Kaila merasakan tubuhnya sakit, juga berat. Ia mulai membuka matanya secara perlahan-lahan. Pantas saja perutnya berat sekali, ternyata kepala si MelMel tiduran di perut langsingnya ini.
“Mel, bangun ih. Berat banget lho ini,” kata Kaila sambil mencubit-cubit pipi Melviano dengan gemas.
Melviano bukannya terbangun tapi semakin mendusel ke arah perut Kaila lagi. Melviano juga mengusap-usap perut istrinya itu.
Lha, buset. Disuruh bangun malahan makin tambah seperti kerbau. Gembel banget nih orang ya, dikira tuh perut bantal permadani, dumel Kaila dalam hatinya.
“Mel, bangun. Perutku sakit pengen pup,” kata Kaila sambil meringis seperti orang mulas.
Mendengar kata ‘pup’ membuat Melviano langsung terbangun dan terduduk sambil menatap nanar ke arah Kaila.
“Ya sudah cepetan sana,” usir Melviano yang takut nanti Kaila pup di celana.
“Hahaha, bohongan,” balas Kaila sambil menjulurkan
“Obat apa?” Melviano mengulang pertanyaan barusan. Memangnya Kaila sakit apa sampai harus minum obat segala.“Itu lho, Mel. Obat buat pencegah kehami—“ Kaila langsung berlari merasa perutnya seperti dikoyak-koyak hingga membuat mual akan muntah.Kaila langsung terduduk di depan kloset kamar mandi, ia mengeluarkan seluruh cairan bening yang membuat perutnya melilit dan kerongkongan terasa kering juga sangat panas. Hatinya merasa sangat berdebar-debar seperti orang jatuh cinta. Padahal itu semua karena pengaruh sebuah alkohol yang diminum Kaila. Daya tahan tubuh Kaila tak kuat menerima sebuah alkohol, apalagi dalam dosis yang lumayan banyak seperti tadi. Benar-benar sangat nekad bocah satu itu.Melviano yang merasa khawatir akan keadaan istrinya itu, ia langsung mengejar Kaila menuju ke arah kamar mandi. Melviano memijat bahu serta tengkuk Kaila secara perlahan-lahan hingga membuat Kaila ingin memuntahkan kembali apa yang ada di dalam
“Vitaminnya sudah habis sayang, aku lupa beli,” kata Kaila mencari alasan. Ia tersenyum sangat dipaksakan sekali. Wajahnya terlihat sangat pias.“Kenapa nggak bilang kalau vitaminmu habis, hmm?” Melviano menatap istrinya penuh dengan kelembutan.“Aku lupa, Mel. Makanya semalam aku mabuk dan sedikit ingat kalau belum minum vitamin gitu. Dan sekarang baru ingat kalau vitaminnya sudah habis,” jawab Kaila tersenyum lebar.“Ya sudah sana mandi dulu, habis itu kita pergi sarapan ke bawah,” perintah Melviano sambil mengusap-ngusap rambut kepala atas Kaila penuh kasih sayang.“Siap, bos.” Kaila langsung hormat seperti menghadapi pasukan komando militer.Melviano hanya tersenyum dan menggeleng heran dengan segala tingkah istrinya itu. Melviano berjalan ke arah jendela hotel. Ia memandang pemandangan kota Barcelona dari atas hotel yang ditempatinya saat ini. Matanya menerawang jauh dengan semua keja
Kaila sedang menimang-nimang syarat yang akan diberikan ke Melviano. Kira-kira syarat apa yang enak buat ngerjain suaminya ini.“Jangan susah-susah syaratnya,” ceplos Melviano yang merasa tidak enak jika ada syarat atau hukuman dari Kaila.Kaila menggeleng pelan. “Tidak kok, syaratnya sangat mudah sekali.”“Apa emangnya?”“Bantu aku ketemu Manu Rios, ya,” bujuk Kaila sambil mengedip-ngedipkan matanya memohon.“Hah, gila kamu, ya. Nggak bisa! Mana ada ketemu si siapa tuh tadi,” tolak Melviano tegas.“Manu Rios,” sebut Kaila kembali.“Iya itu lah pokoknya. Sudah jangan aneh-aneh deh. Kalau mau ketemu dia kamu harus hubungi agensi dia. Nggak segampang itu kamu pengin ketemu,” suara Melviano mulai sedikit meninggi. Kaila paham dengan intonasi itu yang menjurus ke arah emosi nantinya. Dengan sangat terpaksa, Kaila akan mengalah saja.“Yaudah, k
Melviano mengusap dahi Kaila yang terdapat banyak peluh akibat percintaan panasnya barusan. Melviano merasa seperti kerasukan iblis karena membuat Kaila menjerit-jerit tak karuan akibat permainan ranjangnya yang sangat ganas itu.“Tubuhku remuk,” cicit Kaila pelan.“Hehehe, enggak lah sayang. Dikasih enak masa remuk sih,” sanggah Melviano dengan cepat.“Iya enak bikin merasa terbang menuju planet pluto.” Kaila langsung mencoba berdiri untuk menuju kamar mandi. Namun, tenaganya benar-benar sangat terkuras habis oleh iblis MelMel.Melviano yang melihat Kaila sangat lemas, langsung memegangi tubuh polos istrinya itu.“Jangan pegang-pegang, nanti kamu minta coba lagi terusan kayak tadi,” sungut Kaila yang langsung menangkis tangan Melviano.“Ya ampun, enggak lah sayang. Sudah cukup kok barusan,” balas Melviano sambil terkekeh senang. Semua hormon dalam tubuhnya tersalur dengan bai
Hari keempat berada di negara Spanyol lebih tepatnya di kota Barcelona. Melviano dan Kaila akan mengunjungi tempat wisata yang sedikit menantang. Mereka akan pergi ke pegunungan Montserrat.Baik Melviano dan Kaila sudah bersiap-siap. Kali ini mereka tidak telat untuk bangun, mengingat sehabis ke Ciutadella park mereka langsung memilih istirahat normal. Melviano pun memahami kondisi fisik Kaila yang sangat kecapean sekali.“Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, mengingat jarak yang akan kita tempuh lumayan lama nanti,” ujar pemandu wisata itu.“Emang berapa lama?” tanya Kaila penasaran. Habisnya dari kemarin tuh, jarang yang ditempuh selalu dekat-dekat saja tidak sampai berjam-jam juga.“Sekitar satu jaman kalau dalam perjalanan lancar.”“Oh, itu sih nggak masalah,” balas Kaila terkekeh.Pemandu wisata itu langsung menuntun Kaila dan Melviano untuk memasuki mobil. Seperti biasa, mereka s
“Apa?” tanya Melviano yang tak sabaran.“Tuan dan Nyonya, acara air mancurnya akan segera dimulai,” kata pemandu wisata itu yang tiba-tiba saja muncul yang membuat Kaila langsung membungkam mulutnya.“Iya, nanti dulu,” ujar Melviano. Ia masih sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan istrinya itu.“Ayo, Mel. Sudah dimulai lho, aku nggak mau ketinggalan soalnya,” kata Kaila sedikit memaksa.“Iya, tapi—““Sudah, nanti aku jelaskan kalau sudah sampai hotel saja.”Dengan sangat terpaksa Melviano menuruti apapun yang istrinya mau. Ia sudah berjanji diawal untuk memanjakan istrinya dan berusaha untuk menghindari perdebatan.Mereka menikmati waktu malam dengan memandangi air mancur yang begitu indah, Melviano memeluk tubuh istrinya dari belakang. Kaila tersenyum senang melihat air mancur yang tersembur begitu epik.“Suka, hmm?”
Kaila merasa sangat malu sekali, tapi melihat respon orang sekitaran yang bersikap masa bodoh membuat Kaila menjadi tenang.“Bego, inikan luar negeri. Pasti hal seperti tadi itu hanya remeh temeh saja,” gumam Kaila yang lebih memilih untuk kembali duduk saja. Biarkan saja suaminya pergi jauh ke sana.Kaila menikmati jus jeruk, ia memasang kaca mata hitamnya itu. Kaila tak hanya sendirian saat ini, ia ditemani oleh pemandu wisata yang lebih memilih duduk seperti wisatawan lainnya.“Apakah anda tidak ingin berenang bersama suami?” tanya pemandu wisata itu kepada Kaila.“Tidak, saya tidak pandai berenang,” jawab Kaila dengan jujur.Pemandu wisata itu terkekeh mendengar kejujuran dari Kaila. “Kalau begitu sayang banget wisata kali ini, anda hanya duduk saja,” komentar pemandu wisata.“Saya rasa anda cukup diam saja, tidak usah ikut campur masalah ini,” ketus Kaila yang langsung berdiri
Melviano sangat terkejut dengan Kaila yang sudah berdiri kaku sangat kedinginan di bawah kucuran air shower. Bibirnya yang berwarna merah cherry sudah terlihat memutih, tubuhnya pun bergetar sangat hebat.Melviano segera mengambil bathdrobe dan memakaikan ke tubuh Kaila. Ia melihat Kaila yang memandang ke depan dengan tatapan yang begitu kosong.“Sayang, kamu kenapa hmm?” tanya Melviano begitu lembut. Ia menuntun Kaila yang masih diam membisu.Melviano tahu kalau istrinya masih sangat terpukul juga ketakutan, dengan sangat lembut Melviano menyuruh Kaila untuk duduk di pinggiran ranjang. Ia mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut basah Kaila.“Maafin aku nggak bisa jaga kamu, sayang,” ucap Melviano yang begitu sangat menyesal.Kaila justru meneteskan air matanya, ia justru merasa bersalah dengan Melviano. Tangan Kaila terulur ke arah lengan Melviano agar berhenti mengeringkan rambutnya ini.“Kamu nggak s
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud