“Obat apa?” Melviano mengulang pertanyaan barusan. Memangnya Kaila sakit apa sampai harus minum obat segala.
“Itu lho, Mel. Obat buat pencegah kehami—“ Kaila langsung berlari merasa perutnya seperti dikoyak-koyak hingga membuat mual akan muntah.
Kaila langsung terduduk di depan kloset kamar mandi, ia mengeluarkan seluruh cairan bening yang membuat perutnya melilit dan kerongkongan terasa kering juga sangat panas. Hatinya merasa sangat berdebar-debar seperti orang jatuh cinta. Padahal itu semua karena pengaruh sebuah alkohol yang diminum Kaila. Daya tahan tubuh Kaila tak kuat menerima sebuah alkohol, apalagi dalam dosis yang lumayan banyak seperti tadi. Benar-benar sangat nekad bocah satu itu.
Melviano yang merasa khawatir akan keadaan istrinya itu, ia langsung mengejar Kaila menuju ke arah kamar mandi. Melviano memijat bahu serta tengkuk Kaila secara perlahan-lahan hingga membuat Kaila ingin memuntahkan kembali apa yang ada di dalam
“Vitaminnya sudah habis sayang, aku lupa beli,” kata Kaila mencari alasan. Ia tersenyum sangat dipaksakan sekali. Wajahnya terlihat sangat pias.“Kenapa nggak bilang kalau vitaminmu habis, hmm?” Melviano menatap istrinya penuh dengan kelembutan.“Aku lupa, Mel. Makanya semalam aku mabuk dan sedikit ingat kalau belum minum vitamin gitu. Dan sekarang baru ingat kalau vitaminnya sudah habis,” jawab Kaila tersenyum lebar.“Ya sudah sana mandi dulu, habis itu kita pergi sarapan ke bawah,” perintah Melviano sambil mengusap-ngusap rambut kepala atas Kaila penuh kasih sayang.“Siap, bos.” Kaila langsung hormat seperti menghadapi pasukan komando militer.Melviano hanya tersenyum dan menggeleng heran dengan segala tingkah istrinya itu. Melviano berjalan ke arah jendela hotel. Ia memandang pemandangan kota Barcelona dari atas hotel yang ditempatinya saat ini. Matanya menerawang jauh dengan semua keja
Kaila sedang menimang-nimang syarat yang akan diberikan ke Melviano. Kira-kira syarat apa yang enak buat ngerjain suaminya ini.“Jangan susah-susah syaratnya,” ceplos Melviano yang merasa tidak enak jika ada syarat atau hukuman dari Kaila.Kaila menggeleng pelan. “Tidak kok, syaratnya sangat mudah sekali.”“Apa emangnya?”“Bantu aku ketemu Manu Rios, ya,” bujuk Kaila sambil mengedip-ngedipkan matanya memohon.“Hah, gila kamu, ya. Nggak bisa! Mana ada ketemu si siapa tuh tadi,” tolak Melviano tegas.“Manu Rios,” sebut Kaila kembali.“Iya itu lah pokoknya. Sudah jangan aneh-aneh deh. Kalau mau ketemu dia kamu harus hubungi agensi dia. Nggak segampang itu kamu pengin ketemu,” suara Melviano mulai sedikit meninggi. Kaila paham dengan intonasi itu yang menjurus ke arah emosi nantinya. Dengan sangat terpaksa, Kaila akan mengalah saja.“Yaudah, k
Melviano mengusap dahi Kaila yang terdapat banyak peluh akibat percintaan panasnya barusan. Melviano merasa seperti kerasukan iblis karena membuat Kaila menjerit-jerit tak karuan akibat permainan ranjangnya yang sangat ganas itu.“Tubuhku remuk,” cicit Kaila pelan.“Hehehe, enggak lah sayang. Dikasih enak masa remuk sih,” sanggah Melviano dengan cepat.“Iya enak bikin merasa terbang menuju planet pluto.” Kaila langsung mencoba berdiri untuk menuju kamar mandi. Namun, tenaganya benar-benar sangat terkuras habis oleh iblis MelMel.Melviano yang melihat Kaila sangat lemas, langsung memegangi tubuh polos istrinya itu.“Jangan pegang-pegang, nanti kamu minta coba lagi terusan kayak tadi,” sungut Kaila yang langsung menangkis tangan Melviano.“Ya ampun, enggak lah sayang. Sudah cukup kok barusan,” balas Melviano sambil terkekeh senang. Semua hormon dalam tubuhnya tersalur dengan bai
Hari keempat berada di negara Spanyol lebih tepatnya di kota Barcelona. Melviano dan Kaila akan mengunjungi tempat wisata yang sedikit menantang. Mereka akan pergi ke pegunungan Montserrat.Baik Melviano dan Kaila sudah bersiap-siap. Kali ini mereka tidak telat untuk bangun, mengingat sehabis ke Ciutadella park mereka langsung memilih istirahat normal. Melviano pun memahami kondisi fisik Kaila yang sangat kecapean sekali.“Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, mengingat jarak yang akan kita tempuh lumayan lama nanti,” ujar pemandu wisata itu.“Emang berapa lama?” tanya Kaila penasaran. Habisnya dari kemarin tuh, jarang yang ditempuh selalu dekat-dekat saja tidak sampai berjam-jam juga.“Sekitar satu jaman kalau dalam perjalanan lancar.”“Oh, itu sih nggak masalah,” balas Kaila terkekeh.Pemandu wisata itu langsung menuntun Kaila dan Melviano untuk memasuki mobil. Seperti biasa, mereka s
“Apa?” tanya Melviano yang tak sabaran.“Tuan dan Nyonya, acara air mancurnya akan segera dimulai,” kata pemandu wisata itu yang tiba-tiba saja muncul yang membuat Kaila langsung membungkam mulutnya.“Iya, nanti dulu,” ujar Melviano. Ia masih sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan istrinya itu.“Ayo, Mel. Sudah dimulai lho, aku nggak mau ketinggalan soalnya,” kata Kaila sedikit memaksa.“Iya, tapi—““Sudah, nanti aku jelaskan kalau sudah sampai hotel saja.”Dengan sangat terpaksa Melviano menuruti apapun yang istrinya mau. Ia sudah berjanji diawal untuk memanjakan istrinya dan berusaha untuk menghindari perdebatan.Mereka menikmati waktu malam dengan memandangi air mancur yang begitu indah, Melviano memeluk tubuh istrinya dari belakang. Kaila tersenyum senang melihat air mancur yang tersembur begitu epik.“Suka, hmm?”
Kaila merasa sangat malu sekali, tapi melihat respon orang sekitaran yang bersikap masa bodoh membuat Kaila menjadi tenang.“Bego, inikan luar negeri. Pasti hal seperti tadi itu hanya remeh temeh saja,” gumam Kaila yang lebih memilih untuk kembali duduk saja. Biarkan saja suaminya pergi jauh ke sana.Kaila menikmati jus jeruk, ia memasang kaca mata hitamnya itu. Kaila tak hanya sendirian saat ini, ia ditemani oleh pemandu wisata yang lebih memilih duduk seperti wisatawan lainnya.“Apakah anda tidak ingin berenang bersama suami?” tanya pemandu wisata itu kepada Kaila.“Tidak, saya tidak pandai berenang,” jawab Kaila dengan jujur.Pemandu wisata itu terkekeh mendengar kejujuran dari Kaila. “Kalau begitu sayang banget wisata kali ini, anda hanya duduk saja,” komentar pemandu wisata.“Saya rasa anda cukup diam saja, tidak usah ikut campur masalah ini,” ketus Kaila yang langsung berdiri
Melviano sangat terkejut dengan Kaila yang sudah berdiri kaku sangat kedinginan di bawah kucuran air shower. Bibirnya yang berwarna merah cherry sudah terlihat memutih, tubuhnya pun bergetar sangat hebat.Melviano segera mengambil bathdrobe dan memakaikan ke tubuh Kaila. Ia melihat Kaila yang memandang ke depan dengan tatapan yang begitu kosong.“Sayang, kamu kenapa hmm?” tanya Melviano begitu lembut. Ia menuntun Kaila yang masih diam membisu.Melviano tahu kalau istrinya masih sangat terpukul juga ketakutan, dengan sangat lembut Melviano menyuruh Kaila untuk duduk di pinggiran ranjang. Ia mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut basah Kaila.“Maafin aku nggak bisa jaga kamu, sayang,” ucap Melviano yang begitu sangat menyesal.Kaila justru meneteskan air matanya, ia justru merasa bersalah dengan Melviano. Tangan Kaila terulur ke arah lengan Melviano agar berhenti mengeringkan rambutnya ini.“Kamu nggak s
“Morning, sayang,” sapa Melviano yang sudah terbangun lebih dulu.Kaila hanya bisa tersenyum semringah pagi ini. Waktu malamnya hanya mereka gunakan untuk bergulat di atas kasur sampai menjelang tengah malam. Semua itu masih teringat dengan jelas dipikiran Kaila. Ia tersenyum sambil tersipu malu-malu jika mengingat bagaimana hebatnya Melviano kalau bermain di atas ranjang. Benar-benar good job.“Kenapa senyam-senyum seperti itu?” tanya Melviano yang memperhatikan ekspresi istrinya yang begitu terpancar bahagia.“Aku lagi bahagia aja,” jawab Kaila.“Bahagia kenapa? Mimpi artis idolamu kah?”“Hmm, bukan,” Kaila langsung menggeleng kuat, ia masih tersipu malu. Pipinya terasa sangat terbakar saat ini. Sudah, Kaila pastikan pasti pipinya sedang blusing deh.“Lalu?” kening dan alis Melviano berkerut menandakan ia tidak tahu. Melviano yang sudah mandi pun mendekat ke arah