“Mau pakai pemanasan atau enggak?” tanya Melviano langsung menundukkan Kaila agar kepalanya bersandar di pinggirian ranjang.
“Mel, gila kamu, ya,” sergah Kaila langsung.
Melviano tersenyum miring, ia akan bersiap-siap untuk menuntaskan hasrat yang sudah lama terpendam ini. Salah siapa tadi menawari diri seperti itu. Kebetulan juga lagi butuh pelampiasan saat ini.
“Aku gila karena kamu, Kai,” tukas Melviano tersenyum devil.
“Tapi aku tidak mau seperti ini,” tolak Kaila cepat.
“Tidak mau?” senyum Melviano menyeringai. “Kalau begitu katakan di mana hape aku dan kamu sering searching apa?” desak Melviano sambil sedikit mengancam.
Kaila saat ini rasanya makan buah simalakama, ibarat kata maju kena mundur kena. Dengan menarik napas secara dalam. Namun saat Kaila baru membuka mulutnya langsung disela sama Melviano.
“Sudah, ucapanmu tidak bisa ditarik lagi,” s
Di saat mulut Kaila akan menjawab, datang pelayan membawa dua cangkir kopi.“Ini pesanan anda, Nona.” Pelayan itu langsung meletakkan pesanan kopi di meja kemudian pamit pergi.“Terima kasih,” seru Mikaila kepada pelayan itu.Mikaila langsung mengambil kopinya dan menyesap sedikit demi sedikit. Ia kembali meletakkan cangkir kopi itu. Matanya menatap ke arah Kaila yang masih terlihat sangat bocah sekali.“Kika, kamu mau daftar kuliah di mana?” tanya Kaila membuka obrolan dengan adik iparnya yang umurnya jauh lebih tua darinya.“Aku kayaknya ke Universitas Stanford,” jawab Mikaila enteng.Sedangkan Kaila langsung merasa lemas mendadak mendengar kata universitas Stanford itu. Gila aja, itu kuliahannya anak-anak yang otaknya encer semua. Apa kabar dirinya yang otaknya beku begini? Bisa Cuma sampai gerbang doang nanti. Langsung ditendang satpam.“Whoa, keren,” puji Kai
Kaila masih enggak menyangka suaminya pulang kerja jam satu malam masih sempat-sempatnya minta bermain tinju-tinjuan segala. Apa tubuhnya enggak loyo karena tenaga sudah terkuras habis begitu? Gila sih tenaga kaya badak banget, kuat bener.“Kamu udah makan belum, Mel?” tanya Kaila basa-basi aja sih. Urusan makan tuh urusan perut masing-masing. Yang nanggung lapar juga perut masing-masing.“Belum.”“Yaudah makan sana, nanti masuk angin.”“Pengen makan kamu,” ujar Melviano sambil berbalik badan dengan tubuh atasan yang sudah terbuka. Menampilkan tato kebanggaannya selama ini. Tato gambar bintang-bintang.“Haiss, jangan mulai deh.”Melviano mendekat ke arah Kaila, ia menatap dengan tatapan yang sulit untuk dijabarkan saat ini.“Temani aku makan, lapar banget nih,” keluh Melviano memegang perut kotak-kotaknya itu.“Yaudah, ayo.” Kaila langsung menyi
Kaila langsung meloncat dengan cepat dari atas ranjang setelah mengetahui kalau waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.“Gila! Gila! Gila!” teriak Kaila mondar-mandir seperti setrikaan.“Kamu kenapa malahan kayak setrikaan gitu sih,” tukas Melviano mengeryit istrinya yang aneh.“Belum siap-siap, ih,” seru Kaila kesal.“Yaudah sana siap-siap, malahan mondar-mandir nggak jelas,” komentar Melviano melihat Kaila yang masih saja seperti orang linglung.“Haduh, koper di mana, ya?”“Di hidung,” jawab Melviano berjalan ke arah wardrobe.“Hais, lupa semuanya kan ada di wardrobe.”Kaila langsung berlari menyusul Melviano. Akibat sikap buru-burunya itu, Kaila, langsung menyeruduk tubuh kekar Melviano.Dugh.“Astagaaa, KAILA!” geram Melviano yang merasa terkejut.Kaila tak menghiraukan semua ocehan suaminya
ISTANBUL ATATURK AIRPORT.“Oh em ji, oh em ji, gila, gila,” seru Kaila saat menatap nanar layar ponselnya.Kaila nggak menyangka kalau ia akan kalah telak oleh Melviano. Kenapa bisa kalah sih? Padahal Kaila tuh jago banget main onet. Merasa dirinya kalah membuat Kaila cemberut.“Kamu curang, ya, Mel?” tuding Kaila langsung.“Enak aja, gimana bisa curang kalau matamu aja melotot begitu dari tadi,” sanggah Melviano cepat.“Kok aku bisa kalah sih?” dumel Kaila masih belum terima karena kalah.“Namanya juga permainan, pasti akan ada menang dan kalah. Layaknya orang lomba pasti akan ada menang dan kalah, sudah jangan ngedrama karena kalah,” tukas Melviano tegas.“Hehehe, kamu tahu aja kalau aku mau ngedrama sih,” ujar Kaila sambil meringis.“Tahu lah, kebiasaan orang-orang kalau kalah sukanya ngedrama. Mereka kurang berpikiran luas dan terbuka,&rdquo
Pagi ini mereka akan berencana pergi ke daerah kapadokia. Melviano sudah berjanji akan mengajak Kaila melihat balon udara nanti.Dalam perjalanan mereka saling diam, bukan karena mereka berdua berantem atau bagaimana. Melainkan Kaila yang lebih menikmati perjalanan dengan memandangi bangunan yang di lewatinya itu. Mata Kaila selalu berbinar jika melihat bangunan-bangunan yang menurutnya bagus untuk berfoto.“Apa jalanan itu lebih menarik dirimu dari pada suamimu ini?” sindir Melviano yang sedang menyetir. Ia sudah menyewa mobil selama dua minggu full untuk memudahkan kemana ia dan Kaila akan pergi nanti. Saat ini Melviano tengah mendengar suara petunjuk jalan dari gps yang terdapat dalam mobil.“Sebenarnya lebih menarik kamu sih, tapi ... bangunan Turkey lebih indah,” balas Kaila sambil tersenyum lebar.Mereka pun hari ini berjanjian menggunakan oufit warna putih. Melviano lebih mengarah memakai kemeja putih dipadukan dengan celana
“Kamu seriusan mau aku ngelap pakai bibir gitu?” tanya Melviano memastikan terlebih dulu.Kaila mengangguk yakin. “Iya, emang ada tampang aku yang kurang menyakinkan?”“Tidak ada sih, tapikan ini negara yang ... kamu tahu sendiri, Kai,” balas Melviano masih memikirkan adat dan tata cara negara yang sedang dikunjungi saat ini. Bagaimanapun kita harus bisa menghormati negara-negara lain yang sedang kita kunjungi.“Oh, iya aku lupa,” balas Kaila sambil terkekeh pelan. Ia lupa kalau sekarang sedang di daerah perbatasan antara benua eropa dan asia.“Nanti saja dalam kamar, mau dielapin bagian mana saja, hayo,” bisik Melviano sambil menatap kanan kiri. Bagaimanapun Melviano ngeri kalau ada yang paham dengan yang mereka bicarakan.“Haiis.” Kaila langsung mengambil minumnya dan menyeruput dengan cepat.“Lha, benarkan?”“Iya, tapi otakmu tetap begini teru
Gaya tidur Kaila membuat Melviano sedikit terusik. Sebab kaki Kaila seperti menendang-nendang aset berharganya yang sangat menggemaskan ini.Dengan perlahan-lahan, Melviano mulai mengerjapkan matanya. Ia menatap Kaila yang sudah berposisi menjauh dari pelukannya itu. Kaila lebih tidur mosak-masik tidak jelas. Untung Melviano tidak ditendang tubuhnya sampai tersungkur lantai.Melviano langsung menggapai hape yang berada di atas nakas, ia melihat jam yang masih menunjukkan waktu empat subuh. Melviano memiliki ide untuk tanam saham.“Kai,” panggil Melviano sambil mengecupi punggung Kaila.Menatap tak ada respon, membuat tangan kekar Melviano langsung melingkar ke perut Kaila. Melviano memeluk Kaila dari arah belakang tubuhnya. Ia terus memberikan kecupan-kecupan kecil untuk istrinya itu.Merasa tubuh belakangnya seperti basah, membuat tidur Kaila sedikit terusik. Ia langsung merenggangkan otot tangannya, matanya mengerjap-ngerj
Melviano berjalan mendekat ke arah Kaila. Ia menatap tajam ke arah manik mata istrinya itu.“Mau langsung atau pemanasan lagi?” tanya Melviano sambil tersenyum miring.“Emm ... terserah kamu aja.”“Langsung aja, ya.”“Nggak enak, ah,” tolak Kaila dengan malu-malu.Melviano mengangkat alisnya sebelah ia berjalan mendekat lagi dan lagi, tangannya terulur memegang bahu dari Kaila.“Kita mulai,” bisik Melviano dengan suara seraknya yang mampu membuat tubuh Kaila langsung meremang.Melviano langsung melakukan pemanasan sebentar, gila aja kalau tidak pemanasan. Kasihan Kaila nanti bisa kesakitan.PART DEWASA KHAYALIN SENDIRI. AUTHOR MASIH POLOS. WKWKWKMelviano mengusap peluh di dahi Kaila dengan telapak tangannya, senyumnya terbit melihat wajah Kaila yang sangat kelelahan itu.“Capek, ya?” tanya Melviano tersenyum sambil membetulkan posisi du