Share

Benih Rahasia Untuk Sang Dosen
Benih Rahasia Untuk Sang Dosen
Author: Inthary

Bab 1 — Dua Milyar?

"BRENGSEK! Siapa suruh kamu lari?" Umpatan kasar itu terdengar dari jauh. Wanita yang mengenakan dress sangat ketat berwarna merah cerah itu berlari sekuat tenaga menghindari tangkapan yang mengarah padanya.

Nafasnya mulai tidak stabil, keringat membanjiri tubuhnya seolah dia bisa saja mati karena kelelahan. Tapi wanita itu tidak mau menyerah. Dia mengambil langkah ke kanan ketika berada di perempatan jalan.

Entah kenapa hari ini tidak ada satupun orang yang melewati jalan tersebut. Padahal hari biasanya pasti ada beberapa kendaraan yang lewat. Apakah sudah nasibnya kalau dia harus ditangkap di tempat sunyi tersebut?

Tidak! Wanita itu tidak akan mau menjadi tempat pelampiasan para lelaki hidung belang meskipun dia dibayar mahal.

Tangisan yang terendam oleh nafas yang memburu tidak lagi terdengar. Entah berapa usapan yang dia lakukan pada wajahnya.

"WOI! JANGAN KABUR! BAPAK KAMU SUDAH MENERIMA UNTUNG DARI MENJUAL KAMU! HEI!" teriakan itu semakin terdengar jelas. Dua orang pria yang menutupi tubuhnya dengan pakaian berwarna hitam, berlari dengan langkah tegap dari mengacungkan tinju ke depan. Padahal tadi mereka hanya pergi sebentar tapi tawanannya berhasil kabur.

"Kalau kita nggak berhasil menangkap dia, bisa-bisa kita yang kena pecat," sungut salah satu dari mereka. Rambut kribonya beterbangan kemana-mana.

"BRENGSEK! Aku juga tahu itu. Makanya lari yang lebih cepat. Badan aja gede tapi nggak ada isinya," sungut yang lain. Mereka saling menyalahkan.

Wanita yang lari terseok-seok akhirnya berhasil menemukan satu kendaraan. Dia menyetop taksi tersebut dan meminta sang sopir untuk melajukannya lebih cepat.

Ketika kendaraan itu sudah berjalan, dia menoleh ke belakang dan mendapati dua orang itu meninju udara kosong. Mereka tampak lebih marah dan melempar umpatan yang tidak lagi terdengar.

Wanita tersebut akhirnya bisa bernafas lega. Keringatnya mulai mengering karena air conditioner mobil yang disetel dalam suhu dingin. Ketika dia bersandar di punggung sofa, sang supir bertanya.

"Mau ke mana, Mbak?"

Wanita itu bingung harus ke mana. Hanya ada satu tempat yang tidak mungkin diketahui orang tuanya. "Kos-kosan Gemilang, Pak."

°°°

"Kiana?" seruan itu terdengar ketika wanita yang memakai dress merah baru turun dari taksi. Dia mendekati, "kamu Kiana kan?"

Wanita yang dipanggil Kiana itu akhirnya mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Aku boleh menginap di sini, Tere?"

Tere mengangguk cepat, "Sudah bayar taksinya apa belum?"

Kiana menggeleng.

"Tunggu sebentar!"

Tere lantas membayar ongkos taksi dan membawa Kiana masuk ke dalam kos miliknya. Dia membawakan minuman dingin untuk sahabat lamanya dan bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa kondisimu begini? Kamu juga nggak masuk kuliah beberapa Minggu. Aku sampai mencari kamu kemana-mana tapi nggak ada satupun teman yang tahu di mana kamu berada."

Kiana menelan habis cairan berwarna bening tersebut lalu menceritakan keadaannya. Dia menangis penuh penyesalan kenapa dia tidak lari saja sebelum dijual.

"Hutang keluargaku sudah sampai angka lima ratus juta, Re. Aku harus jadi wanita malam sampai hutang itu lunas. Aku berhasil kabur tadi dan sampailah aku di sini. Maaf aku merepotkan kamu, Re. Aku tahu kamu juga sedang kesulitan keuangan."

Tere memeluk Kiana dengan sayang. "Tinggallah sesuka kamu. Aku nggak pusing lagi soal uang karena aku punya pekerjaan. Kamu tenangkan diri kamu dulu sebelum memikirkan langkah selanjutnya."

Kiana mengurai pelukannya. "Pekerjaan apa? Apa aku bisa mendaftar di sana? Kamu tahu kan kalau biaya kuliahku sudah membengkak, aku nggak mungkin melanjutkan kuliah tanpa uang. Apalagi sekarang orang tuaku lepas tangan. Mereka pasti marah besar karena aku kabur."

Tere mengerti posisi Kiana tapi dia enggan untuk memberitahukan apa pekerjaannya sekarang. "Kamu pasti nggak akan suka, Ki."

"Maksudnya?"

"Aku ... menyewakan rahimku untuk pasangan suami istri yang nggak bisa punya anak. Sekarang aku mengandung anak mereka."

Seperti mendapat ledakan di kepalanya, Kiana hanya bisa melongo saat mendengar penuturan sahabatnya. "Menyewakan rahim?"

Tere mengangguk. "Ada satu aplikasi rahasia yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Aku mendapatkannya dari seseorang dan mencoba peruntungan di sana. Aku mendapat tawaran tiga ratus juta kalau berhasil melahirkan seorang anak. Tapi aku nggak mau kamu ikut terpuruk denganku, jadi, carilah pekerjaan yang lebih masuk akal."

Kiana tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan uang secara bertahap. Apalagi jika dia tidak segera membayar biaya kuliahnya, perjuangannya selama bertahun-tahun tidak akan ada gunanya.

"Aku mau memikirkannya."

°°°

Kiana membuka aplikasi penyewaan rahim yang diberitahukan oleh Tere dengan perasaan gamang. Awal masuk dia harus menggunakan email aktif dan mengisi data-data seperti tanggal lahir, tempat tinggal, usia, apakah masih perawan atau tidak dan berapa bayaran yang diinginkan.

Kiana berhenti pada laman tersebut. Wanita itu ragu. Dia keluar dari tempat hiburan malam bukan untuk mencari pekerjaan yang tidak lebih baik dari sana.

Kiana yang pintar berhak mendapatkan pekerjaan di luar ekspektasinya. Namun, takdir berbicara lain. Kepintaran bukan satu-satunya hal yang patut dia banggakan. Justru keperawanan bisa dibayar mahal jika dia berhasil menawarkan dirinya dengan harga pantas.

Ya Tuhan, Kiana seperti wanita malam yang berharap mendapat saweran tinggi dari pelanggannya. Apakah cara ini adalah yang terbaik?

Beberapa pesan masuk dari pihak universitas. Mereka menagih uang kuliah yang harus dia bayarkan. Belum lagi uang kos-kosan yang masih menunggak selama tiga bulan. Semua kekurangan itu harus dia selesaikan dalam bulan ini jika tidak ingin harapannya untuk menjadi sarjana sirna.

Wanita dengan bulu mata lentik yang cantik meskipun tanpa maskara itu, akhirnya menekan tombol daftar setelah mengisi beberapa data. Setelah itu dia diminta untuk memposting foto dan juga keinginannya di aplikasi tersebut.

Tere sudah memberikan contoh, dia hanya perlu mengikutinya.

Hai, perkenalkan namaku Kia, 24 tahun. Aku masuk aplikasi ini karena membutuhkan uang untuk biaya kuliahku yang sudah membengkak. Tinggiku 158cm dengan berat badan 55kg. Aku mempunyai rambut kecoklatan, bola mata hitam pekat, sehat, perawan dan cantik. Aku membutuhkan pasangan suami istri yang bersedia memberiku uang 200juta dan serius dengan tawarannya.

Jika kalian membutuhkan jasaku silahkan hubungi di email Kikiakiyo@g***l.com. Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu. Terima kasih.

Kiana masih termangu memandangi laptop milik sahabatnya. Ia masih sempat memeriksa kumpulan kalimat menjijikan tersebut sebelum mengirimnya. Ya Tuhan, dia sudah gila!

°°°

Beberapa hari ini Kiana tidak bersemangat. Belum ada tawaran untuknya. Apakah dia tidak secantik itu sampai mereka tidak menginginkannya? Tapi apa hubungannya dengan kecantikan kalau yang mereka cari hanyalah penyewaan rahim?

Ya Tuhan, baru kali ini Kiana tidak punya malu menjajakan dirinya.

'Ampuni aku, Tuhan! Aku hanya berjuang untuk hidup' batin Kiana.

"Sudahlah jangan dipikirkan! Aku saja kemarin butuh waktu satu bulan untuk mendapatkan tawaran. Aku yakin kamu bisa lebih cepat," ucap Tere meyakinkan sahabatnya.

Kiana yang frustasi hanya bisa pasrah.

Dua hari kemudian dia mendapat email dari aplikasi tersebut. Seseorang menawarkan uang lebih dari yang dia pikirkan. Wanita itu mendelik tajam melihat angka yang tertera di sana.

"Dua Milyar?"

°°°

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status