Kaila menangis terisak, air matanya terus menerus luruh tiada henti. Kaila juga selalu mengumpati Melviano.
“Laki-laki brengsek! Kampay! Bangsul!” umpat Kaila sambil terisak.
Kaila sangat terkejut saat ada lengan yang melingkar dengan erat di lehernya, ia langsung mendongakkan wajahnya namun tetap saja tidak bisa melihat siapa pemilik lengan kekar itu. Mata Kaila menoleh ke arah lengan yang terdapat tato singa.
“Maaf, sayang,” bisik Melviano di samping telinga Kaila. Suara yang sangat terdengar lembut juga menggetarkan hati Kaila.
Kaila semakin terisak, ia menggeleng kuat. “Katanya mau kembali ke wanita itu.”
“Emm ... penginnya sih, tapi dia tidak bisa mengalahkan sinar terang bintang sirius,” balas Melviano membanding keterangan dengan sebuah bintang.
“Apa hubungannya,” suara Kaila masih terdengar begitu ketus.
“Jelas ada hubungannya. Kalau dia bisa melawan teran
“Ehem,” deham Kaila. Ia menatap ke arah Melviano dengan aura permusuhan.Mendengar suara dehaman seseorang membuat Melviano terkejut, ia langsung memutar tubuhnya dan langsung tersenyum begitu lebar.“Eh, sayang sudah selesai?” Melviano langsung berjalan maju untuk memeluk Kaila dan menciium Kaila. Namun dengan cepat, Kaila memundurkan tubuhnya.“Jangan dekat-dekat.”“Kenapa?”“Aku benci sama kamu, kamu tega Mel. Sangat tega selingkuh dari aku. Wanita itu siapa?” tangis Kaila langsung pecah kembali. Kenapa liburan ke Madrid justru nangis terus begini sih.“Sebaiknya kita langsung pergi saja, ya.” Melviano langsung mencoba menggapai Kaila namun langsung ditolak kembali.“Jangan pegang aku,” teriak Kaila terisak.“Jangan nangis sayang.” Melviano mengeraskan rahangnya, ia rasanya ingin menghajar orang yang sudah merencanakan ini semua.
Semua orang menunggu apa permintaan dari Melviano itu.“Cepet dong, lama banget sih Kak,” ceplos Mikaila yang sudah tak sabar.“Aku mau mengajak Kaila untuk berdansa sekarang, dan semuanya ikut dengan pasangan masing-masing,” ucap Melviano tersenyum lebar.“Tapikan kurang,” kata Kaila menghitung jumlah personil.“Apanya?” tanya Mikaila.“Nanti Kakak Damian bersama siapa?” tanya Kaila pelan, ia merasa tidak enak. Bagaimanapun Kaila ingin menjaga perasaan Damian.Semua menengok ke arah Damian, sedangkan Damian hanya mengangkat sebelah alisnya saja. Ia justru langsung mengambil wine dan menyesapnya.“Jelas Damian sama aku dong,” seru Mikaila ya langsung mendapat tatapan dari semua orang.Mikaila hanya meringis saja, kenapa semua orang menatapnya seakan-akan dirinya seperti seorang buronan polisi saja.“Kenapa semuanya menatap dir
Melviano langsung menuju ke arah koper, ia dan Kaila belum sempat untuk membereskan baju ke lemari. Semuanya benar-benar tak ada waktu. Tiba di Madrid langsung sibuk dengan kegiatan lainnya. Kaila juga, selesai mandi duluan malahan memilih kabur bersama Mikaila bukannya beresin pakaian.Melviano mengambil kaus polo yang sangat mengetat di tubuhnya, ia juga mengenakan jaket kulit hitam. Melviano terus mengumpati Kaila juga Mikaila. Ini semua pasti ulah adiknya yang laknat itu.Dengan sangat terpaksa, Melviano menelepon Kaila untuk mengetahui keberadaannya. Dengan cepat Melviano mendial nomor Kaila.“Halo, Mel,” sapa Kaila dari seberang telepon.“Kamu di mana?”“Di lobby, kamu cepetan ya. Aku sudah pesan makanan soalnya.”“Emang tahu?”“Lihat gambar aja sih,” jawab Kaila sambil terkekeh.“Ya sudah kalau begitu, aku segera ke sana.”Sambungan telepon la
Melviano mengejar Kaila yang sedang berjalan ke kamar nomor 1122, Ia sudah memencet bel di pintu itu dengan hati yang sangat kesal.“Sayang, jangan ngambek dong,” kata Melviano membujuk istrinya yang sedang mengambek.“Kamu nyebelin,” ketus Kaila.“Iya, maaf sayang. Aku janji deh nggak minta macam-macam, yuk kembali ke kamar kita bobo lagi,” ajak Melviano yang akan memegang lengan Kaila namun dengan cepat ditangkis.“Jangan pegang-pegang,” tolak Kaila namun dalam hati ia terus berdoa agar Melviano terus merayu dan membujuknya. Terkadang perempuan itu pengin dibujuk-bujuk. Terkadang bilang gapapa pun ada maksud di dalamnya.“Kalau nggak boleh pegang-pegang terus nanti aku pegang apaan dong?” keluh Melviano dengan wajah nelangsanya.“Pegang dinding aja sana,” ketus Kaila dengan mengulum senyumnya.“Kamu kok gitu sih? kamu pura-pura ngambek, ya? Hayo jujur biar
Saat ini pintu lift akan tertutup, namun dengan cepat Addison langsung berlari untuk segera masuk lift.“Akhirnya,” desah Addison saat sudah berada di dalam lift yang membuat penghuni lain mundur. Untung saja penghuni lain hanya ada Mikaila, Melviano dan Kaila.“Ck,” decak Mikaila.“Mau ke mana Addison?” tanya Kaila berbasa-basi.“Ikut kalian dong,” jawab Addison sambil menaik turunkan kedua alisnya.“Jangan ikut deh mendingan, dari pada menyusahkan saja,” ketus Mikaila.“Kika, kenapa sih marah-marah terus sama aku?” tanya Addison lembut menghadap Mikaila.Mikaila hanya memutarkan bola matanya saja, ia tak merespon pertanyaan dari Addison. Ia lebih memilih merangkul lengan kakaknya sendiri.“Kika, kamu nggak kasihan sama Kaila? suaminya kamu rangkul begitu? Kasihan dong Kaila yang tidak dirangkul, mending kamu sama aku aja, yuk,” ujar Addison ya
Jantung Kaila langsung mendadak berdetak begitu kencang mendengar permintaan Melviano. Wajah Kaila mendadak pucat pias, ia tidak mau melakukan hubungan suami—istri saat ini, bisa gawat.“Mel, kitakan sedang mandi. Masa kamu minta ena-ena sih,” ujar Kaila sambil berpikir mencari alasan ke depan.“Tapi aku pengin banget saat ini, selama Madrid kita belum lho,” kata Melviano berbisik. Suara seraknya begitu sangat menggoda di telinga Kaila. Apalagi embusan napasnya yang beraroma mint begitu sangat memabukkan indera penciiumannya.“Tapi ... aku sangat lelah sekali,” kata Kaila mencari alasan.“Tapi di sini gapapa dong,” bujuk Melviano sambil memegang area sensitif milik Kaila. Kaila sendiri hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara yang keluar dari mulutnya.“Nanti saja sayang, kita mandi dalu aja, ya,” kata Kaila sambil tersenyum.“Tapi—“&ld
Melviano masih sedikit maju mundur untuk mengatakan ini, tapi sebaiknya dari sekarang Melviano lebih terbuka saja.“Kai, apa nggak sebaiknya kita ke dokter kandungan?” Melviano mengucapkan hal itu penuh dengan banyak pertimbangan. Semoga ucapannya ini tidak melukai hati Kaila.Deg.Deg.Deg.“Untuk apa?” Kaila mulai merasakan keringat dingin yang mendadak keluar seperti ini.“Kita coba tes kesehatan saja.”“Mel, kamu ngerti dong aku tuh sehat,” balas Kaila yang mulai malas jika membahas masalah ini.“Tapikan apa salahnya kita cek, sayang.”“Kamu meragukan aku?” tanya Kaila menatap tajam ke arah Melviano.“Bukan sayang bukan, aku nggak meragukan kamu sumpah. Tapi, apa salahnya kalau kita—““Sudah lah, Mel. Mungkin kita memang belum dikasih sama Tuhan. Kamu sabar aja bisa kan?” Kaila langsung tersulut emosiny
Satu minggu kemudian.Sudah satu minggu ini Melviano menjalani aktifitasnya seperti biasa. Bangun pagi lalu berangkat kerja hingga larut. Kaila sendiri pun hanya menghabiskan waktu di mansion saja tanpa pergi ke mana-mana.Semenjak kejadian, Melviano mengajak Kaila untuk ke dokter kandungan minggu lalu. Hubungan komunikasi keduanya sedikit merenggang. Mereka hanya saling sapa dan setelah itu saling diam. Dalam tidur pun, Melviano lebih memilih di kamar bawah. Namun, keduanya tak lupa melakukan morning kiss meski sudah terasa sangat hambar sekali.“Aku antar kamu di hari pertama, ya,” ucap Melviano saat menyantap menu sarapan.“Hmm, oke.”“Hari ini aku pulang larut lagi,” kata Melviano yang meletakkan sendok dan garpu. Ia sudah menghabiskan menu sarapannya. Tak lupa tangannya ia ulurkan untuk mengambil serbet dan mengelap bibirnya.Kaila hanya mengangguk saja. “Tidak apa-apa, sudah biasa bukan.”
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud