Saat ini perjalanan Kaila sudah sampai di depan gedung pencakar langit. Kaila menatap ke arah belakang untuk melihat laki-laki yang sedang gemar berselfi.
Sebelum turun mobil, Kaila, menelepon Melviano terlebih dulu. Apakah meetingnya sudah selesai atau belum.
Dalam sering keempat akhirnya panggilan Kaila diangkat juga.
“Halo, Mel.”
“Iya, Kai. Ada apa?” tanya Melviano dari seberang telepon.
“Kamu udah selesai meeting belum?” tanya Kaila memastikan.
“Sudah, kenapa?”
“Aku mau ke situ.”
“Untuk apa?” tanya Melviano heran.
“Mau memperlihatkan laki-laki yang bikin kamu cemburu sama kesal.”
“Tidak usah!” tolak Melviano tegas. “Lagian aku tidak sudi ketemu laki-laki itu, dan setelah ini kamu jangan ketemu dia lagi. Kamu enggak ngertiin perasaanku banget sih, Kai.”
“Kamu cemburu?”
“Sud
Pagutan bibir Melviano dan Kaila akhirnya terlepas setelah tadi mereka saling mencumbu satu sama lain.Senyum Kaila merekah saat menatap suaminya itu. Hatinya saat ini benar-benar menghangat."Udah jam makan siang," gumam Kaila masih dengan posisinya.Melviano hanya tersenyum mendengar gumaman dari istri kecilnya itu."Mau makan apa emangnya?" tanya Melviano masih dengan wajahnya yang suka maju untuk mengecup-ngecup bibir tipis milik Kaila."Makan kamu," balas Kaila menggoda."Izzhh, kalau lagi gak kedatangan tamu sudah dari tadi aku makan."Kaila terkekeh menatap suaminya yang tengah menggerutu.Melviano langsung membawa tubuh kecil Kaila untuk berputar-putar sampai Kaila merasakan kepalanya pusing."Mel, sudah. Hentikan, kepalaku pusing," keluh Kaila semakin erat memegang leher Melviano."Ini kamu udah kayak mau nyekik leher lho."Kaila tambah terkekeh. "Turunkan aku," pinta Kaila.Melviano langsun
“Dia nggak sampai nyentuh-nyentuh kamu, kan?” tanya Kaila menatap tajam ke arah MelMel.“Siapa?”“Karyawan yang suka godain kamu itu,” jawab Kaila sambil geregetan sendiri jika membayangkan. Kaila enggak ikhlas lahir batin pokoknya.“Emm ... hanya colek sedikit saja itu,” balas Melviano pura-pura sedikit mendramalisir.“Apah, kurang aja banget sih!” kesal Kaila langsung menghentak-hentakan kakinya dalam lift.“Haaiss, Kai. Nanti ini liftnya rusak, lho.”“Bodoh mamat.”Kaila masih dalam keadaan bete, ia kesal pokoknya sama karyawan wanita yang melintas di depannya ini. rasanya pengin langsung karungin aja.Melviano rasanya senang sekali kali ini, ia berhasil membuat Kaila cemburu seperti itu. Lagian, Melviano anti banget kalau disentuh wanita jika anak buahnya sendiri. Bisa rusak image sebagai BOS. Kalaupun ingin melampiaskan hasratnya, pas
Kaila merasa panik saat Ciripa berlari entah kemana. Kalau keluar mansion tidak mungkin, semua pintu akses keluar sudah ditutup.Kaila berjalan menyusuri ke arah ruang tv, ia melihat ke arah kolong sofa. Siapa tahu Ciripa memang di kolong."Ciripaaaaaaa," panggil Kaila berteriak.Kaila terus mencari keberadaan kucing milik MelMel itu. Kalau sampai hilang bisa diamuk sama MelMel nanti. Meski kelihatannya MelMel seperti menganak tirikan Ciripa tapi suaminya itu sangat peduli dengan keadaan Ciripa."Miiiiooonggg ... miiionggg."Kaila mendengar suara kucing. Dengan cepat Kaila mencari sumber suara milik Ciripa."Ciripa, lu di mana dah," teriak Kaila dengan logat Jakartanya."Mìiiòooongg ... miiongg."Kaila terus mencari dan ternyata, Ciripa sedang terjepit.“Astagaaaa, ciripa ekormu terjepit,” oceh Kaila langsung mengeluarkan ciripa dari celahan jendela.“Makanya, ya, jangan bande
Melviano sudah maju mendekat ke arah Kaila. Mata Kaila hanya mengedip-ngedip saja saat ini. Bola mata hitamnya hanya bisa bergerak ke arah kanan—kiri seperti orang yang tengah bingung.“Ayo, kita rasakan semua rasa yang ada,” ucap Melviano dengan suara serak dan begitu sangat berat.Kaila hanya mampu menelan salivanya susah payah, ini aja hatinya sangat degdegan banget dipepetin deket banget begini sama MelMel. Padahal udah sering menghabiskan malam bersama dan berbagi bibir. Entah, kenapa perasaan gugup dan degdegan selalu ada.“Mel,” cicit Kaila pelan.“Kita coba rasa salad kali ini,” balas Melviano semakin mengunci tubuh Kaila. Tanpa sadar Kaila sudah terlentang di gazebo. Sedangkan Melviano semakin menundukkan tubuhnya ke bawah sampai tak sadar dengan posisi mereka saat ini.Mata mereka saling mengunci, menyiratkan hasrat dikedua bola mata mereka masing-masing. Melviano menempelkan bibirnya
Suara getaran telepon membuat tidur seorang Melviano dan Kaila sedikit terusik. Mereka langsung mengerjapkan matanya untuk melihat siapa yang tengah seenak jidadnya mengganggu waktu istirahatnya ini."Siapa sih," dumel Melviano sambil tangannya terulur untuk meraba-raba mengambil hape.Alisnya mengeryit saat melihat id callernya yang terpampang dengan sangat jelas ini."Halo," gumam Melviano."Jemput aku sekarang juga.""Naik taksi saja," tolak Melviano dengan cepat."Tidak mau. Aku pengin Kakak yang menjemput sekarang," pinta Mikaila sedikit memaksa."Ck," decak Melviano sebal. "Kamu suruh Cris saja menjemputmu," kata Melviano memberitahukan."Aku tidak kenal dengannya."Lha, bego. Mikaila kan memang tidak mengenal Cris. Duh bisa lupa begini sih."Yasudah aku perintahkan Sawyer untuk menjemputmu," tukas Melviano final."Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!"Melviano merasa sangat frustasi kali ini. Adik
“Gimana tadi jemput Mikaila?”“Biasa aja. ““Kenapa biasa aja?” tanya Kaila mendesak.“Ya, enggak ada yang spesial.”“Emang yang spesial apa?” tanya Kaila sedikit memancing suaminya itu.“Jelas kamu dong,” gombal Melviano sambil memajukan wajahnya untuk menciium Kaila namun dengan cepat Kaila memundurkan wajahnya.“Mandi sana, kerja yang rajin,” kata Kaila sedikit meledek.“Morning kiss dulu dong,” pinta Melviano sedikit merengek.“Haiiss, enggak mau,” tolak Kaila dengan tegas.Melihat dapat penolakan dari Kaila membuat Melviano sedikit kesal dengan istrinya itu. Pagi-pagi udah bikin badmood aja itu orang. Padahal tuh kalau diciium kadang suka lupa daratan juga Kaila.Dari pada kentang, mending Melviano mandi saja. Setelah itu mengais uang yang banyak buat 17 turunan. Kalau Cuma sampai tujuh turunan udah bia
“Mau pakai pemanasan atau enggak?” tanya Melviano langsung menundukkan Kaila agar kepalanya bersandar di pinggirian ranjang.“Mel, gila kamu, ya,” sergah Kaila langsung.Melviano tersenyum miring, ia akan bersiap-siap untuk menuntaskan hasrat yang sudah lama terpendam ini. Salah siapa tadi menawari diri seperti itu. Kebetulan juga lagi butuh pelampiasan saat ini.“Aku gila karena kamu, Kai,” tukas Melviano tersenyum devil.“Tapi aku tidak mau seperti ini,” tolak Kaila cepat.“Tidak mau?” senyum Melviano menyeringai. “Kalau begitu katakan di mana hape aku dan kamu sering searching apa?” desak Melviano sambil sedikit mengancam.Kaila saat ini rasanya makan buah simalakama, ibarat kata maju kena mundur kena. Dengan menarik napas secara dalam. Namun saat Kaila baru membuka mulutnya langsung disela sama Melviano.“Sudah, ucapanmu tidak bisa ditarik lagi,” s
Di saat mulut Kaila akan menjawab, datang pelayan membawa dua cangkir kopi.“Ini pesanan anda, Nona.” Pelayan itu langsung meletakkan pesanan kopi di meja kemudian pamit pergi.“Terima kasih,” seru Mikaila kepada pelayan itu.Mikaila langsung mengambil kopinya dan menyesap sedikit demi sedikit. Ia kembali meletakkan cangkir kopi itu. Matanya menatap ke arah Kaila yang masih terlihat sangat bocah sekali.“Kika, kamu mau daftar kuliah di mana?” tanya Kaila membuka obrolan dengan adik iparnya yang umurnya jauh lebih tua darinya.“Aku kayaknya ke Universitas Stanford,” jawab Mikaila enteng.Sedangkan Kaila langsung merasa lemas mendadak mendengar kata universitas Stanford itu. Gila aja, itu kuliahannya anak-anak yang otaknya encer semua. Apa kabar dirinya yang otaknya beku begini? Bisa Cuma sampai gerbang doang nanti. Langsung ditendang satpam.“Whoa, keren,” puji Kai
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud