Kaila mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia mengusap ranjang di sampingnya yang kosong. Kemana perginya MelMel? Mandi? Tapi Kaila tidak mendengar suara air. Kaila dengan cepat bangun, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Kaila masih merasa ngantuk, tubuhnya terasa pegal-pegal seperti habis lari maraton. Semalam MelMel selalu minta coba lagi, coba lagi terus sampai Kaila melambaikan tangan.
Ceklek.
Kaila menatap orang yang masuk, ternyata suaminya bersama seorang bellboy.
“Pagi, sayang. Sudah puas tidurnya?” tanya Melviano sambil diikuti seorang bellboy di belakangnya.
Bellboy itu menaruh berbagai menu makanan di meja dan menatanya begitu rapi. Kaila semakin menaikan selimutnya ke atas. Bellboy itu langsung pamit pergi setelah selesai. Kaila sedikit takut gara-gara waktu itu, di saat Melviano pergi dan hanya dirinya sendirian di kamar.
“Kamu habis dari mana?” tanya Kaila tanpa menjawab
Saat ini, mereka telah sampai di bandar udara Los Angeles.Kaila merasa penglihatannya kunang-kunang saat akan menuju mobil yang sudah menjemputnya.Bruukk."Kailaaaa!" teriak Addison yang berjalan di belakang Kaila.Melviano langsung menengok ke belakang saat mendengar nama istrinya dipanggil dengan sangat kencang. Ternyata Kaila pingsan di tangkap oleh Addison.Dengan sangat cepat, Melviano menggotong Kaila berlari menuju pusat kesehatan yang terdapat di bandar udara ini."Kaila ... please, ku mohon sayang, please bangun," gumam Melviano yang berlari cepat.Wajah pucat pasi Kaila membuat hati Melviano khawatir. Sejujurnya tadi Melviano selalu menanyakan kondisi Kaila yang pucat, namun Kaila selalu bilang tidak apa-apa.Setelah sampai, Kaila langsung dibaringkan di atas brangkar, Dokter jaga pun langsung segera memeriksanya.Dokter itu mengecek perut Kaila yang sedikit mengeras."Apa dia baik-baik saja, Dok
Kaila langsung meninju perut suaminya itu dengan gemas. Lagian MelMel ada-ada saja. Masa Mom-nya dikatain sinting sih! Kan enggak boleh begitu, emangnya mau jadi anak durhaka yang nanti dikutuk jadi kodok."Kamu enggak sopan ngatain Mom begitu," tegur Kaila."Hehehe, bercanda doang sayang.""Tetap enggak boleh, emang mau dikatain anak durhaka?""Enggak mau.""Ya udah jangan begitu lagi.""Iya-iya, sayang. Tumben nih kamu dewasa," ledek Melviano sambil mengangkat tubuh kecil Kaila ala bridal style.Kaila terkejut kalau MelMel suka angkat tubuh tiba-tiba begini. Untung saja Kaila tidak punya riwayat sakit jantung."Mentang-mentang aku enteng, kamu suka seenaknya begini," gerutu Kaila sambil mengalungkan lengannya di leher MelMel."Siapa suruh punya tubuh enteng.""Terus aku harus gemuk?""Jangan, begini saja. Aku suka," bisik Melviano serak.Melviano membuka pintu kamarnya menggunakan kakinya. Ia langs
Kaila masih terbengong saat ini. Ia masih anteng di atas kasur. Gerakan semangat akan mandi pun jadi menguap begitu saja.Kaila kembali merebahkan dirinya di atas kasur. Ia berguling-guling ke kanan dan kiri.Kaila langsung kembali duduk dan menatap pintu kamar yang sudah tertutup.Tak ingin berlama-lama seperti ini. Kaila langsung menuju kamar mandi, selesai dengan mandi dan mengenakan pakaian santai. Kaila langsung menuju ke ruang makan yang lebarnya seperti untuk orang hajatan saja.Kaila menyendok makanan dengan lesu, tak ada semangat untuk makan meski perutnya sudah meronta.Kaila meninggalkan makanan yang hanya diacak-acak itu. Ia menuju ke depan mencari Sawyer."Pagi, Sawyer," sapa Kaila ramah. Gimanapun Kaila harus ramah dengan Sawyer biar kalau pergi ke mana-mana gampang."Pagi, Nyonya.""Oh, iya. Hari ini tolong antarkan aku ke Apotek, bisa?""Ada sesuatu yang Nyonya butuhkan?""Ada.""Biar
