Mata Kaila sedikit membulat melihat laki-laki itu, sosok yang semalam hadir di mimpinya, sosok itu adalah Hardin, laki-laki yang tengah mengulas senyum dengan Kaila saat ini.
“Har-Hardin, ada apa?” tanya Kaila sedikit terbata. Kaila mencoba menetralkan perasaannya saat ini. Nasihat yang dilontarkan Debi teringat kembali tentang jangan pernah bermain api.
“Aku dapat pesan dari Alesa, kamu suruh ke apartemennya nanti sehabis kuliah.”
“Aku?” tunjuk Kaila kepada dirinya sendiri.
“Iya.”
“Tapikan aku nggak tahu apartemen Alesa,” kata Kaila pelan.
“Nanti sekalian bareng sama aku ke sananya.”
Deg.
Deg.
Deg
Kenapa disaat ingin menjauh justru dia semakin mendekat? Pertanda apa ini? benarkah hanya sebuah kagum semata? Atau takdir Tuhan ingin aku dan Hardin, ah ... SETAN! Gerutu Kaila dalam hati.
“Tapi kenapa, Hardin? Apakah Alesa nggak masuk
Setelah selesai makan, mereka memutuskan bergegas untuk masuk ke kelas, hingga saat ini mereka sudah berada di kelas mengikuti jam mata kuliah. Grace dan Kaila seperti biasa akan duduk berdampingan.Kaila merasa ada yang aneh dengan hari ini, kenapa dia tidak melihat Franko? Kemana perginya laki-laki kerdus itu?“Grace,” panggil Kaila berbisik.“Hmm.”“Temanmu yang satunya kemana?”“Siapa?” tanya Grace tak paham.“Franko,” bisik Kaila kembali.“Dia sudah minggat ke kutub utara,” Grace langsung terkekeh sendiri, sebisa mungkin ia menahan tawanya agar tidak meledak. Bisa diusir dosen kalau ketahuan sedang mengobrol.“Hah, seriusan?” tanya Kaila yang masih tak percaya. Matanya menuntut penjelasan.“Hehehe, bercanda. Dia ikut pindah ke Argentina bersama orang tuanya,” jelas Grace yang langsung menatap ke depan lagi agar tidak keta
Mendengar ucapan dari Alesa membuat hati Kaila sedikit tersentil, ia merasa malu udah gede begini masih belum merasakan apa yang namanya joged-joged di kelab malam.“Oke, aku mau.” Kaila menoleh ke arah Alesa sejenak dan kembali menatap ke arah jalanan. Bibir ranumnya melengkungkan senyum tipis.“Yeeey,” teriak Alesa sangat senang.Alesa langsung menancapkan gasnya penuh, ia tidak memedulikan kondisi Kaila yang sudah berpegangan erat sambil memejamkan matanya karena merasa mual sekaligus pusing mendadak.Tak butuh waktu lama, Alesa sudah memasuki parkiran mal, ia sudah memarkirkan mobilnya dengan sangat cantik.“Selesai,” gumam Alesa sambil melepaskan tangan dari setir mobil.Oeeekk ... oeeekk.Kaila langsung merasa mual, ia langsung membuka mata dan keluar mobil dengan terburu-buru. Kaila takut nanti akan muntah di dalam mobil Alesa, bisa minta ganti rugi lebih besar nanti. Minuman yang harga murah
Saat ini Kaila diantar pulang oleh Alesa, yang awalnya Kaila menolak terus menerus namun lama-lama luluh juga dengan bujukan atau rayuan maut dari Alesa. Alesa sendiri pun kini menyetir dengan kecepatan sedang mengingat Kaila tidak bisa dibawa kebut-kebutan.“Ini kayak keong banget tahu nggak sih,” keluh Alesa yang merasa geram sendiri.“Iya sudah lah nikmati saja, daripada nanti aku muntah di mobil mewahmu ini,” sahut Kaila sambil memutarkan bola matanya jengah.“Ya, ya, aku ikuti kemauanmu. Tapi, besok janji kau harus mau clubbing,” kata Alesa menekankan agar Kaila mau clubbing.“Tapi aku harus ngomong sama suamiku? Bisa dicincang kalau dia tahu aku pergi ke kelab malam,” adu Kaila mengenaik keresahannya.“Bilang saja ada pesta ulang tahun teman, dan diwajibkan untuk menginap di rumahnya, gampangkan?” Alesa tersenyum semringah, semua idenya itu biasanya lancar jaya.“Whoa, i
Bagaimana ini?" tanya Kaila merasa gugup. Hapenya terus berdering tiada henti."Kalau begitu sini biar aku aja yang angkat," pinta Alesa sambil menadahkan telapak tangan ke arah Kaila."Tidak mau, nanti kau malahan suka dengan suamiku lagi," tolak Kaila langsung."Terus ... mau angkat telepon itu? Yaudah sih terserah kau saja, atau bilang saja mau pergi ke kelab malam," usul Alesa sambil tertawa begitu renyah.Kaila melihat Alesa yang tengah menertawakan dirinya hanya bersungut kesal. Kaila langsung mencari ide agar bisa tetap mengangkat video call suaminya."Antarkan aku ke toilet, cepat," pinta Kaila."Mau apa ke toilet?" tanya Alesa kebingungan, ia hanya memutarkan bola matanya jengah."Mau bilang kalau aku sedang sakit perut," ajak Kaila menarik tangan Alesa.Dengan sangat terpaksa, Alesa langsung mengikuti langkah kaki Kaila."Ini toilet arahnya ke mana?" tanya Kaila."Kanan lurus terus sampai men
Kaila dan Alesa akhirnya sampai di sebuah apartemen tempat Alesa tinggal. Mereka dibantu oleh seorang sekuriti yang bekerja di apartemen itu.“Haduh, Nona Alesa suka sekali mabuk begini, mana bawa-bawa teman lagi,” gerutu sekuriti itu. Mau tak mau ia meminta bantuan temannya yang lain untuk membawa teman Alesa.Mereka diiring menuju ke unit apartemen Alesa, meski dalam keadaan mabuk, Alesa masih ingat pin apartemennya hingga bisa terbuka. Setelah Alesa masuk dan Kaila diletakkan di sofa oleh sekuriti itu, dengan mata sayu Alesa mengusir sekuriti itu keluar apartemen. Alesa berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil minuman serta obat pereda mabuk. Setelah meminum obat itu, Alesa langsung berjalan menuju kamarnya.***Kaila merasakan seluruh tubuhnya sangat sakit, kepalanya juga begitu pusing. Ia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan.“Morning,” sapa suara laki-laki yang membuat Kaila langsung duduk dengan sangat cep
Kaila mencerna kata-kata Melviano yang mengatakan akan menghukumnya yang membuat dirinya menjerit-jerit. Kenapa otak Kaila justru mengarah ke adegan ranjang sih. shit!Melviano tetap santai menyetir menuju ke arah mansionnya. Ia sudah tidak sabar memberikan pelajaran kepada istrinya yang mulai berani nakal saat ini.“Hukumannya jangan berat-berat dong,” kata Kaila merayu.“Tidak berat sayang, justru akan sangat menguntungkan untuk kamu.”Tak lama, mereka sampai di sebuah mansion. Melviano langsung masuk dan menarik Kaila dengan cepat. Tangan Kaila tetap membawa paperbag satunya.“Tunggu dulu, aku kasih baju kotorku ke maid, supaya dicuci.”“Ya sudah sana, aku sudah tidak tahan soalnya.”Glek.Kaila menelan ludahnya susah payah, ia tiba-tiba saja mendadak mengeluarkan keringat dingin. Pikirannya sudah sangat parno sekali.“Ini nanti tolong dicuci yang bersih, yang wang
Saat ini mereka berempat langsung berjalan menuju ke pintu masuk kelab malam. Kaila berjalan dirangkul oleh Daren di depan. Berbeda dengan Grace dan Hero yang bersisian di belakang.“Nanti kau harus cobain minuman sampai mabuk, Dear. Biar kita semakin asyik kalau joged,” bisik Daren di samping telinga Kaila. Mendapat bisikan seperti membuat Kaila tersenyum saja.Mereka terus berjalan hingga sampai disebuah pertigaan yang menghubungkan berbagai tempat. Mata Kaila menatap ke arah jalan menuju casino, ia sangat penasaran dengan orang-orang yang bermain casino.Mereka langsung memilih salah satu meja yang kosong, Hero menyarankan untuk menyewa ruang VVIP namun ditolak Daren karena terlalu tertutup, Daren lebih suka yang ramai seperti ini. Minum sambil mendengarkan musik Dj serta melihat tampilan seksi para wanita-wanita yang berjalan kesana kemari.“Kau mau pesan apa, sugar?” tanya Daren kepada Kaila.“Samakan saja dengan
Saat ini Damian sedang berada di kantor Melviano, ia menunggu sahabatnya untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum pergi ke kelab malam miliknya.“Lama sekali sih,” gerutu Damian.“Sebentar lagi selesai, kau cerewet sekali sih.”“Hampir jam 12 malam ini, tapi kau masih kerja saja,” dumel Damian kembali.“Begini lah kerja di kantor, berbeda dengan kau yang kerja di dunia gelap,” sindir Melviano.“Shit,” umpat Damian.Melviano terkekeh begitu renyah, ia dengan cepat menanda tangani proyek kerja sama dengan klien Singaporenya. Ini merupakan kerja sama yang begitu sangat menguntungkan bagi keduanya, maka dari itu, Melviano tidak mau main-main mengerjakan proyek ini.“Selesai,” seru Melviano yang membuat Damian menghela napas lega.“Ayo cepetan, aku sudah tidak sabar ingin melihat wanita yang berani menendang aset milik raja casino,” kata
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud