa Kaila ikut ke Seattle, tapi tidak mungkin. Karena nanti Kaila akan membuat kacau.Melviano berjalan ke arah bawah, ia melihat
Kaila memperhatikan suaminya yang tengah diam membisu. Kaila tahu pasti ini pilihan yang sulit bagi Melviano.Kaila langsung menggenggam tangan suaminya dengan erat. Ia menatap manik wajah suaminya ini.“Berangkat saja, aku tidak apa-apa ditinggal sendirian kok, kamu harus banyak mikirin nasib karyawan kamu. Jangan pikirkan aku atau pedulikanku. Aku akan baik-baik saja.” Kaila semakin erat menggenggam tangan Melviano.Melviano menatap tangan mungil istrinya itu, Melviano membalas genggaman tangan Kaila. Ia menghela napas kasar sekaligus berat. Ada rasa ragu dalam diri Melviano terbang ke Seattle tanpa istrinya.“Kamu temui Sawyer dan Mike dulu sana, kasihan mereka menunggu kamu lama,” ujar Kaila sambil tersenyum lebar. Kaila tidak bisa membantu apapun. Otaknya belum mampu mikir sampai ke sana. Kaila hanya bisa membantu seperti ini, hanya bisa memberikan semangat kepada suaminya.Melviano langsung mendekap tubuh mungil istrin
Melviano langsung mengelus wajah cantik Kaila. Ia menatap mata manik Kaila sangat tajam. Melviano memancarkan senyum manisnya.“Suntik vitamin dulu, ya,” ujar Melviano tersenyum nakal.Kaila hanya bisa mengeryit bingung dengan ucapan Melviano. Suntik vitamin? Kaila enggak mau, disuntik itu rasanya sangat sakit. Kaila enggak mau pokoknya.“Enggak mau, sakit, Mel,” balas Kaila merasa ketakutan.Melviano justru terkekeh melihat wajah Kaila yang sangat ketakutan itu.“Suntik vitamin pakai dedek kecil,” bisik Melviano yang langsung mendapat pukulan oleh Kaila.Kaila mencoba menahan kuluman senyumnya. Suaminya ada-ada saja istilahnya, mau ena-ena saja bilang suntik vitamin segala. Dasar somplak!“Mau kan?” tanya Melviano berbisik.Kaila mengangguk sambil tersenyum lebar. Lagian Kaila juga sudah rindu dengan semua yang ada pada tubuh Melviano yang kekar itu. Tubuh yang menjamahnya dengan
Saat ini Kaila sudah bersiap akan mengikuti perjalanan bisnis ke Seattle. Mike dan Sawyer sudah duduk di jok depan. Sedangkan Kaila bersama Melviano duduk di jok belakang.Kaila menyenderkan kepalanya di dada bidang suaminya dengan manja. Tangan Melviano pun tak tinggal diam, ia terus menerus mengelus rambut panjang Kaila.Ini merupakan perjalanan bisnis pertama yang Melviano lakukan bersama istri. Lama-lama nanti Kaila seperti Mom Margaret yang selalu menemani John pergi bisnis ke negara manapun.“Masih enggak enak badan, hmm?” tanya Melviano dengan lembut.“Udah mendingan kok, lagian aku hanya tenggelam saja, Mel.”“Tapi aku sangat khawatir tau, aku takut kehilangan kamu, Kaila.”Kaila tersenyum senang, pipinya mendadak seperti terbakar jika seperti ini. Kenapa ucapan sederhana Melviano bisa bikin klepek-klepek begini sih.“Masa sih?” goda Kaila sambil menatap wajah Melviano.
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud