Mata Melviano membulat sempurna ketika melihat sebuah benda keramat berada di dalam tas Kaila. Untuk apa Kaila membawa begituan? Tak merasa puas akhirnya Melviano melihat-lihat lagi isi tas Kaila. Ternyata isinya sama saja seperti kebanyakan wanita. Perintilan yang nggak jelas, alat make up juga barang-barang yang Melviano tak paham.
“Shit! Jadi ini alasan kenapa Kaila melarang untuk membuka tasnya? Takut ketahuan?” gerutu Melviano tak habis pikir.Kaila yang tengah asyik tertidur mendengar sedikit gerutuan kecil. Mata Kaila perlahan-lahan terbuka, ia menatap sesosok bayangan yang sedang duduk di hadapannya sedang memangku sebuah tas wanita.
Saat mata Kaila terbuka sempurna, ternyata sosok itu Melviano. “Kamu sedang apa?” tanya Kaila dengan suara khas orang bangun tidur.
“Tidak, hanya ingin melihat tas kamu saja.”
“Emang ada apa dengan tasku?” Kaila langsung berusaha untuk duduk dan bersanda
Melihat wajah datar dari Melviano membuat Kaila langsung berpikir kalau kopi buatannya itu gagal total. Padahal tadi beneran taruh gula lho, bukan garam. Ngeri aja nanti ketukar meski putih tapi tekstur berbeda.“Gimana, Mel?” tanya Kaila kembali penuh harap.“Rasanya ... emm, enak banget kok,” jawab Melviano tersenyum kecut.“Kamu bohong, ya? Kalau enak banget nggak mungkin ekspresimu begitu,” kata Kaila merasa curiga.Dengan cepat Kaila langsung mengambil cangkir yang berada di depan Melviano. Ia tadi tidak sempat untuk mencicipi terlebih dulu. Perlahan-lahan, Kaila langsung menyesap kopi buatannya itu untuk memastikan rasa yang diciptakan apakah beneran enak atau tidak.Byuuurrr.Kaila langsung menyemburkan kopinya dengan cepat. “Kenapa pahit banget sih,” dumel Kaila tak menyangka kalau bikin kopinya kurang gula. Bukan kurang lagi tapi emang sangat-sangat kurang.“Kenapa kamu bi
Cup. Cup. Cup.Kaila mengecup pipi Melviano dengan singkat. Ia langsung menjauhkan diri dan tersenyum sambil mencuri-curi pandang ke arah Melviano.“Kenapa di pipi sih?” gerutu Melviano sambil menyetir.“Lha, terus maunya di mana? Di bibir? Susah lha, kan kamu lagi nyetir,” timpal Kaila tak ingin disalahkan.“Iya, juga sih,” balas Melviano sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Kalau begitu aku pinggirin mobilnya dulu deh,” tambah Melviano sambil tersenyum semringah.“Eh, jangan dong. Lanjut terus nyetirnya,” kata Kaila yang tak ingin berciiuman kembali. Bisa gila lama-lama kalau ladenin MelMel. Otak jadi ikutan omes nanti.“Kenapa?” tanya Melviano heran.“Ya, aku sudah nggak tahan pengin lihat pemandangan di Galata Bridge.” Kaila lagi-lagi tersenyum senang.“Hanya air aja di sana.”“Tapikan beda suasana, Mel,” san
Mendengar jawaban Kaila yang mau diajak bermain-main satu ronde membuat Melviano semangat empat lima. Dengan cepat Melviano mandi.“Nggak sabar mau ngadon anak,” gumam Melviano sambil menyabuni diri sambil tersenyum.Pikiran Melviano saat ini sudah terbang melayang-layang. Membayangkan suara jeritan kenikmatan Kaila.Tak ingin lama-lama, dengan cepat Melviano membilas tubuhnya sekilat mungkin. Biasa mandi menghabiskan waktu setengah jam sekarang hanya tujuh menit. Benar-benar dipangkas sangat banyak waktu mandi Melviano.Ceklek.Melviano menampakkan wajah segarnya, ia menatap Kaila yang tengah bermain ponsel.“Kamu sudah mandi?” tanya Kaila melihat suaminya yang tengah keluar kamar mandi dan melenggang ke arahnya.“Sudah.”Kaila langsung menatap ke arah jam, keningnya berkerut heran. “Tumben, cepet. Biasanya kalau mandi lama banget sampai yang nungguin hampir pingsan,&
“Sayang....” Melviano berteriak memanggil nama Kaila setelah seseorang yang mengurus rumah sewanya datang.“Ada apa sih teriak-teriak terus,” gerutu Kaila kesal.“Sudah siap semua, ayo kita ke bandara,” kata Melviano langsung masuk kamar. Namun, hal yang diburu Melviano itu bukan koper melainkan Kaila yang tengah berdiri.Melviano langsung memeluk Kaila sebentar, menciium rambut Kaila yang wangi strawberry.Cup.“Yuk,” ajak Melviano langsung melepaskan pelukannya. Ia langsung mengambil koper dan tas kecil miliknya.Kaila langsung mengikuti Melviano berjalan di belakangnya. Ternyata sudah ada sebuah mobil yang akan mengantarkan mereka menuju ke arah bandara.Melviano langsung berbicara dengan sopir dan menaruh koper di bagasi. Kaila memilih langsung duduk di jok belakang.Setelah semua sudah tidak ada yang tertinggal, Melviano langsung ikut masuk mobil. Ia duduk di samping Kaila.&n
Mikaila terus mengikuti Kaila yang tengah menyeret kopernya menuju ke dalam mansion. Mereka berdua langsung terduduk di ruang tengah. Tak lama maid datang menawarkan minum.“Nyonya ingin minum apa?” tanya Maid itu sopan.“Emm ... aku air putih saja, ya,” jawab Kaila sambil menyederkan diri di sofa.“Aku jangan lupa, lemon tea,” sambar Mikaila.“Baik, Nyonya. Tunggu sebentar.” Maid itu pergi meninggalkan duo Kai-Kai.Baik Mikaika dan Kaila saling diam. Kaila masih memikirkan kenapa Melviano sampai mansion langsung ngamuk seperti orang PMS saja.“Kai, besok nyari universitas yuk,” ajak Mikaila memecahkan keheningan.“Kalau besok sepertinya belum bisa. Aku masih sedikit jetlag nih. Kepalaku saja sedikit pusing begini,” tolak Kaila dengan halus.“Oke aku paham,” balas Mikaila mengangguk.Tak lama Maid itu datang membawa dua minuman yang berbe
Hati Kaila langsung bergemuruh hebat saat ini. Langkah kakinya langsung dibuat selebar mungkin. Kaila tak mempedulikan tote bag yang ia jatuhkan. Apalagi ia melihat suaminya sedang digoda oleh Annabele.“Heh, setan. Mau ngapain kamu gelayutan kayak kuntilanak begitu!” teriak Kaila yang sudah sangat emosi sekali.Melviano dan Annabele hanya menatap takut ke arah Kaila. Apalagi saat Kaila menjatuhkan paper bag dengan kencang yang membuat Melviano langsung pucat pasi. Mana posisinya dia sedang digelayuti si Annabele pula. Bisa salah paham terus berantem hebat, mampus sudah nggak dikasih jatah olahraga malam.Kaila sedang manatap tajam ke arah Annabele yang masih memegang bahu suaminya itu. Nyebelin banget, itu bahu khusus buat pegangan Kaila saat ena-ena tahu. Kesel deh, gerutu Kaila dalam hati.“Lepasin!” bentak Kaila memerintah Annabele.“Apa? Lepasin, dasar bocah ganggu aja,” balas Annabele meremehkan.
Flasback on.Pagi ini Melviano sudah berjanjian dengan salah seorang dokter obygen. Ia sudah menyuruh Mike untuk mengatur jadwal pertemuan mereka. Hingga akhirnya hari ini setelah honeymoon, Melviano ingin konsultasi dengan yang lebih ahli."Selamat pagi, Tuan Melviano Azekiel," sapa dokter Sean."Pagi juga Dok.""Begini, Dok. Saya ingin bertanya sesuatu terhadap anda. Saya menikah sudah lumayan lama. Kami juga sering melakukan hubungan badan. Entah kenapa sepertinya istri saya tidak hamil-hamil, ya, Dok?"Sean tersenyum sambil mengangguk paham. "Sejujurnya ada beberapa kemungkinan yang mengakibatkan orang lama mengandung.""Apa itu, Dok?" tanya Melviano tak sabaran."Faktor genetik, faktor hormon, serta kelelahan yang berlebih," ujar Sean sambil memperhatikan Melviano yang tengah terdiam.Melviano tengah terdiam, ia kembali mengingat semuanya. Mungkin Kaila terlalu capek atau ... ah sial."Tapi semua itu bukan
Kaila saat ini menatap ke arah Damian dengan ngeri. Apalagi setelah Damian meminta hapenya dan menonaktifkan sambil tersenyum devil. Jantung Kaila bertambah semakin deg-degan saat ini. Pikirannya sudah melalang buana entah kemana-mana. Pikiran negatif selalu mengiringi saat ini.“Da-Da-Dam, aku ingin berhenti di sini saja,” cicit Kaila dengan terbata-bata.“Kenapa?” tanya Damian sambil mengerutkan keningnya.“Ti-tidak apa-apa, aku hanya ada urusan saja,” kata Kaila mencoba berkelit.“Urusan apa?”“Emm ....”“Sudah lah Kaila. Kamu tenang saja, lagian aku tidak akan menjahatimu. Kita harus beri pelajaran dengan si bangsul itu,” potong Damian tersenyum licik.Glek.Kaila menelan salivanya susah payah. Ia tetap takut jika diapa-apain nanti. Kaila ingin minta tolong sama siapa kalau seperti itu.“Sudah, sebaiknya kamu menurut saja,” kata Damia