Beranda / Pernikahan / Benih Rahasia Untuk Sang Dosen / Bab 4 — Siapa Suruh Kamu Menghubungi Teman Kamu?

Share

Bab 4 — Siapa Suruh Kamu Menghubungi Teman Kamu?

Penulis: Inthary
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-01 23:33:47

Kiana mengerut takut. "Bukan begitu, Mbak Glade."

Glade mendengus sebal, "Suami saya sudah melakukan cek kemarin. Tinggal kamu saja. Masuk!"

"Iya, Mbak." Kiana membatin dengan kesal kenapa dia harus menanyakan pria yang jelas-jelas tidak akan berhubungan langsung dengannya itu.

Di dalam ruang praktek tersebut ada seorang wanita yang memakai jas putih dengan hijab berwarna senada tengah duduk. Begitu melihat Kiana, wanita tersebut menyapa dengan ramah.

"Perkenalkan saya dokter Saras yang akan mendampingi anda dan keluarga dari Pak Ghazlan untuk menjalani inseminasi buatan ini. Silakan duduk, Bu Kia," sapa Saras.

Glade lebih dulu duduk disusul oleh Kiana yang tampaknya canggung akibat pertanyaannya tadi.

"Saya Kiana, Dok," ucap Kiana.

"Selamat datang Bu Kiana. Saya akan menjelaskan secara singkat apa prosedur yang akan dilakukan nanti. Tolong didengarkan baik-baik karena saya berharap tidak ada kesalahan ataupun kendala dalam melakukan prosedurnya. Siap, Bu Kia?" tanya Saras.

Kiana mengangguk pelan. "Siap, Dok."

Saras kemudian menjelaskan bahwa sebelum menjalankan inseminasi buatan, Kiana harus menjalani beberapa pemeriksaan kesehatan untuk melihat peluang keberhasilan pembuahan dan memastikan apakah prosedur tersebut dapat dilakukan secara aman dan sesuai dengan kondisi tubuh Kiana.

Jika ada gangguan di dalam rahim Kiana, maka prosedur tersebut tidak bisa dilakukan.

"Jika kondisi tubuh Kia sehat dan normal, kita bisa melanjutkan dengan menyiapkan sampel dari Pak Ghazlan. Nanti kita pilih sampel yang paling baik untuk bisa membuahi. Untuk masalah ini saya sudah menjelaskan pada Pak Ghazlan jadi saya hanya akan menjelaskan secara garis besarnya saja. Kalau boleh saya tahu kapan terakhir anda datang bulan?"

Kiana tidak kesulitan untuk mengingatnya karena dia baru saja mendapatkan datang bulannya. "Satu minggu yang lalu, Dok."

Saras tersenyum simpul, "Itu lebih baik. Setelah hasil pemeriksaan keluar, saya akan memantau dan memperkirakan masa subur Bu Kia. Sampai di sini ada yang ingin ditanyakan?"

Glade menoleh pada Kiana yang tampaknya bisa memahami ucapan dokter. "Gimana, Kia?"

"Saya mengerti, Dok. Apa saya boleh tahu bagaimana proses inseminasi buatan itu sendiri?" tanya Kiana hati-hati.

Senyum Saras mengembang. "Tentu saja boleh. Semua wanita yang akan melakukan inseminasi buatan pasti akan bertanya bagaimana prosesnya. Saya akan jelaskan nanti setelah pemeriksaan awal. Sekarang, silakan ikut dengan perawat lalu kita mulai pemeriksaan awalnya."

Kiana mengangguk pasrah. Secuil rasa takut jika kemungkinan tubuhnya tidak sesehat yang dia kira. Bagaimana kalau ada penyakit yang serius yang membuat Glade membatalkan niatnya? Lalu apakah uang yang ditransfer semalam akan diminta kembali?

Ya Tuhan, Kiana berharap apa yang dia pikirkan tidak terjadi. Dia sangat mengharapkan tubuhnya sehat dan tidak memiliki kekurangan apapun. Dengan begitu, dia akan lebih mudah menjalani hidupnya.

"Mbak, saya pergi dulu," pamit Kiana pada Glade yang belum beranjak dari sana.

"Pergilah! Saya akan ada di sini selama kamu diperiksa."

"Baik, Mbak."

Kiana mengikuti langkah perawat yang mendahuluinya ke sebuah ruangan. Pada umumnya ruangan untuk melakukan pemeriksaan, banyak peralatan yang fungsinya bermacam-macam. Kiana hanya diperintahkan untuk berbaring dan tidak terlalu tegang karena prosesnya tidak akan menyakitkan.

"Kita mulai ya?"

°°°

Glade dan Kiana pulang dengan mobil yang berbeda karena Glade memiliki urusan lain di luar rumah sementara Kiana harus pulang untuk beristirahat.

"Kamu nggak perlu melakukan pekerjaan rumah karena semuanya sudah diurus oleh Anita. Kalau perlu sesuatu minta saja sama Anita sekalipun itu masalah perabotan rumah. Kamu bebas minta apa saja tapi jangan harap kamu bisa menemui suamiku. Paham kamu?" ucap Glade sebelum dia pergi. Jendela mobilnya setengah terbuka untuk memberikan ruang baginya bicara pada Kiana.

Kiana mengangguk dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Iya, Mbak."

"Ya sudah kamu boleh pergi."

"Iya, Mbak. Hati-hati di jalan ya."

Glade hanya mengangguk kecil lalu meminta supirnya untuk melajukan kendaraan.

Kiana menghela napas berat. Setidaknya dia sudah melalui proses awal yang membuahkan hasil baik. Dia tidak menderita penyakit serius dan permasalahan lainnya. Bisa dikatakan dia sehat.

Beruntung karena uang yang diterimanya semalam tidak akan dikembalikan lagi.

"Aku harus mulai membayar ini dan itu," ucap Kiana pada dirinya sendiri.

°°°

Kiana sampai di rumah setelah menghindari macet yang berkepanjangan di jalan Pandawa. Sungguh hari yang melelahkan padahal dia hanya duduk di dalam mobil sembari menunggu kemacetan. Wanita itu kembali disambut baik oleh Anita.

"Mau makan siang apa hari ini, Bu Kia?"

Kiana tidak terlalu memusingkan soal makanan karena dia bukan pemilih. "Apa saja, Mbak."

"Ngomong-ngomong tadi ada pesan dari seorang wanita yang bernama Tere katanya kalau Bu Kia sudah pulang diminta untuk menghubunginya," jelas Anita.

Mata Kiana membulat, "Tere ke sini, Mbak?"

"Iya."

"Disuruh masuk?"

Anita menggeleng, "Tidak. Satpam tidak memperbolehkan masuk karena tidak ada janji dengan tuan dan nyonya."

Mereka berjalan beriringan menuju pintu samping yang selama ini menjadi lorong menuju bangunan yang Kiana tinggali. Untuk beberapa saat dia melihat sekelebat bayangan pria di pintu utama.

Apa mungkin itu Ghazlan?

Kiana berhenti untuk memastikan bahwa pria yang dia lihat benar-benar Ghazlan. Dia hampir mati penasaran ingin mengetahui bagaimana fisik seorang Ghazlan. Oh, tidak, Kiana bukan orang yang memandang fisik seseorang tapi dia hanya penasaran kenapa Glade sampai menyembunyikan keberadaan suaminya.

Kiana sampai harus melongok ke belakang karena posisi pintu utama yang menjorok ke arah ruang tamu. Matanya nyalang melihat kemana-mana.

'Ayolah, muncul!' batin Kiana geram.

"Ehem," suara deheman itu berasal dari Anita. "Apa yang Anda lakukan?"

"Pak Ghazlan ada di rumah, Mbak?" tanya Kiana tanpa mengalihkan pandangannya pada pintu utama. Dia hanya berhasil melihat warna baju yang dikenakan pria itu, selebihnya masih ambigu.

Anita tampaknya tidak senang dengan sikap Kiana. "Bu Kia, tolong dengarkan saya!"

Kiana sontak menoleh, "Iya, Mbak."

"Tolong, apa yang dikatakan Nyonya Glade jangan pernah anda langgar! Meskipun Anda penasaran siapa itu Tuan Ghazlan atau bagaimana rupanya, anda tetap tidak boleh bersikap begini. Setidaknya selama perjanjian itu masih ada, anda wajib menghormatinya. Saya bukannya ingin ikut campur tapi jika Nyonya sudah marah, seisi rumah tidak akan sanggup meredakannya termasuk Tuan Ghazlan," jelas Anita panjang lebar. Glade sudah berpesan padanya untuk memperingatkan Kiana.

Kiana menjadi tidak enak hati. Dia menunduk malu, "Maaf, Mbak. Jujur saya memang penasaran. Mbak Anita tenang saja karena saya tidak akan mengulanginya lagi."

"Baguslah, Bu Kia. Saya sangat senang mendengarnya. Untuk sekarang, saya bisa memahaminya."

Kiana mengiyakan. Mereka kembali berjalan dengan Kiana berada di depan sementara Anita membuntutinya.

'Rupa Pak Ghazlan nggak terlalu penting. Lebih penting aku bisa menyelesaikan semua urusan keuanganku termasuk membayar hutang ayah dan ibu' batinnya senang.

°°°

Glade mendatangi kediaman Kiana dengan wajah tidak bersahabat. Sungguh, apa yang dikatakan Anita benar. Jika Glade marah, semua orang di rumah itu tidak akan sanggup meredakannya.

"Siapa suruh kamu menghubungi teman kamu untuk datang ke rumah ini? Bukannya saya sudah bilang kalau kerahasiaan kamu di rumah ini adalah nomor satu? Kamu mau saya cabut lagi perjanjian ini?"

°°°

Bab terkait

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 5 — Sial! Dia Ketahuan

    Kiana tertegun. Belum pernah dia dimarahi tanpa basa-basi seperti itu apalagi di depan orang lain. "Maaf, Mbak. Saya tidak pernah meminta Tere untuk datang.""Lalu siapa yang memintanya datang? Saya? Jangan berusaha menghindar," tegas Glade. Wanita itu tidak ingin duduk karena kemarahannya sudah mendarah daging. "Sekali lagi kamu berbuat begitu, saya akan membuat kamu menyesal. Jangan pernah berpikir kalau kebaikan saya tidak ada batasnya! Kamu salah, Kiana."Kiana semakin menundukkan kepalanya. Apa dia harus mundur sekarang? Bagaimana kalau dia diminta untuk mengembalikan uang yang sudah dia pakai? Terbersit di benak Kiana untuk menyicil uang yang sempat dia gunakan tapi sepertinya Glade mengetahui apa yang dia pikirkan."Saya tahu kamu sudah memakai uang yang saya berikan. Kalau kamu bisa kembalikan sekarang juga, saya akan mengampuni kamu dan membiarkan kamu pergi. Kecuali kalau kamu nggak mau mengakhiri perjanjian ini, maka bersikaplah yang baik," tegas Glade. Kiana menarik napa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 6 — Tapi Bisakah Kamu Mundur?

    "Siapa?" ulang suara bariton yang belum diketahui siapa orangnya dan bagaimana tampangnya. Pencahayaan yang remang-remang membuat Kiana tidak bisa melihat dengan jelas."Hanya pelayan," ucap Kiana akhirnya. Dia berharap orang itu percaya karena dia tidak memiliki alibi lain sekarang.Terdengar suara langkah kaki mendekat. Kaki yang memakai sepatu mahal karena suara tapak sepatunya sangat halus terdengar di telinga. Entah dari mana datangnya, pria bersuara bariton itu muncul di samping Kiana. Parfum maskulinnya langsung menguar. 'Ini bukan parfum murahan. Dari aromanya saja sudah jelas kalau pria ini orang kaya. Jangan-jangan salah satu tamu di pesta Glade?' batin Kiana menebak."Ngapain di sini?""Mencari angin, Pak. Saya kembali dulu ke tempat saya. Permisi," ucap Kiana. Kalau Glade sampai tahu dia berbuat onar, dia bisa kena masalah lagi. Ya Tuhan, kenapa dia harus datang ke sana? Padahal Anita sudah menyuruhnya untuk diam di rumah."Tunggu sebentar!"Mampus! Kiana berhenti dan be

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 7 — MALING!!

    Mungkin ada seorang malaikat tampan yang turun dari langit karena melihat Kiana yang terharu bahkan untuk sekedar melihat bunga. Pria itu mengerucutkan dahinya, penuh curiga. Tunggu! Kiana menghentikan kebiasaannya untuk melihat dengan seksama wajah orang yang menarik minatnya. Suara pria itu sangat mirip dengan suara pria semalam yang Kiana temui di taman. Apa mungkin?"Ngomong-ngomong saya bicara dengan ranting kering?" ulang pria itu. Posisinya serba salah. Kakinya terinjak, lengannya melebar ke kanan karena takut bersentuhan dengan Kiana, sedangkan tubuh mereka lumayan dekat hampir terhimpit. Kiana baru menyadari bahwa dia salah posisi ketika pria itu memperingatkannya lagi. "Oh, maaf." Refleks dia mundur. Tidak seperti semalam, Kiana malah memandangi mata pria itu. Betapa beruntungnya dia ketika dia berhasil melihat dengan jelas pria itu. Tapi ... siapa dia?"Melamun?" Suara bariton itu menyela. Kiana tergagap, "I-eh-enggak. Saya hanya melihat bunga." Lalu dia menunduk ke ara

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 8 — Apa Yang Bapak Lakukan Di Sini?

    Mengumpulkan orang-orang untuk mendekat tentu saja mudah. Kiana hanya tinggal menunjuk pria itu dengan tampang seakan dia yang paling benar."Dia. Dia malingnya, Mbak! Dia mau ngambil pot bunga ini. Kita harus kasih tahu satpam!" tegas Kiana. Para pelayan itu bukannya membela tapi justru menundukkan kepalanya. Mereka seolah takut untuk menyuarakan isi kepalanya.Pria yang ditunjuk maling hanya bisa geleng-geleng kepala pertanda dia memaklumi tindakan Kiana. Wanita itu pasti tidak tahu apa-apa. "Kembali bekerja!"Sontak semua orang patuh dan berlari ke tempat semula. Mereka tidak berani membantah ataupun membela Kiana. Tinggallah Kiana yang melongo di sana. "Eh, kok pergi?" tukas Kiana kesal.Pria itu menaruh potnya ke tempat awal dan berjalan kembali ke arah Kiana. Sebelum dia bicara, Anita sudah mengambil langkah seribu untuk membawa majikan barunya kembali ke kediamannya. "Ayo, Bu Kia! Saya yang jelaskan!" tukas Anita malu. Dia menundukkan kepalanya pada pria itu dan lagi-lagi me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 9 — Ada Yang Bisa Saya Bantu?

    Hah?"Ma-maksudnya, Pak?" tanya Kiana terbata-bata. Ghazlan menggerakkan gelas ditangannya dengan tidak sabaran, "Katanya mau minum?""Eh, iya," gumam Kiana. Dia terpaksa menerima uluran tersebut dan kemudian menelan isinya sampai habis. Dia masih berkutat dengan pemikirannya. Apa benar suaminya mau menginap di rumah yang dia tinggali sekarang? Apa Glade tidak marah dan memperbolehkannya?"Saya hanya bercanda," tukas Ghazlan kemudian. Dia menyelami kedua mata Kiana, "diantara kita ada kontrak yang harus ditaati. Bagi saya, cinta pertama saya sangatlah berharga dan saya tidak mau menodai hanya karena masalah sepele ini. Kamu bisa tenang sekarang."Masalah sepele? Kiana tidak pernah berpikir bahwa mengandung anak orang lain adalah masalah sepele. Apalagi menjadi istri kedua yang bahkan tidak punya wewenang untuk mendapatkan haknya.Jujur Kiana merasa kesal ketika Ghazlan tidak menghargainya. Namun, dia tidak punya alasan untuk mendebat pria itu. "Jam sepuluh tutor kamu akan datang. Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 10 — Kalau Saya Tiba-tiba Menyukai Suami Mbak?

    "Besok jadwal anda menjalankan proses inseminasi selanjutnya, Bu Kia. Saya sudah mengatur jadwal agar Nyonya Glade bisa ikut ke rumah sakit. Sebelumnya, ada dilarang melakukan pekerjaan apapun di luar rumah. Hanya itu pesan yang ingin saya sampaikan. Silahkan beristirahat kembali." Penjelasan asisten pribadi Glade terlalu cepat untuk dipahami. Kiana belum sempat bertanya sekali lagi tapi wanita itu sudah pergi. Cara jalannya yang santai tapi terlihat terburu-buru menandakan bahwa dia harus segera kembali ke rumah utama. "Selamat, Bu Kia," ucap Anita tanpa pikir panjang."Untuk apa, Mbak?" tanya Kiana yang kemudian berbalik. Wajahnya tidak menunjukkan minat sama sekali. "Selamat karena sebentar lagi usaha Bu Kia berhasil.""Kamu senang karena Mbak Glade akan memiliki anak bukan?" tebak Kiana."Tentu saja. Siapa yang tidak senang? Saya selalu berharap yang terbaik untuk nyonya Glade dan juga Bu Kia." Anita tidak salah. Kiana saja yang terlalu sensitif. Wanita itu akhirnya kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 11 — Gimana Sih?

    Glade tertawa, hampir menggelegar. Dia lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Sembari melihat Kiana dengan tatapan tajam, wanita itu berkata, "Meskipun kamu punya niat busuk sekalipun, suami saya tidak akan pernah terpikat sama kamu. Ingat! Dunia kita berbeda. Kamu hanya sebatas alat, Kiana. Tolong, jangan buat saya tertawa."Kiana terdiam. Mulut tajam Glade yang tidak pernah salah berhasil menyadarkannya. Glade menoleh pada Saras untuk meminta maaf. "Kami memang suka sekali bercanda, Dok. Maaf ya terlalu kebawa suasana."Saras tersenyum maklum. Dia meminta mereka untuk duduk sembari dia menjelaskan langkah selanjutnya. "Saya akan resepkan obat pasca inseminasi. Anda boleh melakukan aktivitas seperti biasa, tidak ada yang perlu dihindari. Biasanya akan terjadi flek ringan selama kurang lebih satu sampai dua hari. Bu Kia tidak perlu cemas karena hal itu wajar. Kalau lebih dari dua hari belum juga reda, Bu Kia bisa langsung datang ke sini.""Apakah peluangnya besar, Dok?

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 12 — Kiana!

    Kiana juga ingin berhasil tapi mau bagaimana lagi? "Maaf, Mbak," ucap Kiana pelan. Dia merasa bersalah, sungguh. Meskipun semua itu bukan salahnya.Glade menatap sinis pada Kiana. Dia paling tidak suka mengulang hal yang sama dua kali. "Lain kali berusahalah!"Hanya tiga kalimat itu yang diucapkan oleh Glade sebelum dia meninggalkan rumah Kiana. Glade berharap banyak pada proses pertama yang mereka lakukan. Selama dua minggu dia seperti orang yang tidak tahu harus melakukan apa. Bahkan kesenangan melihat pria-pria tampan di cafe tidak lagi menggugah hatinya. Glade benar-benar berharap dia berhasil. Namun kenyataannya, hasilnya mengecewakan."Argh, sebal!" umpat Glade. °°°"Mbak," ucap Kiana pada Anita. Mereka masih terdiam di sana, tidak melakukan apapun. "Iya, Bu Kia.""Saya salah ya?" tanya Kiana. "Tentu saja tidak, Bu Kia. Anda tidak punya wewenang untuk mengabulkan keinginan Nyonya Glade. Semuanya terserah pada Tuhan. Anda tidak perlu mencemaskan Nyonya. Nyonya memang sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26

Bab terbaru

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   93 — Kalau Baby G Sampai Diapa-apain Gimana?

    "Apa? Aku tanya sama Kiana bukan kamu!" bentak Ghazlan. Baby G terbangun dan menangis karena teriakan Ghazlan. Pria itu sadar akan kelalaiannya dan meminta maaf pada Kiana.Kiana mengambil alih Baby G. Gerakan cepatnya membuat GhazLan takjub. Kiana sangat cekatan. Tidak terlihat kalau wanita itu belum pernah menangani seorang bayi sekalipun. Ghazlan mendorong istrinya untuk keluar dari sana karena dia tidak ingin mengganggu Kiana. Pria itu langsung mengeluarkan uneg-unegnya."Lihatlah! Kamu memang dewasa tapi kamu nggak sedewasa Kiana. Kamu yang menginginkan dipanggil ibu tapi kenyataannya malah diam waktu Baby G nangis. Kamu sadar nggak sih, Glade? Kamu nggak mau belajar!" sentak Ghazlan kesal. Glade menatap sengit suaminya, "Lalu? Aku harus jadi babysitter gitu? Hei, Mas! Kita bisa membayar jasa babysitter. Ngapain sih susah-susah. Kamu banyak banget berubah sejak Kiana datang ke rumah kita. Kamu nggak pernah mendesakku untuk jadi ibu rumah tangga yang baik. Kamu nggak pernah sek

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 92 — Mas!

    "Babysitter," tegur Glade dari arah kamar. Dia menahan kesal ketika Kiana datang-datang menyebut dirinya ibu. Babysitter yang sejak awal tidak bisa menangani Kiana, hanya melihat mereka dengan bingung."Ratri!" panggil Glade dengan kesal. Ratri berhasil menghampiri Glade, "Iya, Nyonya.""Urus mbaknya Baby G. Saya tidak mau ada rumor yang tersebar nantinya," ucap Glade yang tanpa tedeng aling-aling langsung mengatakan di depan wanita muda tersebut."Iya, Nyonya."Ratri lantas meminta sang babysitter untuk mengikutinya. Sementara Kiana mengambil alih Baby Galang. Baby Galang yang semula rewel tiba-tiba saja berhenti setelah didekap oleh Kiana. Rasa haru menyeruak dalam dada. Kiana menitikkan air matanya tanpa sadar. Wanita itu tidak mengerti kenapa dia harus menangisi keadaan yang membuatnya bahagia. "Jangan mendramatisir keadaan! Baby G hanya merespon karena kamu wanita yang melahirkannya. Setelah dia dewasa, kamu nggak akan pernah menjadi orang terpenting baby G," tukas Glade ketu

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 91 — Ini Ibu, Sayang

    "Mbak Glade?" ucap Kiana dengan mata membulat penuh. "Dari mana mbak Glade tahu rumah saya?"Glade dengan tampang congkaknya langsung duduk di sofa ruang tamu. Sembari melihat-lihat keadaan rumah Kiana, dia mengatakan, "Apa yang saya tidak tahu?"Tere memberi isyarat pada Kiana, apa yang harus dia lakukan? Kiana memintanya untuk pergi karena Glade hanya punya urusan dengannya. Kiana lalu duduk di depan Glade. Dia tidak tahu reaksi apa yang harus dia perlihatkan pada mantan bosnya itu. Sudut bibir Glade terangkat. Entah mencela perumahan milik Kiana yang begitu mungil atau dia mengejek penampilan Kiana yang lebih sering memakai dress longgar. "Saya tidak tahu kalau Mbak Glade penasaran dengan tempat tinggal saya," ucap Kiana membuka pembicaraan."Bukan penasaran. Saya ingin mengajukan penawaran sama kamu. Kamu mau bekerja lagi di rumah saya? Sebagai babysitter Galang. Baby G nangis terus setiap malam dan saya lelah mendengarnya," ucap Glade geram. Dia seolah sedang mengatai anaknya

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   90 — Kerewelan Galang

    "Aku ibunya, Mas. Aku!" tegas Glade tidak bisa terbantahkan lagi. Matanya menatap garang pada suaminya yang tetap ngotot kalau Galang butuh Kiana. "Kamu tahu, Mas. Kalau kamu semakin mempersulit keadaan, aku nggak akan segan-segan membawa Galang pergi dari kamu!"Ghazlan mendesis pelan. "Selalu saja ancaman! Kalau kamu nggak mau aku mengungkit masalah Kiana, sebaiknya kamu cari cara agar Galang mau diam. Kamu ibunya kan? Kasihi dengan baik jangan cuma dilempar sama babysitter.""Oke. Nggak masalah! Aku bisa kok mengatasinya," jawab Glade geram. Dia meninggal sang suami untuk beralih ke kamar bayi mereka. Ruangan yang berada di samping kamar mereka dirubah sedemikian rupa agar Galang bisa nyaman tinggal di sana. Glade juga sudah membayar babysitter yang sudah bersertifikat dan dikelola oleh yayasan agar bisa mengasuh Galang selagi dia pergi. Namun pada kenyataannya, babysitter kondang juga tidak bisa menaklukkan Galang. Ada apa sebenarnya?"Kamu itu saya bayar mahal bukan untuk plonga

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 89 — Dia Butuh Ibunya

    "Dimana?""Satu perumahan denganku, Kia. Harganya lumayan murah dan besar. Kamu bisa tinggal sama keluarga kamu nanti kalau misalkan udah nggak ada masalah lagi. Yuk! Aku udah janji untuk datang hari ini," jelas Tere. Kondisi Tere lebih baik ketimbang Kiana yang tidak bisa move on dari keluarga Ghazlan. Wajar karena orang yang menyewa rahim Tere bukan pasangan yang baru menikah dengan status memiliki segalanya.Kiana berpamitan dengan Munif lebih dulu sebelum dia memutuskan untuk pergi. Kiana jika memasukkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke dalam amplop yang kemudian diserahkan pada wanita yang memiliki hati baik tersebut."Ini terlalu banyak, Nduk," ucap Munif. Hanya menyentuh permukaan luarnya saja dia tahu berapa puluh lembar isinya. "Kamu juga pasti butuh uang ini. Sebaiknya kamu simpan saja untuk keperluan kamu."Kiana menolaknya, "Saya masih punya beberapa simpanan uang, Bu. Bu Munif tenang saja."Munif ingin sekali menolaknya karena dia belum pernah mendapat uang banyak itu

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 88 — Berkemaslah!

    Ghazlan menoleh pada Kiana, lalu beralih pada bayi laki-laki yang berada dalam dekapan Glade. Pria itu tidak bisa memilih. Mereka semua orang yang paling penting dalam hidupnya. Tapi ..."Maaf, Kiana," ucap Ghazlan akhirnya. Dia tidak berani menatap mata Kiana dan memilih untuk membawa bayi mereka pulang ke rumah. Kiana menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit dalam hatinya teramat menyiksa. Terlebih ketika bayi yang dia lahirkan diambil begitu saja. Terlepas dari perjanjian di antara mereka, Kiana hanya berharap mereka punya sedikit perasaan kasihan. "Bu Kia, saya mohon pamit," ucap Anita yang menatap Kiana berkaca-kaca. "Sejujurnya saya masih ingin membantu Bu Kia untuk mengemasi barang-barang tapi Nyonya meminta saya untuk segera menyusul. Saya minta maaf, Bu Kia. Selama saya bekerja dengan ibu, saya bahagia. Saya berharap Bu Kia bisa lebih bahagia dari sekarang dan melanjutkan hidup. Semoga ibu mendapatkan jodoh terbaik dari Tuhan agar bisa menemani Bu Kia. Tolong dimaafkan kalau say

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 87 — PILIH!!!

    Saras tersenyum bijak mendengar ucapan Kiana. "Bu Kia pasti selamat dan bisa melahirkan bayi ini tanpa kekurangan satu apapun. Jadi, semangat ya."Kiana menarik nafas panjang kalau menghembuskannya perlahan sesuai dengan instruksi Saras. Dia membutuhkan Ghazlan tapi kenapa pria itu justru tidak ada di saat dia menginginkannya. Kata orang peran suami adalah hal terpenting yang diinginkan seorang wanita jika melahirkan. Setetes air bening menetes dari kelopak mata sayu tersebut. 'Ayo, Sayang! Kita berjuang sama-sama. Ibu yakin kamu bisa melihat dunia ini. Yang kuat, yang semangat. Sama-sama kita berjuang! Kita tidak perlu siapapun lagi. Ibu janji akan menjadi orang pertama yang memeluk kamu nanti' batin Kiana.°°°Ghazlan berjalan terburu-buru bersama istrinya menyusuri lorong menuju ruang persalinan VVIP yang telah mereka siapkan. Glade sangat tidak sabar untuk menggendong anaknya dan mengatakan pada dunia bahwa dia berhasil mempunyai anak. Berbeda dengan pemikiran Ghazlan yang taku

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 86 — Jika Saya Meninggal Setelah Melahirkan

    "Bu Kia kenapa menangis? Perutnya sakit?" tanya Anita pada Kiana yang tidak ada angin tidak ada hujan terisak pelan. Kiana cepat-cepat menghapus air matanya. "Tidak, Mbak. Saya hanya lelah. Selama di rumah ini saya kan tidak pegang ponsel jadi mata saya agak kacau. Ini saya kembalikan, Mbak. Terimakasih ya.""Bu Kia mau tidur?" Kiana hanya mengangguk dan melangkah pergi. Hatinya sakit. Tuhan menciptakan hati bukan hanya untuk disakiti tapi pada kenyataannya dia selalu yang paling sakit. Keluarganya memperlakukannya dengan buruk dan berusaha untuk membuatnya menjadi anak yang tidak berbakti. Sekarang setelah dia mendapatkan kemudahan dalam keuangan, semuanya juga masih sama. Cinta tidak mau berpihak padanya. Dia harus bagaimana?"Em, jadi ini yang membuat Bu Kia sedih," gumam Anita setelah membuka aplikasi yang terakhir kali dilihat oleh majikannya.°°°H-7 kelahiran junior ...Kiana mengelus perutnya yang semakin aktif bergerak. Terakhir kali dia melakukan USG semuanya normal dan t

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 85 — Katanya Cinta Kok Begini?

    "Apa? Mencintai? Gila kamu, Ghazlan! Glade mau kamu singkirkan?" hardik Viona geram. Wajahnya semakin memerah. Dia tidak terima putri satu-satunya yang dia miliki, disia-siakan oleh Ghazlan. "Keluar kamu! Mama nggak mau melihat menantu yang nggak tahu terimakasih. Selama menikah, Glade tidak pernah berselingkuh dari kamu sekalipun banyak orang yang menyukainya. Tapi apa balasan yang kamu berikan?""Ma, aku nggak akan menceraikan Glade," ujar Ghazlan. Viona menatap sinis menantunya, "Kalau kamu nggak mau menceraikan Glade, mama yang akan paksa dia!""Tapi, Ma," desak Ghazlan."Pergi! Sebelum kamu meninggalkan wanita itu, mama nggak akan mau menerima kamu!" Viona tidak benar-benar serius dengan ucapannya karena Ghazlan adalah menantu potensial yang tidak bisa dia tinggalkan. Enak saja kalau Kiana berhasil mendapatkannya. Kehidupan wanita itu akan mujur selama sisa hidupnya. 'Mama terpaksa begini supaya kamu bisa memutuskan wanita nggak jelas itu. Kalau nggak begini, kamu pasti akan l

DMCA.com Protection Status