Kaila merasa sangat sakit hati dengan sikap dingin suaminya itu. Entah apa yang merasukinya sampai-sampai pulang dari Paris membuat Melviano berubah.
Perubahan yang ditunjukan Melviano begitu ketara sekali bahkan sangat signifikan.
Kaila menduga kalau Melviano ini kesambet setan sungai Seine di Paris.
Ceklek.
Melviano keluar dari kamar mandi langsung menuju ke ruang wardrobe. Melviano memilih salah satu piyama yang dimilikinya.
Tak ada tegur sapa di antara keduanya. Dan itu sangat-sangat membuat Kaila jengkel di tengah malam seperti ini.
"Mel," panggil Kaila berdiri menuju Melviano.
"Apa?"
"Kamu kenapa sih?!" tanya Kaila menatap sebal.
"Kenapa apanya?" Melviano bertanya balik.
"Kamu tuh ditanya bukannya jawab malahan balik nanya!" Kaila berbicara dengan nada tinggi.
"Lagian kamu tanya ada-ada aja" balas Melviano langsung berjalan menuju ranjang dan siap untuk tidur.
"Aku lagi bicara, Mel. Kenap
Kaila mulai mengerjapkan matanya perlahan. Ia menepuk-nepuk sampingnya yang sudah kosong. Mata Kaila sudah terbuka sangat sempurna.Hape di atas nakas pun dengan rewelnya bergetar terus menerus.Kaila langsung mengambil hapenya. Keningnya mengeryit saat melihat id caller dari Riki."Halo," jawab Kaila sambil menahan selimut agar tidak melorot. Bahaya nanti bisa pada liat."Kemana aja sih, gue telepon dari subuh baru diangkat magrib," cerocos Riki kesal"Lebay banget lo, ini tuh masih pagi," sela Kaila langsung."Masih pagi gundulmu. Ini tuh udah jam sepuluh Kaila! Jam sepuluh!" teriak Riki kencang."Anjir, seriusan lo?" tanya Kaila sedikit kurang percaya."Kalau enggak percaya, lihat aja jam di hape lo," kata Riki kesal saat ini. Masalahnya Riki udah nunggu Kaila di kafe dari jam delapan pagi. Hitung sendiri ia menunggu berapa jam.Kaila langsung melihat jam di hapenya dan ternyata benar saja, sudah jam sepul
Kaila langsung menaruh hapenya di dalam tas. Ia menatap Riki dengan pandangan tidak enak."Rik, gue balik duluan, ya. Sopir saudara gue udah jemput di depan soalnya," ujar Kaila tidak enak."Hah, seriusan?"Kaila mengangguk."Yaudah kita balik bareng aja, gue nebeng lo, ya. Mayan irit ongkos.""Eh jangan, lo udah tau kalau saudara gue itu gak izinin kenal sama orang asing.""Tapi gue bukan orang asing, Kai. Gue ini teman lo lho." Riki terus mendesak ingin ikut.Kaila diam saja. Ia bingung mau jawab apaan. Kaila enggak mau ambil resiko dengan MelMel ngamuk nanti pulang kerja."Gue ongkosin deh," ujar Kaila."Tapikan enggak ada duit cash.""Gue ambil dulu, tadi ada atm kayaknya di sana," ujar Kaila mengingat melihat mesin atm di sekitaran kampus.Mereka berdua berjalan menuju ke mesin atm. Kaila mengambil beberapa lembar dollar dan diberikan ke Riki secara cuma-cuma."Makasih banyak ya, Kai." Rik
Selesai membayarkan semua belanjaan dari Riki. Saat ini Kaila diajak ke sebuah salon."Kita mau ngapain ke salon?" tanya Kaila bingung."Rambut kamu perlu di creambat deh, Kai." Riki memegang rambut panjang Kaila."Iya, nih. Sudah lepek banget.""Yaudah kalau begitu kita creambat." Riki menarik tangan Kaila masuk salon.Riki berbicara dengan pelayan salon untuk mencuci rambut panjang Kaila. Terus menyuruhnya diberi vitamin.Melihat Kaila sedang creambat. Riki tak mau kalah, ia pun ikutan creambat.Selesai dengan acara creambatnya. Seperti biasa, Kaila yang akan membayar semuanya."Udah hampir jam makan siang, gue harus pulang nih," ujar Kaila ingin pergi namun tangan Kaila dipegang oleh Riki."Makan siang dulu lah," ajak Riki."Emm ... enggak usah deh. Gue makan di rumah aja," tolak Kaila yang melihat jam di pergelangan tangannya."Makan siang dulu, Kai. Tega banget lo sama teman, gue kelaparan nih," ujar R
Kaila berjalan mundur kala MelMel menatap tajam sambil terus berjalan maju ke arahnya.Saat ini tatapan mata Melviano begitu tajam menatap wanita yang sangat menyebalkan tetapi sangat ia cinta.“Mel,” panggil Kaila lirih.“Hmm.”“Ka-ka-kamu kapan pulang?” tanya Kaila basa basi.“Dari dua jam lalu, menunggu princess yang mandi tidak kelar-kelar. Memangnya kamu mandi apa? Mandi berlian, hah?” tanya Melviano dengan sorotan mata tajamnya.Kaila menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya langsung berdetak begitu cepat. Tatapan Kaila terus menunduk, ia tidak berani menatap mata Melviano yang sedang berkilat tajam.“Ke mana saja kamu hari ini?” tanya Melviano kesal.“Hanya pergi ke mall saja.”“Dengan laki-laki, hah?!” bentak Melviano dengan membuat Kaila langsung terpejam.Kaila merutuki mulut Sawyer yang sangat begitu lemes s
