Kaila merasa sangat malu sekali, tapi melihat respon orang sekitaran yang bersikap masa bodoh membuat Kaila menjadi tenang.
“Bego, inikan luar negeri. Pasti hal seperti tadi itu hanya remeh temeh saja,” gumam Kaila yang lebih memilih untuk kembali duduk saja. Biarkan saja suaminya pergi jauh ke sana.
Kaila menikmati jus jeruk, ia memasang kaca mata hitamnya itu. Kaila tak hanya sendirian saat ini, ia ditemani oleh pemandu wisata yang lebih memilih duduk seperti wisatawan lainnya.
“Apakah anda tidak ingin berenang bersama suami?” tanya pemandu wisata itu kepada Kaila.
“Tidak, saya tidak pandai berenang,” jawab Kaila dengan jujur.
Pemandu wisata itu terkekeh mendengar kejujuran dari Kaila. “Kalau begitu sayang banget wisata kali ini, anda hanya duduk saja,” komentar pemandu wisata.
“Saya rasa anda cukup diam saja, tidak usah ikut campur masalah ini,” ketus Kaila yang langsung berdiri
Melviano sangat terkejut dengan Kaila yang sudah berdiri kaku sangat kedinginan di bawah kucuran air shower. Bibirnya yang berwarna merah cherry sudah terlihat memutih, tubuhnya pun bergetar sangat hebat.Melviano segera mengambil bathdrobe dan memakaikan ke tubuh Kaila. Ia melihat Kaila yang memandang ke depan dengan tatapan yang begitu kosong.“Sayang, kamu kenapa hmm?” tanya Melviano begitu lembut. Ia menuntun Kaila yang masih diam membisu.Melviano tahu kalau istrinya masih sangat terpukul juga ketakutan, dengan sangat lembut Melviano menyuruh Kaila untuk duduk di pinggiran ranjang. Ia mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut basah Kaila.“Maafin aku nggak bisa jaga kamu, sayang,” ucap Melviano yang begitu sangat menyesal.Kaila justru meneteskan air matanya, ia justru merasa bersalah dengan Melviano. Tangan Kaila terulur ke arah lengan Melviano agar berhenti mengeringkan rambutnya ini.“Kamu nggak s
“Morning, sayang,” sapa Melviano yang sudah terbangun lebih dulu.Kaila hanya bisa tersenyum semringah pagi ini. Waktu malamnya hanya mereka gunakan untuk bergulat di atas kasur sampai menjelang tengah malam. Semua itu masih teringat dengan jelas dipikiran Kaila. Ia tersenyum sambil tersipu malu-malu jika mengingat bagaimana hebatnya Melviano kalau bermain di atas ranjang. Benar-benar good job.“Kenapa senyam-senyum seperti itu?” tanya Melviano yang memperhatikan ekspresi istrinya yang begitu terpancar bahagia.“Aku lagi bahagia aja,” jawab Kaila.“Bahagia kenapa? Mimpi artis idolamu kah?”“Hmm, bukan,” Kaila langsung menggeleng kuat, ia masih tersipu malu. Pipinya terasa sangat terbakar saat ini. Sudah, Kaila pastikan pasti pipinya sedang blusing deh.“Lalu?” kening dan alis Melviano berkerut menandakan ia tidak tahu. Melviano yang sudah mandi pun mendekat ke arah
“Permainan lain saja, Kai.” Melviano akan bernegoisasi dengan Kaila.“Tidak, ini sudah paling cocok.” Kaila masih keukeh untuk bertarung akan melakukan permainan ini. Lagian hanya permainan ini yang Melviano tidak bisa jadi, Kaila memiliki potensi untuk menang kali ini. Masa setiap taruhan ia kalah terusan, benar-benar nyebelin banget dong.“Tapi masa harus dance depan banyak orang. Mana di sini didominasi anak kecil, Kai. Malu ah,” tolak Melviano dengan keras.“Nggak bisa, mau atau tidak?”Melviano mengusap wajahnya kasar, benar-benar sangat memalukan. Duelnya kalau bermain basket mendingan. Lha, ini duel ngedance begini. Mending nyerah diawal saja tapi gengsi banget kalau bilang nyerah. Pasti nanti, Kaila akan besar kepala kalau ia bilang nyerah duluan. Tidak bisa.“Ya sudah, satu kali saja. Habis itu kita langsung makan siang,” titah Melviano dengan sangat tegas.“Oke,&rdqu
Ceklek.Kaila keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathdrobe seperti biasa, ia menatap suaminya yang sedang tersenyum-senyum selayaknya seperti ABG yang sedang jatuh cinta.“Kamu kenapa senyum-senyum?” tanya Kaila heran. Kaila membuka lemari, ia memilih pakaian untuk malam ini. Ia mengambil dress selututnya dan mengambil underware victoria secretnya.“Gapapa, aku lagi bahagia aja.”Kaila makin nggak paham dengan suaminya yang gampang sekali mengubah moodnya dalam waktu sekejap. Perasaan baru saja senang terus mendadak diam seperti patung sekarang senyam-senyum nggak jelas. Kenapa, Kaila jadi takut sendiri dan merasa was-was sekali ya Tuhan.“Kamu gak kebentur dinding atau apa kan?” tanya Kaila mendekat ke arah Melviano. Tangannya terulur untuk memegang dahi Melviano.“Adem, kok,” gumam Kaila saat merasakan kalau dahi Melviano tidak panas atau demam.“Apaan sih, Kai.&rdquo
Pagi ini, Kaila sudah sangat heboh karena merasa kesiangan. Padahal kalau dipikir-pikir jarak Barcelona—Madrid akan memakan waktu Cuma 1jam 20 menitan saja. Namun, Kaila tetap saja rempong dan gugup seperti orang kebakaran jenggot saja.“Oh em ji, oh em ji. Mel, bangun, sudah siang,” teriak Kaila yang sedang berjalan ke arah lemari. Semalam itu, Kaila ketiduran dalam mobil. Pas bangun ternyata sudah kesiangan begini, mana MelMel masih nyenyak memejamkan mata pula. Ngeselin banget.“Sejam lagi, Kai,” balas Melviano sambil mengambil bantal lain untuk menutup kepalanya agar terhindar dari suara bising Kaila.“Sejam lagi gundulmu,” oceh Kaila terus menerus. Kaila membuka koper dan membereskan semua baju-baju sambil mendumel dari huruf A—Z.“Aku nggak gundul lho,” sanggah Melviano cepat.“Ya sudah diganti, sejam lagi bewokmu,” suara Kaila terus membahana saat ini. Tak bisa dip
Melviano merasa kalau Kaila sedang menatapnya curiga. Dengan cepat, Melviano langsung menarik lengan Kaila dan menggenggam erat.“Ayo, nanti keburu malam,” kata Melviano sambil membetulkan rambut Kaila yang menghalangi wajahnya.“Ini saja sudah petang.”“Makanya, sebelum jam 12 harus sudah kembali,” kata Melviano yang menggandeng tangan Kaila dengan erat. Saat ini mereka sedang melewati lorong hotel untuk menuju ke arah lift. Namun yang membuat Melviano ngeri saat melewati kamar president suit room nomor 1122. Melviano takut kalau penghuni kamar itu muncul dengan tiba-tiba bisa rusak segala-galanya.Kaila masih saja berjalan menatap ke arah depan tanpa curiga sedikit pun. Namun melihat mata Melviano terus mengarah ke kamar hotel lain membuat Kaila menjadi sangat curiga.“Kamu lihatin apa?”“Ah, enggak kok.”“Tapi mata kamu mengarah terus ke nomor 1122, ada siapa? Kamu k
Kaila menangis terisak, air matanya terus menerus luruh tiada henti. Kaila juga selalu mengumpati Melviano.“Laki-laki brengsek! Kampay! Bangsul!” umpat Kaila sambil terisak.Kaila sangat terkejut saat ada lengan yang melingkar dengan erat di lehernya, ia langsung mendongakkan wajahnya namun tetap saja tidak bisa melihat siapa pemilik lengan kekar itu. Mata Kaila menoleh ke arah lengan yang terdapat tato singa.“Maaf, sayang,” bisik Melviano di samping telinga Kaila. Suara yang sangat terdengar lembut juga menggetarkan hati Kaila.Kaila semakin terisak, ia menggeleng kuat. “Katanya mau kembali ke wanita itu.”“Emm ... penginnya sih, tapi dia tidak bisa mengalahkan sinar terang bintang sirius,” balas Melviano membanding keterangan dengan sebuah bintang.“Apa hubungannya,” suara Kaila masih terdengar begitu ketus.“Jelas ada hubungannya. Kalau dia bisa melawan teran
“Ehem,” deham Kaila. Ia menatap ke arah Melviano dengan aura permusuhan.Mendengar suara dehaman seseorang membuat Melviano terkejut, ia langsung memutar tubuhnya dan langsung tersenyum begitu lebar.“Eh, sayang sudah selesai?” Melviano langsung berjalan maju untuk memeluk Kaila dan menciium Kaila. Namun dengan cepat, Kaila memundurkan tubuhnya.“Jangan dekat-dekat.”“Kenapa?”“Aku benci sama kamu, kamu tega Mel. Sangat tega selingkuh dari aku. Wanita itu siapa?” tangis Kaila langsung pecah kembali. Kenapa liburan ke Madrid justru nangis terus begini sih.“Sebaiknya kita langsung pergi saja, ya.” Melviano langsung mencoba menggapai Kaila namun langsung ditolak kembali.“Jangan pegang aku,” teriak Kaila terisak.“Jangan nangis sayang.” Melviano mengeraskan rahangnya, ia rasanya ingin menghajar orang yang sudah merencanakan ini semua.