Pagi ini, Kaila sudah sangat heboh karena merasa kesiangan. Padahal kalau dipikir-pikir jarak Barcelona—Madrid akan memakan waktu Cuma 1jam 20 menitan saja. Namun, Kaila tetap saja rempong dan gugup seperti orang kebakaran jenggot saja.
“Oh em ji, oh em ji. Mel, bangun, sudah siang,” teriak Kaila yang sedang berjalan ke arah lemari. Semalam itu, Kaila ketiduran dalam mobil. Pas bangun ternyata sudah kesiangan begini, mana MelMel masih nyenyak memejamkan mata pula. Ngeselin banget.
“Sejam lagi, Kai,” balas Melviano sambil mengambil bantal lain untuk menutup kepalanya agar terhindar dari suara bising Kaila.
“Sejam lagi gundulmu,” oceh Kaila terus menerus. Kaila membuka koper dan membereskan semua baju-baju sambil mendumel dari huruf A—Z.
“Aku nggak gundul lho,” sanggah Melviano cepat.
“Ya sudah diganti, sejam lagi bewokmu,” suara Kaila terus membahana saat ini. Tak bisa dip
Melviano merasa kalau Kaila sedang menatapnya curiga. Dengan cepat, Melviano langsung menarik lengan Kaila dan menggenggam erat.“Ayo, nanti keburu malam,” kata Melviano sambil membetulkan rambut Kaila yang menghalangi wajahnya.“Ini saja sudah petang.”“Makanya, sebelum jam 12 harus sudah kembali,” kata Melviano yang menggandeng tangan Kaila dengan erat. Saat ini mereka sedang melewati lorong hotel untuk menuju ke arah lift. Namun yang membuat Melviano ngeri saat melewati kamar president suit room nomor 1122. Melviano takut kalau penghuni kamar itu muncul dengan tiba-tiba bisa rusak segala-galanya.Kaila masih saja berjalan menatap ke arah depan tanpa curiga sedikit pun. Namun melihat mata Melviano terus mengarah ke kamar hotel lain membuat Kaila menjadi sangat curiga.“Kamu lihatin apa?”“Ah, enggak kok.”“Tapi mata kamu mengarah terus ke nomor 1122, ada siapa? Kamu k
Kaila menangis terisak, air matanya terus menerus luruh tiada henti. Kaila juga selalu mengumpati Melviano.“Laki-laki brengsek! Kampay! Bangsul!” umpat Kaila sambil terisak.Kaila sangat terkejut saat ada lengan yang melingkar dengan erat di lehernya, ia langsung mendongakkan wajahnya namun tetap saja tidak bisa melihat siapa pemilik lengan kekar itu. Mata Kaila menoleh ke arah lengan yang terdapat tato singa.“Maaf, sayang,” bisik Melviano di samping telinga Kaila. Suara yang sangat terdengar lembut juga menggetarkan hati Kaila.Kaila semakin terisak, ia menggeleng kuat. “Katanya mau kembali ke wanita itu.”“Emm ... penginnya sih, tapi dia tidak bisa mengalahkan sinar terang bintang sirius,” balas Melviano membanding keterangan dengan sebuah bintang.“Apa hubungannya,” suara Kaila masih terdengar begitu ketus.“Jelas ada hubungannya. Kalau dia bisa melawan teran
“Ehem,” deham Kaila. Ia menatap ke arah Melviano dengan aura permusuhan.Mendengar suara dehaman seseorang membuat Melviano terkejut, ia langsung memutar tubuhnya dan langsung tersenyum begitu lebar.“Eh, sayang sudah selesai?” Melviano langsung berjalan maju untuk memeluk Kaila dan menciium Kaila. Namun dengan cepat, Kaila memundurkan tubuhnya.“Jangan dekat-dekat.”“Kenapa?”“Aku benci sama kamu, kamu tega Mel. Sangat tega selingkuh dari aku. Wanita itu siapa?” tangis Kaila langsung pecah kembali. Kenapa liburan ke Madrid justru nangis terus begini sih.“Sebaiknya kita langsung pergi saja, ya.” Melviano langsung mencoba menggapai Kaila namun langsung ditolak kembali.“Jangan pegang aku,” teriak Kaila terisak.“Jangan nangis sayang.” Melviano mengeraskan rahangnya, ia rasanya ingin menghajar orang yang sudah merencanakan ini semua.
Semua orang menunggu apa permintaan dari Melviano itu.“Cepet dong, lama banget sih Kak,” ceplos Mikaila yang sudah tak sabar.“Aku mau mengajak Kaila untuk berdansa sekarang, dan semuanya ikut dengan pasangan masing-masing,” ucap Melviano tersenyum lebar.“Tapikan kurang,” kata Kaila menghitung jumlah personil.“Apanya?” tanya Mikaila.“Nanti Kakak Damian bersama siapa?” tanya Kaila pelan, ia merasa tidak enak. Bagaimanapun Kaila ingin menjaga perasaan Damian.Semua menengok ke arah Damian, sedangkan Damian hanya mengangkat sebelah alisnya saja. Ia justru langsung mengambil wine dan menyesapnya.“Jelas Damian sama aku dong,” seru Mikaila ya langsung mendapat tatapan dari semua orang.Mikaila hanya meringis saja, kenapa semua orang menatapnya seakan-akan dirinya seperti seorang buronan polisi saja.“Kenapa semuanya menatap dir
Melviano langsung menuju ke arah koper, ia dan Kaila belum sempat untuk membereskan baju ke lemari. Semuanya benar-benar tak ada waktu. Tiba di Madrid langsung sibuk dengan kegiatan lainnya. Kaila juga, selesai mandi duluan malahan memilih kabur bersama Mikaila bukannya beresin pakaian.Melviano mengambil kaus polo yang sangat mengetat di tubuhnya, ia juga mengenakan jaket kulit hitam. Melviano terus mengumpati Kaila juga Mikaila. Ini semua pasti ulah adiknya yang laknat itu.Dengan sangat terpaksa, Melviano menelepon Kaila untuk mengetahui keberadaannya. Dengan cepat Melviano mendial nomor Kaila.“Halo, Mel,” sapa Kaila dari seberang telepon.“Kamu di mana?”“Di lobby, kamu cepetan ya. Aku sudah pesan makanan soalnya.”“Emang tahu?”“Lihat gambar aja sih,” jawab Kaila sambil terkekeh.“Ya sudah kalau begitu, aku segera ke sana.”Sambungan telepon la
Melviano mengejar Kaila yang sedang berjalan ke kamar nomor 1122, Ia sudah memencet bel di pintu itu dengan hati yang sangat kesal.“Sayang, jangan ngambek dong,” kata Melviano membujuk istrinya yang sedang mengambek.“Kamu nyebelin,” ketus Kaila.“Iya, maaf sayang. Aku janji deh nggak minta macam-macam, yuk kembali ke kamar kita bobo lagi,” ajak Melviano yang akan memegang lengan Kaila namun dengan cepat ditangkis.“Jangan pegang-pegang,” tolak Kaila namun dalam hati ia terus berdoa agar Melviano terus merayu dan membujuknya. Terkadang perempuan itu pengin dibujuk-bujuk. Terkadang bilang gapapa pun ada maksud di dalamnya.“Kalau nggak boleh pegang-pegang terus nanti aku pegang apaan dong?” keluh Melviano dengan wajah nelangsanya.“Pegang dinding aja sana,” ketus Kaila dengan mengulum senyumnya.“Kamu kok gitu sih? kamu pura-pura ngambek, ya? Hayo jujur biar
Saat ini pintu lift akan tertutup, namun dengan cepat Addison langsung berlari untuk segera masuk lift.“Akhirnya,” desah Addison saat sudah berada di dalam lift yang membuat penghuni lain mundur. Untung saja penghuni lain hanya ada Mikaila, Melviano dan Kaila.“Ck,” decak Mikaila.“Mau ke mana Addison?” tanya Kaila berbasa-basi.“Ikut kalian dong,” jawab Addison sambil menaik turunkan kedua alisnya.“Jangan ikut deh mendingan, dari pada menyusahkan saja,” ketus Mikaila.“Kika, kenapa sih marah-marah terus sama aku?” tanya Addison lembut menghadap Mikaila.Mikaila hanya memutarkan bola matanya saja, ia tak merespon pertanyaan dari Addison. Ia lebih memilih merangkul lengan kakaknya sendiri.“Kika, kamu nggak kasihan sama Kaila? suaminya kamu rangkul begitu? Kasihan dong Kaila yang tidak dirangkul, mending kamu sama aku aja, yuk,” ujar Addison ya
Jantung Kaila langsung mendadak berdetak begitu kencang mendengar permintaan Melviano. Wajah Kaila mendadak pucat pias, ia tidak mau melakukan hubungan suami—istri saat ini, bisa gawat.“Mel, kitakan sedang mandi. Masa kamu minta ena-ena sih,” ujar Kaila sambil berpikir mencari alasan ke depan.“Tapi aku pengin banget saat ini, selama Madrid kita belum lho,” kata Melviano berbisik. Suara seraknya begitu sangat menggoda di telinga Kaila. Apalagi embusan napasnya yang beraroma mint begitu sangat memabukkan indera penciiumannya.“Tapi ... aku sangat lelah sekali,” kata Kaila mencari alasan.“Tapi di sini gapapa dong,” bujuk Melviano sambil memegang area sensitif milik Kaila. Kaila sendiri hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara yang keluar dari mulutnya.“Nanti saja sayang, kita mandi dalu aja, ya,” kata Kaila sambil tersenyum.“Tapi—“&ld