Melviano masih sedikit maju mundur untuk mengatakan ini, tapi sebaiknya dari sekarang Melviano lebih terbuka saja.
“Kai, apa nggak sebaiknya kita ke dokter kandungan?” Melviano mengucapkan hal itu penuh dengan banyak pertimbangan. Semoga ucapannya ini tidak melukai hati Kaila.
Deg.
Deg.
Deg.
“Untuk apa?” Kaila mulai merasakan keringat dingin yang mendadak keluar seperti ini.
“Kita coba tes kesehatan saja.”
“Mel, kamu ngerti dong aku tuh sehat,” balas Kaila yang mulai malas jika membahas masalah ini.
“Tapikan apa salahnya kita cek, sayang.”
“Kamu meragukan aku?” tanya Kaila menatap tajam ke arah Melviano.
“Bukan sayang bukan, aku nggak meragukan kamu sumpah. Tapi, apa salahnya kalau kita—“
“Sudah lah, Mel. Mungkin kita memang belum dikasih sama Tuhan. Kamu sabar aja bisa kan?” Kaila langsung tersulut emosiny
Satu minggu kemudian.Sudah satu minggu ini Melviano menjalani aktifitasnya seperti biasa. Bangun pagi lalu berangkat kerja hingga larut. Kaila sendiri pun hanya menghabiskan waktu di mansion saja tanpa pergi ke mana-mana.Semenjak kejadian, Melviano mengajak Kaila untuk ke dokter kandungan minggu lalu. Hubungan komunikasi keduanya sedikit merenggang. Mereka hanya saling sapa dan setelah itu saling diam. Dalam tidur pun, Melviano lebih memilih di kamar bawah. Namun, keduanya tak lupa melakukan morning kiss meski sudah terasa sangat hambar sekali.“Aku antar kamu di hari pertama, ya,” ucap Melviano saat menyantap menu sarapan.“Hmm, oke.”“Hari ini aku pulang larut lagi,” kata Melviano yang meletakkan sendok dan garpu. Ia sudah menghabiskan menu sarapannya. Tak lupa tangannya ia ulurkan untuk mengambil serbet dan mengelap bibirnya.Kaila hanya mengangguk saja. “Tidak apa-apa, sudah biasa bukan.”
Semua langsung menenggak isi alkohol dalam gelas itu dalam waktu sekejap, berbeda dengan Kaila yang justru langsung meletakkan kembali gelas ke meja.Semua tindakan Kaila membuat mereka menoleh ke arah Kaila dan mengerutkan keningnya seakan bertanya dengan tindakan dari Kaila.“Aku tidak bisa minum alkohol, sorry,” kata Kaila sambil tersenyum. Kaila langsung mengambil ponselnya untuk melihat jam. Ternyata jam pelajaran kuliah sudah dimulai, semua itu membuat Kaila terasa gugup.“Kita sudah telat, Grace ayo cepat kembali ke kampus,” ajak Kaila langsung berdiri dan merasa gugup sekali. Berbeda dengan ke empat manusia yang masih santai duduk sambil menikmati sisa alkohol dalam botol.“Sudah lah, Kai. Santai saja, kau tidak usah takut begitu. Sini duduk lagi aja,” gumam Grace yang menepuk kursi kosong.Kaila hanya menggeleng saja, ia merasa sangat berdosa jika tidak masuk kuliah. “Kalau begitu aku p
“Siapa Hardin?” tanya Melviano kembali, rahangnya mengeras sambil giginya ikut bergemeletuk.“Dia ... dia—““Dia siapa?” potong Melviano yang merasa tak sabar.“Dia pacar kenalanku,” jawab Kaila langsung, ia mengembuskan napasnya lega. Kaila langsung mengusap keningnya yang terasa berkeringat. Kenapa perasaannya mendadak deg-degan begini disaat Melviano bertanya tentang Hardin. Ada yang salah pada dirinya, pasti ini salah. Perasaan yang dialami Kaila pasti ini salah, ya salah!“Oh, aku kira dia siapa,” ujar Melviano yang sudah tersenyum kembali, tangannya terulur mengusap kepala atas Kaila dengan sangat lembut.“Hanya teman saja kok.” Kaila ikut tersenyum menatap Melviano yang sedang menyetir.“Mau makan apa?” tanya Melviano menoleh untuk menatap Kaila. Ia tersenyum melihat istrinya yang sudah terlihat kusut itu.“Terserah kamu saja, aku ma
Kaila merasa sangat nyeri direlung hatinya. Ia memegang dada yang terasa begitu nyesak mendadak. Apalagi melihat kepergian Melviano dengan membuang cincin pernikahan mereka. Tanpa sadar air mata Kaila terjatuh dengan sangat deras.“Mel,” panggil Kaila dengan mata terpejam.“Sayang, hei bangun,” ucap Melviano sambil menepuk-nepuk pipi Kaila. Melviano mendengar Kaila menjerit memanggil namanya setelah itu Kaila menangis dalam tidurnya. Apa yang sedang dimimpikan Kaila hingga sampai menangis seperti itu?“Mel,” mata Kaila terbuka lebar, hal yang ia lakukan adalah memeluk suaminya langsung. Ia memeluk Melviano dengan erat bahkan sangat erat hingga seperti mencekik leher Melviano.Melviano yang melihat istrinya masih terisak dan ketakutan hanya bisa mengusap punggung Kaila naik turun untuk menenangkan hati Kaila.“Hust, tenang aja, ya. Apa yang kamu mimpikan tidak akan terjadi, semua itu hanya bunga tidur saja,&
“Lo mau tanya apaan sih?” tanya Kaila merasa tak sabar.“Lo, udah nggak virgin kan?”“Setan banget pertanyaan lo.”“Hahaha, memastikan aja sih, secara malam pertama lo aja begitu dulu,” ledek Debi.“Udah lah jangan bahas beginian, gue mau curhat bukan tanya-tanya begini, Deb.”“Oke, oke. Emang seganteng apa tuh cowok sampai buat lo klepek-klepk begitu?”“Iya, standarnya orang bule sih.”“Sama Dokter Rezvan cakep mana?”“Cakep Dokter Rezvan lah, dia tuh laki-laki baik, panutan banget. Kira-kira dia masih jomlo atau udah ada pasangan sih? minta nomor hapenya dong, Deb,” pinta Kaila sedikit merengek.“Gue nggak punya nomor Kak Rezvan. Lagian kata Doni nih, dia lagi suka sama karyawannya.”“Maksud lo?”“Kak Rezvan lagi suka sama salah satu karyawan Doni gitu, katanya sih cewe
Mata Kaila sedikit membulat melihat laki-laki itu, sosok yang semalam hadir di mimpinya, sosok itu adalah Hardin, laki-laki yang tengah mengulas senyum dengan Kaila saat ini.“Har-Hardin, ada apa?” tanya Kaila sedikit terbata. Kaila mencoba menetralkan perasaannya saat ini. Nasihat yang dilontarkan Debi teringat kembali tentang jangan pernah bermain api.“Aku dapat pesan dari Alesa, kamu suruh ke apartemennya nanti sehabis kuliah.”“Aku?” tunjuk Kaila kepada dirinya sendiri.“Iya.”“Tapikan aku nggak tahu apartemen Alesa,” kata Kaila pelan.“Nanti sekalian bareng sama aku ke sananya.”Deg.Deg.DegKenapa disaat ingin menjauh justru dia semakin mendekat? Pertanda apa ini? benarkah hanya sebuah kagum semata? Atau takdir Tuhan ingin aku dan Hardin, ah ... SETAN! Gerutu Kaila dalam hati.“Tapi kenapa, Hardin? Apakah Alesa nggak masuk
Setelah selesai makan, mereka memutuskan bergegas untuk masuk ke kelas, hingga saat ini mereka sudah berada di kelas mengikuti jam mata kuliah. Grace dan Kaila seperti biasa akan duduk berdampingan.Kaila merasa ada yang aneh dengan hari ini, kenapa dia tidak melihat Franko? Kemana perginya laki-laki kerdus itu?“Grace,” panggil Kaila berbisik.“Hmm.”“Temanmu yang satunya kemana?”“Siapa?” tanya Grace tak paham.“Franko,” bisik Kaila kembali.“Dia sudah minggat ke kutub utara,” Grace langsung terkekeh sendiri, sebisa mungkin ia menahan tawanya agar tidak meledak. Bisa diusir dosen kalau ketahuan sedang mengobrol.“Hah, seriusan?” tanya Kaila yang masih tak percaya. Matanya menuntut penjelasan.“Hehehe, bercanda. Dia ikut pindah ke Argentina bersama orang tuanya,” jelas Grace yang langsung menatap ke depan lagi agar tidak keta
Mendengar ucapan dari Alesa membuat hati Kaila sedikit tersentil, ia merasa malu udah gede begini masih belum merasakan apa yang namanya joged-joged di kelab malam.“Oke, aku mau.” Kaila menoleh ke arah Alesa sejenak dan kembali menatap ke arah jalanan. Bibir ranumnya melengkungkan senyum tipis.“Yeeey,” teriak Alesa sangat senang.Alesa langsung menancapkan gasnya penuh, ia tidak memedulikan kondisi Kaila yang sudah berpegangan erat sambil memejamkan matanya karena merasa mual sekaligus pusing mendadak.Tak butuh waktu lama, Alesa sudah memasuki parkiran mal, ia sudah memarkirkan mobilnya dengan sangat cantik.“Selesai,” gumam Alesa sambil melepaskan tangan dari setir mobil.Oeeekk ... oeeekk.Kaila langsung merasa mual, ia langsung membuka mata dan keluar mobil dengan terburu-buru. Kaila takut nanti akan muntah di dalam mobil Alesa, bisa minta ganti rugi lebih besar nanti. Minuman yang harga murah
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud