Mikaila terus mengikuti Kaila yang tengah menyeret kopernya menuju ke dalam mansion. Mereka berdua langsung terduduk di ruang tengah. Tak lama maid datang menawarkan minum.
“Nyonya ingin minum apa?” tanya Maid itu sopan.
“Emm ... aku air putih saja, ya,” jawab Kaila sambil menyederkan diri di sofa.
“Aku jangan lupa, lemon tea,” sambar Mikaila.
“Baik, Nyonya. Tunggu sebentar.” Maid itu pergi meninggalkan duo Kai-Kai.
Baik Mikaika dan Kaila saling diam. Kaila masih memikirkan kenapa Melviano sampai mansion langsung ngamuk seperti orang PMS saja.
“Kai, besok nyari universitas yuk,” ajak Mikaila memecahkan keheningan.
“Kalau besok sepertinya belum bisa. Aku masih sedikit jetlag nih. Kepalaku saja sedikit pusing begini,” tolak Kaila dengan halus.
“Oke aku paham,” balas Mikaila mengangguk.
Tak lama Maid itu datang membawa dua minuman yang berbe
Hati Kaila langsung bergemuruh hebat saat ini. Langkah kakinya langsung dibuat selebar mungkin. Kaila tak mempedulikan tote bag yang ia jatuhkan. Apalagi ia melihat suaminya sedang digoda oleh Annabele.“Heh, setan. Mau ngapain kamu gelayutan kayak kuntilanak begitu!” teriak Kaila yang sudah sangat emosi sekali.Melviano dan Annabele hanya menatap takut ke arah Kaila. Apalagi saat Kaila menjatuhkan paper bag dengan kencang yang membuat Melviano langsung pucat pasi. Mana posisinya dia sedang digelayuti si Annabele pula. Bisa salah paham terus berantem hebat, mampus sudah nggak dikasih jatah olahraga malam.Kaila sedang manatap tajam ke arah Annabele yang masih memegang bahu suaminya itu. Nyebelin banget, itu bahu khusus buat pegangan Kaila saat ena-ena tahu. Kesel deh, gerutu Kaila dalam hati.“Lepasin!” bentak Kaila memerintah Annabele.“Apa? Lepasin, dasar bocah ganggu aja,” balas Annabele meremehkan.
Flasback on.Pagi ini Melviano sudah berjanjian dengan salah seorang dokter obygen. Ia sudah menyuruh Mike untuk mengatur jadwal pertemuan mereka. Hingga akhirnya hari ini setelah honeymoon, Melviano ingin konsultasi dengan yang lebih ahli."Selamat pagi, Tuan Melviano Azekiel," sapa dokter Sean."Pagi juga Dok.""Begini, Dok. Saya ingin bertanya sesuatu terhadap anda. Saya menikah sudah lumayan lama. Kami juga sering melakukan hubungan badan. Entah kenapa sepertinya istri saya tidak hamil-hamil, ya, Dok?"Sean tersenyum sambil mengangguk paham. "Sejujurnya ada beberapa kemungkinan yang mengakibatkan orang lama mengandung.""Apa itu, Dok?" tanya Melviano tak sabaran."Faktor genetik, faktor hormon, serta kelelahan yang berlebih," ujar Sean sambil memperhatikan Melviano yang tengah terdiam.Melviano tengah terdiam, ia kembali mengingat semuanya. Mungkin Kaila terlalu capek atau ... ah sial."Tapi semua itu bukan
Kaila saat ini menatap ke arah Damian dengan ngeri. Apalagi setelah Damian meminta hapenya dan menonaktifkan sambil tersenyum devil. Jantung Kaila bertambah semakin deg-degan saat ini. Pikirannya sudah melalang buana entah kemana-mana. Pikiran negatif selalu mengiringi saat ini.“Da-Da-Dam, aku ingin berhenti di sini saja,” cicit Kaila dengan terbata-bata.“Kenapa?” tanya Damian sambil mengerutkan keningnya.“Ti-tidak apa-apa, aku hanya ada urusan saja,” kata Kaila mencoba berkelit.“Urusan apa?”“Emm ....”“Sudah lah Kaila. Kamu tenang saja, lagian aku tidak akan menjahatimu. Kita harus beri pelajaran dengan si bangsul itu,” potong Damian tersenyum licik.Glek.Kaila menelan salivanya susah payah. Ia tetap takut jika diapa-apain nanti. Kaila ingin minta tolong sama siapa kalau seperti itu.“Sudah, sebaiknya kamu menurut saja,” kata Damia
Melviano berpikir keras dengan pertanyaan Kaila.“Wanita? Di mansion?” tanya Melviano kembali. Sebab, Damian itu sering bawa wanitanya ke mana-mana. Secara dia bastard seperti dirinya. Apakah wanita yang dimaksud Kaila itu wanita bernama Airis?“Siapa?” tuntut Kaila ingin tahu.“Aku tidak tahu, Kai.”Decak Kaila sebal. “Masa temannya tidak tahu sih,” gerutu Kaila kesal.“Ya kita memang berteman, tapi nggak semua urusan pribadi juga kita mesti tahu dong. Semua orang itu butuh privasi sayang.”“Ya, ya,” jawab Kaila sambil memutarkan bola matanya jengah.Melviano langsung menarik pinggang Kaila. Ia memajukan wajahnya untuk menciium istrinya itu.”Aku kangen kamu,” bisik Melviano dengan suara seraknya.Kaila tersipu malu mendengar penuturan dari Melviano. Ia tahu maksud suaminya bilang seperti itu maksudnya itu apaan.Melviano akan
“Kai,” desah Melviano ketika merasa punggungnya ada yang mengecupi.“Apa zheyeng,” balas Kaila tersenyum penuh kemenangan. Ia juga mengikuti panggilan anak zaman sekarang.“Itu kamu lagi ngapain sih?” tanya Melviano yang sedang menunggu panggilan teleponnya diangkat.Kaila tak menghiraukan pertanyaan suaminya itu. Ia lebih memilih terus menjalankan aksinya untuk memancing sisi liar suaminya itu. Rasanya saat ini, Kaila terus nempel-nempel sama punggung kokoh ini. Rasanya benar-benar pelukable banget.“Ya halo,” ucap Melviano langsung.“Ya, Tuan.”“Bawakan minum serta salad buah,” perintah Melviano tegas.“Baik, Tuan.”Melviano langsung mematikan teleponnya secara sepihak saja. Ia langsung berbalik badan dan menatap mata Kaila yang penuh dengan kabut gairah.“Mau tambah lagi, hmm?” tanya Melviano sambil tersenyum tipis.
Melviano melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia sedikit tidak tega meninggalkan Kaila sendirian tadi. Tapi untung saja ada Mikaila. Dengan cepat ia mendial nomor Mikaila.Tut. Tut. Tut.“Ya, halo, Kak.”“Jagain Kaila, aku lagi keluar sebentar.”“Emang udah selesai buat anaknya?” tanya Mikaila meledek.“Shit, aku sedang di jalan. Aku titip Kaila, jagain,” titah Melviano tak bisa terbantahkan.“Ck, sudah besar jugakan Kaila. Masa harus dijagain sih,” keluh Mikaila pura-pura kesal. Padahal tanpa Melviano suruh pun pasti akan ia jagain kakak iparnya yang lucu itu.“Sudahlah ikutin saja perintahku itu,” ucap Melviano tegas.“Oke, emang kamu mau kemana, Kak?” tanya Mikaila kepo.“Mau pergi ke kelab malam.”“HAH, gila apa! Awas aja kamu main jalang lagi, aku nggak akan maafin kamu kalau nyakitin
Melihat temannya yang tengah bimbang, membuat Addison ingin menempiling kepala Melviano.“Harusnya kau berpikir, kalau tempat ini sebagai uji coba kau,” kata Addison.Melviano tak paham dengan perkataan Addison. “Maksud kau apa?”“Duh bodoh sekali kau, jelas ini tempat uji coba kau dengan Kaila.”“Aku tidak paham,” balas Melviano benar-benar bingung.“Duh, benar-benar bodoh sekali kau!” suara Addison benar-benar sudah sangat kesal untuk menjelaskan kepada Melviano. Sejak kapan sih kalau Melviano berubah jadi bodoh begini.“Makanya jelaskan dengan detail.”“Ya, jadi kalau sampai kau tergoda wanita di kelab malam ini tandanya kau belum cinta dengan Kaila. Setahuku kau sudah cinta dengan Kaila. Tapi, baru lihat wanita asetnya besar saja sudah berpaling, ck,” decak Addison tidak menyangka.“Aku hanya laki-laki normal,” tukas Melviano yan
Kaila langsung berjalan menuju ke arah gazebo yang terdapat di dekat kolam renang."Hai," sapa Kaila.Mikaila langsung menutup telepon dari sang Kakak."Hei, sini duduk," ujar Mikaila mempersilakan Kaila untuk duduk di sampingnya.Dengan senang hati, Kaila langsung duduk samping Mikaila."Emm ... gimana tadi pendaftaran?" tanya Kaila basa-basi."Lancar dong. Gimana, kamu mau ambil jurusan apa emangnya?""Sepertinya akan ambil jurusan desain.""Whoa, bagus tuh. Kamu suka ngedesain ya?""Ya lumayan sih, dulu saat jam pelajaran malahan suka gambar-gambar gitu," ujar Kaila terkekeh."Tipe murid bandel nih," kata Mikaila sambil meledek."Ya kurang lebih seperti itu.""Whoa, keren ah," puji Mikaila takjub.Mereka kembali saling diam satu sama lain. Mereka mulai kebingungan mencari topik pembicaraan selanjutnya itu.“Sudah ada pilihan universitasnya?” tanya Mikaila.“P