Kaila makin mengkerut saat Melviano terus memandangnya tajam seperti itu. Memangnya kenapa sih?! Kaila salah lagi? salah apa emangnya?“Tengah malam mau samperin laki-laki selingkuhan kamu itu, hah?!” sindir Melviano yang langsung menuju ranjang. Melviano sangat capek sekali dari kemarin, padahal pengin banget manja-manjaan sama istri. Tapi malahan ditimpa masalah seperti ini. Bikin kepala akan meledak saja.“Aku bilang, aku tidak selingkuh, Mel. Kamu ini kenapa sih bebal banget! Besok bakalan aku seret Riki ke depan kamu, biar kamu lihat seperti apa orang yang kamu cemburui itu.” Kaila benar-benar kehilangan kesabarannya kali ini.“Siapa juga yang cemburu, ada-ada saja kamu. Sudah lah, aku capek.” Melviano langsung terbaring, ia mencoba memejamkan matanya.Kaila memanyunkan bibirnya ke depan, ia marah lho ini, kenapa malahan ditinggal tidur sih! ngeselin.Kaila berjalan menuju ranjang sambil menghentak-hentakan
"Ini dadaku banjir banget," ledek Melviano.Kaila langsung mengangkat kepalanya ke atas. Ia menatap wajah Melviano. Kaila menemukan tatapan hangat dari Melviano kembali. Tatapan yang sangat Kaila rindukan.Dengan cepat Kaila langsung menangis kembali, jenis tangis sambil sedikit terkekeh."Kamu tuh nyebelin banget tau nggak," kesal Kaila."Nyebelin gimana?" tanya Melviano tanpa dosa."Tuhkan," rengek Kaila.Melviano terkekeh melihat Kaila merengek seperti itu. Rasanya senang meledek Kaila, tapi masalah marah tadi itu beneran enggak bohong. Cuma melihat Kaila menangis terus menerus membuat hati Melviano ikut sakit."Kamu, udah enggak marah?" tanya Kaila begitu sendu."Aku enggak pernah marah.""Nggak pernah marah apaan, buktinya tadi kamu bentak-bentak aku, suruh jual ginjal segala," sungut Kaila cemberut."Kamu yang ngomong begitu makanya, aku dukung aja sekalian.""Nyebelin ih," kata Kaila sambil memukul d
Melviano terus menerus menantikan apa yang akan diucapkan atau tanyakan istrinya."Emang kamu pergi ke Seattle kapan?" tanya Kaila pada akhirnya. Meski berat akan ditinggal jauh, tapi sebisa mungkin Kaila bisa maklum dan mengerti."Niatnya besok subuh."Kaila mengangguk, masih ada waktu. Ia akan menyeret Riki terlebih dulu untuk mengembalikan tas hermes. Meski kata MelMel sudah stabil tetap saja perusahaannya masih mengalami kerugian besar. Ditambah Kaila hamburin uang, Kaila akan cari uang sendiri. Kaila nggak boleh membebankan hidup sama MelMel.Rasa kantuk dalam diri Kaila ikut menguap ke udara akibat percakapan begitu serius."Kalau begitu, ayo kita makan bersama. Tapi, aku mandi dulu."Kaila langsung beranjak dari kasur dan pergi menuju ke kamar mandi. Melviano diam memikirkan Kaila. Rasanya ingin membawa Kaila ikut ke Seattle, tapi tidak mungkin. Karena nanti Kaila akan membuat kacau.Melviano berjalan ke arah bawah, ia melihat
Kaila memperhatikan suaminya yang tengah diam membisu. Kaila tahu pasti ini pilihan yang sulit bagi Melviano.Kaila langsung menggenggam tangan suaminya dengan erat. Ia menatap manik wajah suaminya ini.“Berangkat saja, aku tidak apa-apa ditinggal sendirian kok, kamu harus banyak mikirin nasib karyawan kamu. Jangan pikirkan aku atau pedulikanku. Aku akan baik-baik saja.” Kaila semakin erat menggenggam tangan Melviano.Melviano menatap tangan mungil istrinya itu, Melviano membalas genggaman tangan Kaila. Ia menghela napas kasar sekaligus berat. Ada rasa ragu dalam diri Melviano terbang ke Seattle tanpa istrinya.“Kamu temui Sawyer dan Mike dulu sana, kasihan mereka menunggu kamu lama,” ujar Kaila sambil tersenyum lebar. Kaila tidak bisa membantu apapun. Otaknya belum mampu mikir sampai ke sana. Kaila hanya bisa membantu seperti ini, hanya bisa memberikan semangat kepada suaminya.Melviano langsung mendekap tubuh mungil istrin