“Dia nggak sampai nyentuh-nyentuh kamu, kan?” tanya Kaila menatap tajam ke arah MelMel.
“Siapa?”
“Karyawan yang suka godain kamu itu,” jawab Kaila sambil geregetan sendiri jika membayangkan. Kaila enggak ikhlas lahir batin pokoknya.
“Emm ... hanya colek sedikit saja itu,” balas Melviano pura-pura sedikit mendramalisir.
“Apah, kurang aja banget sih!” kesal Kaila langsung menghentak-hentakan kakinya dalam lift.
“Haaiss, Kai. Nanti ini liftnya rusak, lho.”
“Bodoh mamat.”
Kaila masih dalam keadaan bete, ia kesal pokoknya sama karyawan wanita yang melintas di depannya ini. rasanya pengin langsung karungin aja.
Melviano rasanya senang sekali kali ini, ia berhasil membuat Kaila cemburu seperti itu. Lagian, Melviano anti banget kalau disentuh wanita jika anak buahnya sendiri. Bisa rusak image sebagai BOS. Kalaupun ingin melampiaskan hasratnya, pas
Kaila merasa panik saat Ciripa berlari entah kemana. Kalau keluar mansion tidak mungkin, semua pintu akses keluar sudah ditutup.Kaila berjalan menyusuri ke arah ruang tv, ia melihat ke arah kolong sofa. Siapa tahu Ciripa memang di kolong."Ciripaaaaaaa," panggil Kaila berteriak.Kaila terus mencari keberadaan kucing milik MelMel itu. Kalau sampai hilang bisa diamuk sama MelMel nanti. Meski kelihatannya MelMel seperti menganak tirikan Ciripa tapi suaminya itu sangat peduli dengan keadaan Ciripa."Miiiiooonggg ... miiionggg."Kaila mendengar suara kucing. Dengan cepat Kaila mencari sumber suara milik Ciripa."Ciripa, lu di mana dah," teriak Kaila dengan logat Jakartanya."Mìiiòooongg ... miiongg."Kaila terus mencari dan ternyata, Ciripa sedang terjepit.“Astagaaaa, ciripa ekormu terjepit,” oceh Kaila langsung mengeluarkan ciripa dari celahan jendela.“Makanya, ya, jangan bande
Melviano sudah maju mendekat ke arah Kaila. Mata Kaila hanya mengedip-ngedip saja saat ini. Bola mata hitamnya hanya bisa bergerak ke arah kanan—kiri seperti orang yang tengah bingung.“Ayo, kita rasakan semua rasa yang ada,” ucap Melviano dengan suara serak dan begitu sangat berat.Kaila hanya mampu menelan salivanya susah payah, ini aja hatinya sangat degdegan banget dipepetin deket banget begini sama MelMel. Padahal udah sering menghabiskan malam bersama dan berbagi bibir. Entah, kenapa perasaan gugup dan degdegan selalu ada.“Mel,” cicit Kaila pelan.“Kita coba rasa salad kali ini,” balas Melviano semakin mengunci tubuh Kaila. Tanpa sadar Kaila sudah terlentang di gazebo. Sedangkan Melviano semakin menundukkan tubuhnya ke bawah sampai tak sadar dengan posisi mereka saat ini.Mata mereka saling mengunci, menyiratkan hasrat dikedua bola mata mereka masing-masing. Melviano menempelkan bibirnya
Suara getaran telepon membuat tidur seorang Melviano dan Kaila sedikit terusik. Mereka langsung mengerjapkan matanya untuk melihat siapa yang tengah seenak jidadnya mengganggu waktu istirahatnya ini."Siapa sih," dumel Melviano sambil tangannya terulur untuk meraba-raba mengambil hape.Alisnya mengeryit saat melihat id callernya yang terpampang dengan sangat jelas ini."Halo," gumam Melviano."Jemput aku sekarang juga.""Naik taksi saja," tolak Melviano dengan cepat."Tidak mau. Aku pengin Kakak yang menjemput sekarang," pinta Mikaila sedikit memaksa."Ck," decak Melviano sebal. "Kamu suruh Cris saja menjemputmu," kata Melviano memberitahukan."Aku tidak kenal dengannya."Lha, bego. Mikaila kan memang tidak mengenal Cris. Duh bisa lupa begini sih."Yasudah aku perintahkan Sawyer untuk menjemputmu," tukas Melviano final."Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!"Melviano merasa sangat frustasi kali ini. Adik
“Gimana tadi jemput Mikaila?”“Biasa aja. ““Kenapa biasa aja?” tanya Kaila mendesak.“Ya, enggak ada yang spesial.”“Emang yang spesial apa?” tanya Kaila sedikit memancing suaminya itu.“Jelas kamu dong,” gombal Melviano sambil memajukan wajahnya untuk menciium Kaila namun dengan cepat Kaila memundurkan wajahnya.“Mandi sana, kerja yang rajin,” kata Kaila sedikit meledek.“Morning kiss dulu dong,” pinta Melviano sedikit merengek.“Haiiss, enggak mau,” tolak Kaila dengan tegas.Melihat dapat penolakan dari Kaila membuat Melviano sedikit kesal dengan istrinya itu. Pagi-pagi udah bikin badmood aja itu orang. Padahal tuh kalau diciium kadang suka lupa daratan juga Kaila.Dari pada kentang, mending Melviano mandi saja. Setelah itu mengais uang yang banyak buat 17 turunan. Kalau Cuma sampai tujuh turunan udah bia
“Mau pakai pemanasan atau enggak?” tanya Melviano langsung menundukkan Kaila agar kepalanya bersandar di pinggirian ranjang.“Mel, gila kamu, ya,” sergah Kaila langsung.Melviano tersenyum miring, ia akan bersiap-siap untuk menuntaskan hasrat yang sudah lama terpendam ini. Salah siapa tadi menawari diri seperti itu. Kebetulan juga lagi butuh pelampiasan saat ini.“Aku gila karena kamu, Kai,” tukas Melviano tersenyum devil.“Tapi aku tidak mau seperti ini,” tolak Kaila cepat.“Tidak mau?” senyum Melviano menyeringai. “Kalau begitu katakan di mana hape aku dan kamu sering searching apa?” desak Melviano sambil sedikit mengancam.Kaila saat ini rasanya makan buah simalakama, ibarat kata maju kena mundur kena. Dengan menarik napas secara dalam. Namun saat Kaila baru membuka mulutnya langsung disela sama Melviano.“Sudah, ucapanmu tidak bisa ditarik lagi,” s
Di saat mulut Kaila akan menjawab, datang pelayan membawa dua cangkir kopi.“Ini pesanan anda, Nona.” Pelayan itu langsung meletakkan pesanan kopi di meja kemudian pamit pergi.“Terima kasih,” seru Mikaila kepada pelayan itu.Mikaila langsung mengambil kopinya dan menyesap sedikit demi sedikit. Ia kembali meletakkan cangkir kopi itu. Matanya menatap ke arah Kaila yang masih terlihat sangat bocah sekali.“Kika, kamu mau daftar kuliah di mana?” tanya Kaila membuka obrolan dengan adik iparnya yang umurnya jauh lebih tua darinya.“Aku kayaknya ke Universitas Stanford,” jawab Mikaila enteng.Sedangkan Kaila langsung merasa lemas mendadak mendengar kata universitas Stanford itu. Gila aja, itu kuliahannya anak-anak yang otaknya encer semua. Apa kabar dirinya yang otaknya beku begini? Bisa Cuma sampai gerbang doang nanti. Langsung ditendang satpam.“Whoa, keren,” puji Kai
Kaila masih enggak menyangka suaminya pulang kerja jam satu malam masih sempat-sempatnya minta bermain tinju-tinjuan segala. Apa tubuhnya enggak loyo karena tenaga sudah terkuras habis begitu? Gila sih tenaga kaya badak banget, kuat bener.“Kamu udah makan belum, Mel?” tanya Kaila basa-basi aja sih. Urusan makan tuh urusan perut masing-masing. Yang nanggung lapar juga perut masing-masing.“Belum.”“Yaudah makan sana, nanti masuk angin.”“Pengen makan kamu,” ujar Melviano sambil berbalik badan dengan tubuh atasan yang sudah terbuka. Menampilkan tato kebanggaannya selama ini. Tato gambar bintang-bintang.“Haiss, jangan mulai deh.”Melviano mendekat ke arah Kaila, ia menatap dengan tatapan yang sulit untuk dijabarkan saat ini.“Temani aku makan, lapar banget nih,” keluh Melviano memegang perut kotak-kotaknya itu.“Yaudah, ayo.” Kaila langsung menyi
Kaila langsung meloncat dengan cepat dari atas ranjang setelah mengetahui kalau waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.“Gila! Gila! Gila!” teriak Kaila mondar-mandir seperti setrikaan.“Kamu kenapa malahan kayak setrikaan gitu sih,” tukas Melviano mengeryit istrinya yang aneh.“Belum siap-siap, ih,” seru Kaila kesal.“Yaudah sana siap-siap, malahan mondar-mandir nggak jelas,” komentar Melviano melihat Kaila yang masih saja seperti orang linglung.“Haduh, koper di mana, ya?”“Di hidung,” jawab Melviano berjalan ke arah wardrobe.“Hais, lupa semuanya kan ada di wardrobe.”Kaila langsung berlari menyusul Melviano. Akibat sikap buru-burunya itu, Kaila, langsung menyeruduk tubuh kekar Melviano.Dugh.“Astagaaa, KAILA!” geram Melviano yang merasa terkejut.Kaila tak menghiraukan semua ocehan suaminya