Melviano sudah maju mendekat ke arah Kaila. Mata Kaila hanya mengedip-ngedip saja saat ini. Bola mata hitamnya hanya bisa bergerak ke arah kanan—kiri seperti orang yang tengah bingung.
“Ayo, kita rasakan semua rasa yang ada,” ucap Melviano dengan suara serak dan begitu sangat berat.
Kaila hanya mampu menelan salivanya susah payah, ini aja hatinya sangat degdegan banget dipepetin deket banget begini sama MelMel. Padahal udah sering menghabiskan malam bersama dan berbagi bibir. Entah, kenapa perasaan gugup dan degdegan selalu ada.
“Mel,” cicit Kaila pelan.
“Kita coba rasa salad kali ini,” balas Melviano semakin mengunci tubuh Kaila. Tanpa sadar Kaila sudah terlentang di gazebo. Sedangkan Melviano semakin menundukkan tubuhnya ke bawah sampai tak sadar dengan posisi mereka saat ini.
Mata mereka saling mengunci, menyiratkan hasrat dikedua bola mata mereka masing-masing. Melviano menempelkan bibirnya
Suara getaran telepon membuat tidur seorang Melviano dan Kaila sedikit terusik. Mereka langsung mengerjapkan matanya untuk melihat siapa yang tengah seenak jidadnya mengganggu waktu istirahatnya ini."Siapa sih," dumel Melviano sambil tangannya terulur untuk meraba-raba mengambil hape.Alisnya mengeryit saat melihat id callernya yang terpampang dengan sangat jelas ini."Halo," gumam Melviano."Jemput aku sekarang juga.""Naik taksi saja," tolak Melviano dengan cepat."Tidak mau. Aku pengin Kakak yang menjemput sekarang," pinta Mikaila sedikit memaksa."Ck," decak Melviano sebal. "Kamu suruh Cris saja menjemputmu," kata Melviano memberitahukan."Aku tidak kenal dengannya."Lha, bego. Mikaila kan memang tidak mengenal Cris. Duh bisa lupa begini sih."Yasudah aku perintahkan Sawyer untuk menjemputmu," tukas Melviano final."Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!"Melviano merasa sangat frustasi kali ini. Adik
“Gimana tadi jemput Mikaila?”“Biasa aja. ““Kenapa biasa aja?” tanya Kaila mendesak.“Ya, enggak ada yang spesial.”“Emang yang spesial apa?” tanya Kaila sedikit memancing suaminya itu.“Jelas kamu dong,” gombal Melviano sambil memajukan wajahnya untuk menciium Kaila namun dengan cepat Kaila memundurkan wajahnya.“Mandi sana, kerja yang rajin,” kata Kaila sedikit meledek.“Morning kiss dulu dong,” pinta Melviano sedikit merengek.“Haiiss, enggak mau,” tolak Kaila dengan tegas.Melihat dapat penolakan dari Kaila membuat Melviano sedikit kesal dengan istrinya itu. Pagi-pagi udah bikin badmood aja itu orang. Padahal tuh kalau diciium kadang suka lupa daratan juga Kaila.Dari pada kentang, mending Melviano mandi saja. Setelah itu mengais uang yang banyak buat 17 turunan. Kalau Cuma sampai tujuh turunan udah bia
“Mau pakai pemanasan atau enggak?” tanya Melviano langsung menundukkan Kaila agar kepalanya bersandar di pinggirian ranjang.“Mel, gila kamu, ya,” sergah Kaila langsung.Melviano tersenyum miring, ia akan bersiap-siap untuk menuntaskan hasrat yang sudah lama terpendam ini. Salah siapa tadi menawari diri seperti itu. Kebetulan juga lagi butuh pelampiasan saat ini.“Aku gila karena kamu, Kai,” tukas Melviano tersenyum devil.“Tapi aku tidak mau seperti ini,” tolak Kaila cepat.“Tidak mau?” senyum Melviano menyeringai. “Kalau begitu katakan di mana hape aku dan kamu sering searching apa?” desak Melviano sambil sedikit mengancam.Kaila saat ini rasanya makan buah simalakama, ibarat kata maju kena mundur kena. Dengan menarik napas secara dalam. Namun saat Kaila baru membuka mulutnya langsung disela sama Melviano.“Sudah, ucapanmu tidak bisa ditarik lagi,” s
Di saat mulut Kaila akan menjawab, datang pelayan membawa dua cangkir kopi.“Ini pesanan anda, Nona.” Pelayan itu langsung meletakkan pesanan kopi di meja kemudian pamit pergi.“Terima kasih,” seru Mikaila kepada pelayan itu.Mikaila langsung mengambil kopinya dan menyesap sedikit demi sedikit. Ia kembali meletakkan cangkir kopi itu. Matanya menatap ke arah Kaila yang masih terlihat sangat bocah sekali.“Kika, kamu mau daftar kuliah di mana?” tanya Kaila membuka obrolan dengan adik iparnya yang umurnya jauh lebih tua darinya.“Aku kayaknya ke Universitas Stanford,” jawab Mikaila enteng.Sedangkan Kaila langsung merasa lemas mendadak mendengar kata universitas Stanford itu. Gila aja, itu kuliahannya anak-anak yang otaknya encer semua. Apa kabar dirinya yang otaknya beku begini? Bisa Cuma sampai gerbang doang nanti. Langsung ditendang satpam.“Whoa, keren,” puji Kai
Kaila masih enggak menyangka suaminya pulang kerja jam satu malam masih sempat-sempatnya minta bermain tinju-tinjuan segala. Apa tubuhnya enggak loyo karena tenaga sudah terkuras habis begitu? Gila sih tenaga kaya badak banget, kuat bener.“Kamu udah makan belum, Mel?” tanya Kaila basa-basi aja sih. Urusan makan tuh urusan perut masing-masing. Yang nanggung lapar juga perut masing-masing.“Belum.”“Yaudah makan sana, nanti masuk angin.”“Pengen makan kamu,” ujar Melviano sambil berbalik badan dengan tubuh atasan yang sudah terbuka. Menampilkan tato kebanggaannya selama ini. Tato gambar bintang-bintang.“Haiss, jangan mulai deh.”Melviano mendekat ke arah Kaila, ia menatap dengan tatapan yang sulit untuk dijabarkan saat ini.“Temani aku makan, lapar banget nih,” keluh Melviano memegang perut kotak-kotaknya itu.“Yaudah, ayo.” Kaila langsung menyi
Kaila langsung meloncat dengan cepat dari atas ranjang setelah mengetahui kalau waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.“Gila! Gila! Gila!” teriak Kaila mondar-mandir seperti setrikaan.“Kamu kenapa malahan kayak setrikaan gitu sih,” tukas Melviano mengeryit istrinya yang aneh.“Belum siap-siap, ih,” seru Kaila kesal.“Yaudah sana siap-siap, malahan mondar-mandir nggak jelas,” komentar Melviano melihat Kaila yang masih saja seperti orang linglung.“Haduh, koper di mana, ya?”“Di hidung,” jawab Melviano berjalan ke arah wardrobe.“Hais, lupa semuanya kan ada di wardrobe.”Kaila langsung berlari menyusul Melviano. Akibat sikap buru-burunya itu, Kaila, langsung menyeruduk tubuh kekar Melviano.Dugh.“Astagaaa, KAILA!” geram Melviano yang merasa terkejut.Kaila tak menghiraukan semua ocehan suaminya
ISTANBUL ATATURK AIRPORT.“Oh em ji, oh em ji, gila, gila,” seru Kaila saat menatap nanar layar ponselnya.Kaila nggak menyangka kalau ia akan kalah telak oleh Melviano. Kenapa bisa kalah sih? Padahal Kaila tuh jago banget main onet. Merasa dirinya kalah membuat Kaila cemberut.“Kamu curang, ya, Mel?” tuding Kaila langsung.“Enak aja, gimana bisa curang kalau matamu aja melotot begitu dari tadi,” sanggah Melviano cepat.“Kok aku bisa kalah sih?” dumel Kaila masih belum terima karena kalah.“Namanya juga permainan, pasti akan ada menang dan kalah. Layaknya orang lomba pasti akan ada menang dan kalah, sudah jangan ngedrama karena kalah,” tukas Melviano tegas.“Hehehe, kamu tahu aja kalau aku mau ngedrama sih,” ujar Kaila sambil meringis.“Tahu lah, kebiasaan orang-orang kalau kalah sukanya ngedrama. Mereka kurang berpikiran luas dan terbuka,&rdquo
Pagi ini mereka akan berencana pergi ke daerah kapadokia. Melviano sudah berjanji akan mengajak Kaila melihat balon udara nanti.Dalam perjalanan mereka saling diam, bukan karena mereka berdua berantem atau bagaimana. Melainkan Kaila yang lebih menikmati perjalanan dengan memandangi bangunan yang di lewatinya itu. Mata Kaila selalu berbinar jika melihat bangunan-bangunan yang menurutnya bagus untuk berfoto.“Apa jalanan itu lebih menarik dirimu dari pada suamimu ini?” sindir Melviano yang sedang menyetir. Ia sudah menyewa mobil selama dua minggu full untuk memudahkan kemana ia dan Kaila akan pergi nanti. Saat ini Melviano tengah mendengar suara petunjuk jalan dari gps yang terdapat dalam mobil.“Sebenarnya lebih menarik kamu sih, tapi ... bangunan Turkey lebih indah,” balas Kaila sambil tersenyum lebar.Mereka pun hari ini berjanjian menggunakan oufit warna putih. Melviano lebih mengarah memakai kemeja putih dipadukan dengan celana