“Sudah sampai, Nona,” kata sopir taksi itu memberitahukan Kaila.
“Oh, ini hotelnya?” tanya Kaila memastikan kembali.
“Ya, ini hotel X.”
“Ah, terima kasih,” balas Kaila langsung membayar ongkos taksi.
Saat Kaila turun dari taksi, ia menatap hotel yang terlihat sangat megah ini. Kaila langsung berpikir dalam hatinya. Riki keren banget nyari duit dalam hotel begini, emang dia kerja apaan? Jadi kacung hotel ini?
Kaila tak ingin masuk ke dalam. Lebih baik telepon kembali Riki. Kaila akan menunggu di lobby saja. Ngeri aja kalau udah bawa-bawa nama hotel, bawaan tuh negatif kalau dengar nama hotel.
Baru saja akan menelepon Riki. Orangnya justru nongol sambil menenteng tas hermes yang dibelikan olehnya. Lha, ini orang tasnya dipakai sendiri? Kagak buat cewek yang ditaksir gitu? Benar-benar si Riki. Kudu ditebas kepalanya nih bocah.
“Hai, Kaila,” sapa Riki melihat Kaila yang sedang du
Saat ini perjalanan Kaila sudah sampai di depan gedung pencakar langit. Kaila menatap ke arah belakang untuk melihat laki-laki yang sedang gemar berselfi.Sebelum turun mobil, Kaila, menelepon Melviano terlebih dulu. Apakah meetingnya sudah selesai atau belum.Dalam sering keempat akhirnya panggilan Kaila diangkat juga.“Halo, Mel.”“Iya, Kai. Ada apa?” tanya Melviano dari seberang telepon.“Kamu udah selesai meeting belum?” tanya Kaila memastikan.“Sudah, kenapa?”“Aku mau ke situ.”“Untuk apa?” tanya Melviano heran.“Mau memperlihatkan laki-laki yang bikin kamu cemburu sama kesal.”“Tidak usah!” tolak Melviano tegas. “Lagian aku tidak sudi ketemu laki-laki itu, dan setelah ini kamu jangan ketemu dia lagi. Kamu enggak ngertiin perasaanku banget sih, Kai.”“Kamu cemburu?”“Sud
Pagutan bibir Melviano dan Kaila akhirnya terlepas setelah tadi mereka saling mencumbu satu sama lain.Senyum Kaila merekah saat menatap suaminya itu. Hatinya saat ini benar-benar menghangat."Udah jam makan siang," gumam Kaila masih dengan posisinya.Melviano hanya tersenyum mendengar gumaman dari istri kecilnya itu."Mau makan apa emangnya?" tanya Melviano masih dengan wajahnya yang suka maju untuk mengecup-ngecup bibir tipis milik Kaila."Makan kamu," balas Kaila menggoda."Izzhh, kalau lagi gak kedatangan tamu sudah dari tadi aku makan."Kaila terkekeh menatap suaminya yang tengah menggerutu.Melviano langsung membawa tubuh kecil Kaila untuk berputar-putar sampai Kaila merasakan kepalanya pusing."Mel, sudah. Hentikan, kepalaku pusing," keluh Kaila semakin erat memegang leher Melviano."Ini kamu udah kayak mau nyekik leher lho."Kaila tambah terkekeh. "Turunkan aku," pinta Kaila.Melviano langsun
“Dia nggak sampai nyentuh-nyentuh kamu, kan?” tanya Kaila menatap tajam ke arah MelMel.“Siapa?”“Karyawan yang suka godain kamu itu,” jawab Kaila sambil geregetan sendiri jika membayangkan. Kaila enggak ikhlas lahir batin pokoknya.“Emm ... hanya colek sedikit saja itu,” balas Melviano pura-pura sedikit mendramalisir.“Apah, kurang aja banget sih!” kesal Kaila langsung menghentak-hentakan kakinya dalam lift.“Haaiss, Kai. Nanti ini liftnya rusak, lho.”“Bodoh mamat.”Kaila masih dalam keadaan bete, ia kesal pokoknya sama karyawan wanita yang melintas di depannya ini. rasanya pengin langsung karungin aja.Melviano rasanya senang sekali kali ini, ia berhasil membuat Kaila cemburu seperti itu. Lagian, Melviano anti banget kalau disentuh wanita jika anak buahnya sendiri. Bisa rusak image sebagai BOS. Kalaupun ingin melampiaskan hasratnya, pas
Kaila merasa panik saat Ciripa berlari entah kemana. Kalau keluar mansion tidak mungkin, semua pintu akses keluar sudah ditutup.Kaila berjalan menyusuri ke arah ruang tv, ia melihat ke arah kolong sofa. Siapa tahu Ciripa memang di kolong."Ciripaaaaaaa," panggil Kaila berteriak.Kaila terus mencari keberadaan kucing milik MelMel itu. Kalau sampai hilang bisa diamuk sama MelMel nanti. Meski kelihatannya MelMel seperti menganak tirikan Ciripa tapi suaminya itu sangat peduli dengan keadaan Ciripa."Miiiiooonggg ... miiionggg."Kaila mendengar suara kucing. Dengan cepat Kaila mencari sumber suara milik Ciripa."Ciripa, lu di mana dah," teriak Kaila dengan logat Jakartanya."Mìiiòooongg ... miiongg."Kaila terus mencari dan ternyata, Ciripa sedang terjepit.“Astagaaaa, ciripa ekormu terjepit,” oceh Kaila langsung mengeluarkan ciripa dari celahan jendela.“Makanya, ya, jangan bande
Melviano sudah maju mendekat ke arah Kaila. Mata Kaila hanya mengedip-ngedip saja saat ini. Bola mata hitamnya hanya bisa bergerak ke arah kanan—kiri seperti orang yang tengah bingung.“Ayo, kita rasakan semua rasa yang ada,” ucap Melviano dengan suara serak dan begitu sangat berat.Kaila hanya mampu menelan salivanya susah payah, ini aja hatinya sangat degdegan banget dipepetin deket banget begini sama MelMel. Padahal udah sering menghabiskan malam bersama dan berbagi bibir. Entah, kenapa perasaan gugup dan degdegan selalu ada.“Mel,” cicit Kaila pelan.“Kita coba rasa salad kali ini,” balas Melviano semakin mengunci tubuh Kaila. Tanpa sadar Kaila sudah terlentang di gazebo. Sedangkan Melviano semakin menundukkan tubuhnya ke bawah sampai tak sadar dengan posisi mereka saat ini.Mata mereka saling mengunci, menyiratkan hasrat dikedua bola mata mereka masing-masing. Melviano menempelkan bibirnya
Suara getaran telepon membuat tidur seorang Melviano dan Kaila sedikit terusik. Mereka langsung mengerjapkan matanya untuk melihat siapa yang tengah seenak jidadnya mengganggu waktu istirahatnya ini."Siapa sih," dumel Melviano sambil tangannya terulur untuk meraba-raba mengambil hape.Alisnya mengeryit saat melihat id callernya yang terpampang dengan sangat jelas ini."Halo," gumam Melviano."Jemput aku sekarang juga.""Naik taksi saja," tolak Melviano dengan cepat."Tidak mau. Aku pengin Kakak yang menjemput sekarang," pinta Mikaila sedikit memaksa."Ck," decak Melviano sebal. "Kamu suruh Cris saja menjemputmu," kata Melviano memberitahukan."Aku tidak kenal dengannya."Lha, bego. Mikaila kan memang tidak mengenal Cris. Duh bisa lupa begini sih."Yasudah aku perintahkan Sawyer untuk menjemputmu," tukas Melviano final."Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!"Melviano merasa sangat frustasi kali ini. Adik
“Gimana tadi jemput Mikaila?”“Biasa aja. ““Kenapa biasa aja?” tanya Kaila mendesak.“Ya, enggak ada yang spesial.”“Emang yang spesial apa?” tanya Kaila sedikit memancing suaminya itu.“Jelas kamu dong,” gombal Melviano sambil memajukan wajahnya untuk menciium Kaila namun dengan cepat Kaila memundurkan wajahnya.“Mandi sana, kerja yang rajin,” kata Kaila sedikit meledek.“Morning kiss dulu dong,” pinta Melviano sedikit merengek.“Haiiss, enggak mau,” tolak Kaila dengan tegas.Melihat dapat penolakan dari Kaila membuat Melviano sedikit kesal dengan istrinya itu. Pagi-pagi udah bikin badmood aja itu orang. Padahal tuh kalau diciium kadang suka lupa daratan juga Kaila.Dari pada kentang, mending Melviano mandi saja. Setelah itu mengais uang yang banyak buat 17 turunan. Kalau Cuma sampai tujuh turunan udah bia
“Mau pakai pemanasan atau enggak?” tanya Melviano langsung menundukkan Kaila agar kepalanya bersandar di pinggirian ranjang.“Mel, gila kamu, ya,” sergah Kaila langsung.Melviano tersenyum miring, ia akan bersiap-siap untuk menuntaskan hasrat yang sudah lama terpendam ini. Salah siapa tadi menawari diri seperti itu. Kebetulan juga lagi butuh pelampiasan saat ini.“Aku gila karena kamu, Kai,” tukas Melviano tersenyum devil.“Tapi aku tidak mau seperti ini,” tolak Kaila cepat.“Tidak mau?” senyum Melviano menyeringai. “Kalau begitu katakan di mana hape aku dan kamu sering searching apa?” desak Melviano sambil sedikit mengancam.Kaila saat ini rasanya makan buah simalakama, ibarat kata maju kena mundur kena. Dengan menarik napas secara dalam. Namun saat Kaila baru membuka mulutnya langsung disela sama Melviano.“Sudah, ucapanmu tidak bisa ditarik lagi,” s