ISTANBUL ATATURK AIRPORT.
“Oh em ji, oh em ji, gila, gila,” seru Kaila saat menatap nanar layar ponselnya.
Kaila nggak menyangka kalau ia akan kalah telak oleh Melviano. Kenapa bisa kalah sih? Padahal Kaila tuh jago banget main onet. Merasa dirinya kalah membuat Kaila cemberut.
“Kamu curang, ya, Mel?” tuding Kaila langsung.
“Enak aja, gimana bisa curang kalau matamu aja melotot begitu dari tadi,” sanggah Melviano cepat.
“Kok aku bisa kalah sih?” dumel Kaila masih belum terima karena kalah.
“Namanya juga permainan, pasti akan ada menang dan kalah. Layaknya orang lomba pasti akan ada menang dan kalah, sudah jangan ngedrama karena kalah,” tukas Melviano tegas.
“Hehehe, kamu tahu aja kalau aku mau ngedrama sih,” ujar Kaila sambil meringis.
“Tahu lah, kebiasaan orang-orang kalau kalah sukanya ngedrama. Mereka kurang berpikiran luas dan terbuka,&rdquo
Pagi ini mereka akan berencana pergi ke daerah kapadokia. Melviano sudah berjanji akan mengajak Kaila melihat balon udara nanti.Dalam perjalanan mereka saling diam, bukan karena mereka berdua berantem atau bagaimana. Melainkan Kaila yang lebih menikmati perjalanan dengan memandangi bangunan yang di lewatinya itu. Mata Kaila selalu berbinar jika melihat bangunan-bangunan yang menurutnya bagus untuk berfoto.“Apa jalanan itu lebih menarik dirimu dari pada suamimu ini?” sindir Melviano yang sedang menyetir. Ia sudah menyewa mobil selama dua minggu full untuk memudahkan kemana ia dan Kaila akan pergi nanti. Saat ini Melviano tengah mendengar suara petunjuk jalan dari gps yang terdapat dalam mobil.“Sebenarnya lebih menarik kamu sih, tapi ... bangunan Turkey lebih indah,” balas Kaila sambil tersenyum lebar.Mereka pun hari ini berjanjian menggunakan oufit warna putih. Melviano lebih mengarah memakai kemeja putih dipadukan dengan celana
“Kamu seriusan mau aku ngelap pakai bibir gitu?” tanya Melviano memastikan terlebih dulu.Kaila mengangguk yakin. “Iya, emang ada tampang aku yang kurang menyakinkan?”“Tidak ada sih, tapikan ini negara yang ... kamu tahu sendiri, Kai,” balas Melviano masih memikirkan adat dan tata cara negara yang sedang dikunjungi saat ini. Bagaimanapun kita harus bisa menghormati negara-negara lain yang sedang kita kunjungi.“Oh, iya aku lupa,” balas Kaila sambil terkekeh pelan. Ia lupa kalau sekarang sedang di daerah perbatasan antara benua eropa dan asia.“Nanti saja dalam kamar, mau dielapin bagian mana saja, hayo,” bisik Melviano sambil menatap kanan kiri. Bagaimanapun Melviano ngeri kalau ada yang paham dengan yang mereka bicarakan.“Haiis.” Kaila langsung mengambil minumnya dan menyeruput dengan cepat.“Lha, benarkan?”“Iya, tapi otakmu tetap begini teru
Gaya tidur Kaila membuat Melviano sedikit terusik. Sebab kaki Kaila seperti menendang-nendang aset berharganya yang sangat menggemaskan ini.Dengan perlahan-lahan, Melviano mulai mengerjapkan matanya. Ia menatap Kaila yang sudah berposisi menjauh dari pelukannya itu. Kaila lebih tidur mosak-masik tidak jelas. Untung Melviano tidak ditendang tubuhnya sampai tersungkur lantai.Melviano langsung menggapai hape yang berada di atas nakas, ia melihat jam yang masih menunjukkan waktu empat subuh. Melviano memiliki ide untuk tanam saham.“Kai,” panggil Melviano sambil mengecupi punggung Kaila.Menatap tak ada respon, membuat tangan kekar Melviano langsung melingkar ke perut Kaila. Melviano memeluk Kaila dari arah belakang tubuhnya. Ia terus memberikan kecupan-kecupan kecil untuk istrinya itu.Merasa tubuh belakangnya seperti basah, membuat tidur Kaila sedikit terusik. Ia langsung merenggangkan otot tangannya, matanya mengerjap-ngerj
Melviano berjalan mendekat ke arah Kaila. Ia menatap tajam ke arah manik mata istrinya itu.“Mau langsung atau pemanasan lagi?” tanya Melviano sambil tersenyum miring.“Emm ... terserah kamu aja.”“Langsung aja, ya.”“Nggak enak, ah,” tolak Kaila dengan malu-malu.Melviano mengangkat alisnya sebelah ia berjalan mendekat lagi dan lagi, tangannya terulur memegang bahu dari Kaila.“Kita mulai,” bisik Melviano dengan suara seraknya yang mampu membuat tubuh Kaila langsung meremang.Melviano langsung melakukan pemanasan sebentar, gila aja kalau tidak pemanasan. Kasihan Kaila nanti bisa kesakitan.PART DEWASA KHAYALIN SENDIRI. AUTHOR MASIH POLOS. WKWKWKMelviano mengusap peluh di dahi Kaila dengan telapak tangannya, senyumnya terbit melihat wajah Kaila yang sangat kelelahan itu.“Capek, ya?” tanya Melviano tersenyum sambil membetulkan posisi du
“Kamu gila, ya?” tuding Kaila langsung.“Gila karena kamu,” balas Melviano sedikit menggombali istrinya.“Sinting!”“Sinting karenamu,” balas Melviano sambil tersenyum.“Au ah.” Kaila langsung merajuk mendengar semua jawaban dari Melviano.“Kalau ngambek makin cantik,” puji Melviano yang membuat pipi Kaila makin bertambah blusing saja.“Setop, jangan puji-puji terusan ih,” kesal Kaila tapi hatinya merasa sangat senang dipuji oleh suaminya itu.“Kenapa? Dari pada puji wanita lain.”“Oh, jadi kamu mau puji wanita lain?” tanya Kaila langsung merajuk kembali.“Cemburu tandanya sayang,” ceplos Melviano sambil tersenyum.“Aku nggak cemburu!” Kaila langsung bersedakap. Matanya ia picingkan ke arah Melviano.“Oke.”“Yaudah, aku mau cuci piring dulu, tidak ada m
Kaila merasakan perutnya seperti ditekan oleh seseorang. Ia mulai mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Matanya mulai melihat keadaan sekitar. Punggungnya terasa sangat berat sekali.“Mel,” panggil Kaila sambil melepaskan pelukan suaminya itu.“Hmm,” gumam Melviano masih dengan mata terpejamnya.“Lepasin ini, aku kebelet pipis,” kata Kaila merasa isi kandung kemihnya itu penuh.“Pipis aja di sini.”“Ngompol maksud kamu?”“Eh, jangan dong,” seru Melviano langsung terkejut. Matanya langsung terbuka lebar.“Minggirin tangan kamu,” perintah Kaila dengan tegas.Dengan cepat Melviano melepaskan pelukannya. Kaila langsung berlari menuju ke arah kamar mandi.Melviano menatap jam yang sudah menunjukkan waktu siang, hari ini ia belum makan siang. Tapi ... tidak mau keluar rumah. Mending deliveri kembali saja.“Kai mau makan apa?”
Ting nong. Ting nong. Ting nong.“Ada orang pencet bel, siapa?” tanya Kaila merasa bingung.“Palingan orang restoran.”“Kamu pesan makanan lagi?”“Iya, aku ke depan dulu,” pamit Melviano, tak lupa ia mengecup bibir istrinya itu.Kaila kembali fokus memakan anggurnya, ia menunggu suaminya datang membawa makanan restoran.“Makan dulu, Kai. Nanti kamu kurus lagi,” kata Melviano memberitahukan Kaila.Kaila langsung berjalan mengekori Melviano, mereka duduk dan makan bersama kembali. Sesekali mereka mengobrol kecil yang membuat keduanya saling mengejek dan melempar tawa.Mereka berdua memutuskan menghabiskan waktu untuk menonton sebuah film. Kaila ingin film komedi sedangkan Melviano lebih menyukai film action. Dari pada ribut menentukan jenis film apa yang akan ditonton mereka memutuskan film horor sekalian.“Mel, sini jangan jauh-jauh duduknya,&rd
Kaila mendesah saat dirinya dihujam dengan cepat oleh Melviano. Lagian ini merupakan gaya baru lagi.“Mel,” cicit Kaila menahan desahannya.“Jangan ditahan keluarkan saja sayang.”“Rasanya ... kenapa begini?” keluh Kaila sambil menggigiti bibir bawahnya agar tak bersuara kencang.“Bagaimana emang rasanya?” tanya Melviano yang terus menghujam milik Kaila. Tangannya ia gunakan untuk memegang pinggang Kaila.“Ni-ni-ni-nikmat luar biasa,” jawab Kaila dengan terbata-bata.Melviano hanya tersenyum simpul saja saat ini. Ia langsung menaikkan temponya menjadi sedikit kencang.Mereka berdua sama-sama memburu napas yang terasa tersengal saat ini. Apalagi gerakan Melviano begitu pandai mengaturnya. Mereka sama-sama mencapai puncak, Melviano langsung melepaskan diri saat ini.Kaila langsung ambrug dan tengkurep, ia merasa badannya rontok saat ini. Kakinya terasa lemas karena harus