Jantung Kaila langsung mendadak berdetak begitu kencang mendengar permintaan Melviano. Wajah Kaila mendadak pucat pias, ia tidak mau melakukan hubungan suami—istri saat ini, bisa gawat.
“Mel, kitakan sedang mandi. Masa kamu minta ena-ena sih,” ujar Kaila sambil berpikir mencari alasan ke depan.
“Tapi aku pengin banget saat ini, selama Madrid kita belum lho,” kata Melviano berbisik. Suara seraknya begitu sangat menggoda di telinga Kaila. Apalagi embusan napasnya yang beraroma mint begitu sangat memabukkan indera penciiumannya.
“Tapi ... aku sangat lelah sekali,” kata Kaila mencari alasan.
“Tapi di sini gapapa dong,” bujuk Melviano sambil memegang area sensitif milik Kaila. Kaila sendiri hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara yang keluar dari mulutnya.
“Nanti saja sayang, kita mandi dalu aja, ya,” kata Kaila sambil tersenyum.
“Tapi—“
&ld
Melviano masih sedikit maju mundur untuk mengatakan ini, tapi sebaiknya dari sekarang Melviano lebih terbuka saja.“Kai, apa nggak sebaiknya kita ke dokter kandungan?” Melviano mengucapkan hal itu penuh dengan banyak pertimbangan. Semoga ucapannya ini tidak melukai hati Kaila.Deg.Deg.Deg.“Untuk apa?” Kaila mulai merasakan keringat dingin yang mendadak keluar seperti ini.“Kita coba tes kesehatan saja.”“Mel, kamu ngerti dong aku tuh sehat,” balas Kaila yang mulai malas jika membahas masalah ini.“Tapikan apa salahnya kita cek, sayang.”“Kamu meragukan aku?” tanya Kaila menatap tajam ke arah Melviano.“Bukan sayang bukan, aku nggak meragukan kamu sumpah. Tapi, apa salahnya kalau kita—““Sudah lah, Mel. Mungkin kita memang belum dikasih sama Tuhan. Kamu sabar aja bisa kan?” Kaila langsung tersulut emosiny
Satu minggu kemudian.Sudah satu minggu ini Melviano menjalani aktifitasnya seperti biasa. Bangun pagi lalu berangkat kerja hingga larut. Kaila sendiri pun hanya menghabiskan waktu di mansion saja tanpa pergi ke mana-mana.Semenjak kejadian, Melviano mengajak Kaila untuk ke dokter kandungan minggu lalu. Hubungan komunikasi keduanya sedikit merenggang. Mereka hanya saling sapa dan setelah itu saling diam. Dalam tidur pun, Melviano lebih memilih di kamar bawah. Namun, keduanya tak lupa melakukan morning kiss meski sudah terasa sangat hambar sekali.“Aku antar kamu di hari pertama, ya,” ucap Melviano saat menyantap menu sarapan.“Hmm, oke.”“Hari ini aku pulang larut lagi,” kata Melviano yang meletakkan sendok dan garpu. Ia sudah menghabiskan menu sarapannya. Tak lupa tangannya ia ulurkan untuk mengambil serbet dan mengelap bibirnya.Kaila hanya mengangguk saja. “Tidak apa-apa, sudah biasa bukan.”
Semua langsung menenggak isi alkohol dalam gelas itu dalam waktu sekejap, berbeda dengan Kaila yang justru langsung meletakkan kembali gelas ke meja.Semua tindakan Kaila membuat mereka menoleh ke arah Kaila dan mengerutkan keningnya seakan bertanya dengan tindakan dari Kaila.“Aku tidak bisa minum alkohol, sorry,” kata Kaila sambil tersenyum. Kaila langsung mengambil ponselnya untuk melihat jam. Ternyata jam pelajaran kuliah sudah dimulai, semua itu membuat Kaila terasa gugup.“Kita sudah telat, Grace ayo cepat kembali ke kampus,” ajak Kaila langsung berdiri dan merasa gugup sekali. Berbeda dengan ke empat manusia yang masih santai duduk sambil menikmati sisa alkohol dalam botol.“Sudah lah, Kai. Santai saja, kau tidak usah takut begitu. Sini duduk lagi aja,” gumam Grace yang menepuk kursi kosong.Kaila hanya menggeleng saja, ia merasa sangat berdosa jika tidak masuk kuliah. “Kalau begitu aku p
“Siapa Hardin?” tanya Melviano kembali, rahangnya mengeras sambil giginya ikut bergemeletuk.“Dia ... dia—““Dia siapa?” potong Melviano yang merasa tak sabar.“Dia pacar kenalanku,” jawab Kaila langsung, ia mengembuskan napasnya lega. Kaila langsung mengusap keningnya yang terasa berkeringat. Kenapa perasaannya mendadak deg-degan begini disaat Melviano bertanya tentang Hardin. Ada yang salah pada dirinya, pasti ini salah. Perasaan yang dialami Kaila pasti ini salah, ya salah!“Oh, aku kira dia siapa,” ujar Melviano yang sudah tersenyum kembali, tangannya terulur mengusap kepala atas Kaila dengan sangat lembut.“Hanya teman saja kok.” Kaila ikut tersenyum menatap Melviano yang sedang menyetir.“Mau makan apa?” tanya Melviano menoleh untuk menatap Kaila. Ia tersenyum melihat istrinya yang sudah terlihat kusut itu.“Terserah kamu saja, aku ma
Kaila merasa sangat nyeri direlung hatinya. Ia memegang dada yang terasa begitu nyesak mendadak. Apalagi melihat kepergian Melviano dengan membuang cincin pernikahan mereka. Tanpa sadar air mata Kaila terjatuh dengan sangat deras.“Mel,” panggil Kaila dengan mata terpejam.“Sayang, hei bangun,” ucap Melviano sambil menepuk-nepuk pipi Kaila. Melviano mendengar Kaila menjerit memanggil namanya setelah itu Kaila menangis dalam tidurnya. Apa yang sedang dimimpikan Kaila hingga sampai menangis seperti itu?“Mel,” mata Kaila terbuka lebar, hal yang ia lakukan adalah memeluk suaminya langsung. Ia memeluk Melviano dengan erat bahkan sangat erat hingga seperti mencekik leher Melviano.Melviano yang melihat istrinya masih terisak dan ketakutan hanya bisa mengusap punggung Kaila naik turun untuk menenangkan hati Kaila.“Hust, tenang aja, ya. Apa yang kamu mimpikan tidak akan terjadi, semua itu hanya bunga tidur saja,&
“Lo mau tanya apaan sih?” tanya Kaila merasa tak sabar.“Lo, udah nggak virgin kan?”“Setan banget pertanyaan lo.”“Hahaha, memastikan aja sih, secara malam pertama lo aja begitu dulu,” ledek Debi.“Udah lah jangan bahas beginian, gue mau curhat bukan tanya-tanya begini, Deb.”“Oke, oke. Emang seganteng apa tuh cowok sampai buat lo klepek-klepk begitu?”“Iya, standarnya orang bule sih.”“Sama Dokter Rezvan cakep mana?”“Cakep Dokter Rezvan lah, dia tuh laki-laki baik, panutan banget. Kira-kira dia masih jomlo atau udah ada pasangan sih? minta nomor hapenya dong, Deb,” pinta Kaila sedikit merengek.“Gue nggak punya nomor Kak Rezvan. Lagian kata Doni nih, dia lagi suka sama karyawannya.”“Maksud lo?”“Kak Rezvan lagi suka sama salah satu karyawan Doni gitu, katanya sih cewe
Mata Kaila sedikit membulat melihat laki-laki itu, sosok yang semalam hadir di mimpinya, sosok itu adalah Hardin, laki-laki yang tengah mengulas senyum dengan Kaila saat ini.“Har-Hardin, ada apa?” tanya Kaila sedikit terbata. Kaila mencoba menetralkan perasaannya saat ini. Nasihat yang dilontarkan Debi teringat kembali tentang jangan pernah bermain api.“Aku dapat pesan dari Alesa, kamu suruh ke apartemennya nanti sehabis kuliah.”“Aku?” tunjuk Kaila kepada dirinya sendiri.“Iya.”“Tapikan aku nggak tahu apartemen Alesa,” kata Kaila pelan.“Nanti sekalian bareng sama aku ke sananya.”Deg.Deg.DegKenapa disaat ingin menjauh justru dia semakin mendekat? Pertanda apa ini? benarkah hanya sebuah kagum semata? Atau takdir Tuhan ingin aku dan Hardin, ah ... SETAN! Gerutu Kaila dalam hati.“Tapi kenapa, Hardin? Apakah Alesa nggak masuk
Setelah selesai makan, mereka memutuskan bergegas untuk masuk ke kelas, hingga saat ini mereka sudah berada di kelas mengikuti jam mata kuliah. Grace dan Kaila seperti biasa akan duduk berdampingan.Kaila merasa ada yang aneh dengan hari ini, kenapa dia tidak melihat Franko? Kemana perginya laki-laki kerdus itu?“Grace,” panggil Kaila berbisik.“Hmm.”“Temanmu yang satunya kemana?”“Siapa?” tanya Grace tak paham.“Franko,” bisik Kaila kembali.“Dia sudah minggat ke kutub utara,” Grace langsung terkekeh sendiri, sebisa mungkin ia menahan tawanya agar tidak meledak. Bisa diusir dosen kalau ketahuan sedang mengobrol.“Hah, seriusan?” tanya Kaila yang masih tak percaya. Matanya menuntut penjelasan.“Hehehe, bercanda. Dia ikut pindah ke Argentina bersama orang tuanya,” jelas Grace yang langsung menatap ke depan lagi agar tidak keta