Kaila merasa sangat sakit hati dengan sikap dingin suaminya itu. Entah apa yang merasukinya sampai-sampai pulang dari Paris membuat Melviano berubah.Perubahan yang ditunjukan Melviano begitu ketara sekali bahkan sangat signifikan.Kaila menduga kalau Melviano ini kesambet setan sungai Seine di Paris.Ceklek.Melviano keluar dari kamar mandi langsung menuju ke ruang wardrobe. Melviano memilih salah satu piyama yang dimilikinya.Tak ada tegur sapa di antara keduanya. Dan itu sangat-sangat membuat Kaila jengkel di tengah malam seperti ini."Mel," panggil Kaila berdiri menuju Melviano."Apa?""Kamu kenapa sih?!" tanya Kaila menatap sebal."Kenapa apanya?" Melviano bertanya balik."Kamu tuh ditanya bukannya jawab malahan balik nanya!" Kaila berbicara dengan nada tinggi."Lagian kamu tanya ada-ada aja" balas Melviano langsung berjalan menuju ranjang dan siap untuk tidur."Aku lagi bicara, Mel. Kenap
Kaila mulai mengerjapkan matanya perlahan. Ia menepuk-nepuk sampingnya yang sudah kosong. Mata Kaila sudah terbuka sangat sempurna.Hape di atas nakas pun dengan rewelnya bergetar terus menerus.Kaila langsung mengambil hapenya. Keningnya mengeryit saat melihat id caller dari Riki."Halo," jawab Kaila sambil menahan selimut agar tidak melorot. Bahaya nanti bisa pada liat."Kemana aja sih, gue telepon dari subuh baru diangkat magrib," cerocos Riki kesal"Lebay banget lo, ini tuh masih pagi," sela Kaila langsung."Masih pagi gundulmu. Ini tuh udah jam sepuluh Kaila! Jam sepuluh!" teriak Riki kencang."Anjir, seriusan lo?" tanya Kaila sedikit kurang percaya."Kalau enggak percaya, lihat aja jam di hape lo," kata Riki kesal saat ini. Masalahnya Riki udah nunggu Kaila di kafe dari jam delapan pagi. Hitung sendiri ia menunggu berapa jam.Kaila langsung melihat jam di hapenya dan ternyata benar saja, sudah jam sepul
Kaila langsung menaruh hapenya di dalam tas. Ia menatap Riki dengan pandangan tidak enak."Rik, gue balik duluan, ya. Sopir saudara gue udah jemput di depan soalnya," ujar Kaila tidak enak."Hah, seriusan?"Kaila mengangguk."Yaudah kita balik bareng aja, gue nebeng lo, ya. Mayan irit ongkos.""Eh jangan, lo udah tau kalau saudara gue itu gak izinin kenal sama orang asing.""Tapi gue bukan orang asing, Kai. Gue ini teman lo lho." Riki terus mendesak ingin ikut.Kaila diam saja. Ia bingung mau jawab apaan. Kaila enggak mau ambil resiko dengan MelMel ngamuk nanti pulang kerja."Gue ongkosin deh," ujar Kaila."Tapikan enggak ada duit cash.""Gue ambil dulu, tadi ada atm kayaknya di sana," ujar Kaila mengingat melihat mesin atm di sekitaran kampus.Mereka berdua berjalan menuju ke mesin atm. Kaila mengambil beberapa lembar dollar dan diberikan ke Riki secara cuma-cuma."Makasih banyak ya, Kai." Rik
Selesai membayarkan semua belanjaan dari Riki. Saat ini Kaila diajak ke sebuah salon."Kita mau ngapain ke salon?" tanya Kaila bingung."Rambut kamu perlu di creambat deh, Kai." Riki memegang rambut panjang Kaila."Iya, nih. Sudah lepek banget.""Yaudah kalau begitu kita creambat." Riki menarik tangan Kaila masuk salon.Riki berbicara dengan pelayan salon untuk mencuci rambut panjang Kaila. Terus menyuruhnya diberi vitamin.Melihat Kaila sedang creambat. Riki tak mau kalah, ia pun ikutan creambat.Selesai dengan acara creambatnya. Seperti biasa, Kaila yang akan membayar semuanya."Udah hampir jam makan siang, gue harus pulang nih," ujar Kaila ingin pergi namun tangan Kaila dipegang oleh Riki."Makan siang dulu lah," ajak Riki."Emm ... enggak usah deh. Gue makan di rumah aja," tolak Kaila yang melihat jam di pergelangan tangannya."Makan siang dulu, Kai. Tega banget lo sama teman, gue kelaparan nih," ujar R
Kaila berjalan mundur kala MelMel menatap tajam sambil terus berjalan maju ke arahnya.Saat ini tatapan mata Melviano begitu tajam menatap wanita yang sangat menyebalkan tetapi sangat ia cinta.“Mel,” panggil Kaila lirih.“Hmm.”“Ka-ka-kamu kapan pulang?” tanya Kaila basa basi.“Dari dua jam lalu, menunggu princess yang mandi tidak kelar-kelar. Memangnya kamu mandi apa? Mandi berlian, hah?” tanya Melviano dengan sorotan mata tajamnya.Kaila menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya langsung berdetak begitu cepat. Tatapan Kaila terus menunduk, ia tidak berani menatap mata Melviano yang sedang berkilat tajam.“Ke mana saja kamu hari ini?” tanya Melviano kesal.“Hanya pergi ke mall saja.”“Dengan laki-laki, hah?!” bentak Melviano dengan membuat Kaila langsung terpejam.Kaila merutuki mulut Sawyer yang sangat begitu lemes s
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud