Share

Bab 3

Penulis: Dewita
Tiba-tiba dihantam fakta bahwa aku sudah bersuami membuatku hanya berbaring di ranjang tanpa bisa terlelap. Akhirnya, aku memutuskan untuk menelepon sahabatku, Teresia.

Aku tidak menghubunginya sebelum ini karena aku tidak ingin dia tahu bahwa aku terluka parah dan membuatnya khawatir padaku. Aku juga lega dia tidak menghubungiku. Jika tidak, dia pasti akan tahu tentang luka-lukaku.

Namun, begitu panggilan tersambung, aku tetap tidak bisa menahan diri untuk berkata dengan nada sebal, "Tega banget, karena aku nggak menghubungimu, kamu juga nggak berinisiatif menghubungiku selama ini?"

Sudah dua bulan lebih berlalu. Selain tidak meneleponku, Teresia juga tidak pernah mengirimiku SMS atau pesan WhatsApp. Benar-benar tidak berperasaan!

Kukira Teresia akan buru-buru menjelaskan bahwa dia pergi melakukan penelitian ke suatu tempat antah-berantah, jadi ponselnya tidak memiliki sinyal atau semacamnya. Siapa sangka, yang kudengar hanya keheningan di ujung telepon.

Setelah beberapa saat, Teresia baru berkata, "Luna, kita sudah putus hubungan. Kamu lupa?"

Aku terbelalak kaget. Kata-katanya bahkan lebih mengejutkan dari fakta bahwa aku tiba-tiba punya suami. Aku tidak bisa percaya!

Teresia adalah sahabat terbaikku. Kalaupun harus mengorbankan nyawaku sendiri, aku tidak akan pernah memutuskan hubungan persahabatan kami dan mencampakkan sahabatku itu!

Bagaimana mungkin kami bisa putus hubungan? Aku sama sekali tidak bisa percaya bahwa kami sudah tidak bersahabat!

Namun, Teresia berkata bahwa kami memang sudah putus hubungan. Steven-lah yang menjadi alasan keretakan persahabatan kami.

Menurut Teresia, pernikahanku dan Steven bukanlah pernikahan bisnis tanpa cinta. Sebaliknya, aku mencintai Steven sepenuh hatiku. Aku rela mengorbankan apa pun untuknya, tanpa memedulikan harga diriku.

Bahkan kata budak cinta pun tidak cukup untuk menggambarkan betapa mengenaskannya aku. Mungkin wanita paling menyedihkan yang otaknya diracuni cinta sekalipun akan memanggilku master.

Ketika aku tahu bahwa Steven tidak benar-benar mencintaiku, bahwa dia menikahiku hanya untuk mendapatkan kekuasaan, bahwa yang dicintainya sebenarnya adalah Sierra, adik angkatku, aku tetap tidak rela melepasnya. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti dan mempermalukanku demi Sierra, pujaan hati yang dicintainya, tetapi tidak bisa dimilikinya.

Aku mencoba berbagai cara, bahkan sampai menyakiti diri sendiri hanya demi mendapatkannya kembali.

Aku menjadi bahan lelucon semua orang di dalam lingkaran sosialku. Setiap hari, mereka bertaruh cara ekstrem apa lagi yang akan dilakukan aku, istri yang tidak dicintai ini, supaya tidak dicampakkan.

Teresia membujukku meninggalkan bajingan itu. Namun, demi bajingan itu, aku justru meninggalkan dia, sahabat terbaikku.

Aku terdiam cukup lama setelah mendengarkan cerita Teresia. Aku merasa bahwa orang yang diceritakannya itu sama sekali bukan aku. Seorang Luna tidak mungkin mencintai seseorang tanpa memedulikan harga diri dan dengan cara yang begitu mengenaskan.

Aku lebih tidak mungkin lagi meninggalkan sahabatku hanya demi seorang pria. Namun ....

Teresia meminta agar aku tidak meneleponnya lagi. Dia tidak ingin mendengar suaraku lagi. Dia juga tidak ingin tahu apa pun tentang aku dan Steven. Apa pun yang terjadi padaku sekarang, dia bilang aku pantas mendapatkannya. Dia menyuruhku berhenti mengganggunya.

Aku dan Teresia sudah lama berteman dan melewati banyak hal bersama. Jika aku tidak benar-benar mengecewakannya, dia tidak mungkin bicara seperti ini padaku.

Seberapa besar pun keinginanku untuk menyangkal diri pernah mencintai seseorang dengan cara yang begitu menyedihkan, fakta di depan mata memaksaku untuk memercayainya.

Meskipun kata-kata Teresia sangat kejam, sebelum menutup telepon, dia tidak bisa menahan diri untuk menanyakan apa masalahku dan apakah aku membutuhkan bantuannya. Demi masa lalu kami, dia berkata bisa membantuku untuk terakhir kalinya. Teresia memang berlidah tajam, tetapi hatinya paling lembut sedunia.

Setelah memutus telepon dengannya, aku berbaring di ranjang, makin tidak bisa tidur.

....

Aku memulihkan diri selama sebulan lebih lagi di rumah sakit sebelum akhirnya diizinkan keluar. Pada hari aku keluar dari rumah sakit, kakakku datang menjemputku.

"Jangan salahkan Kakak, Ayah, dan Ibu karena nggak datang menjengukmu. Kamu tahu sendiri, sejak kecil tubuh Rara sudah rapuh. Kejadian itu membuatnya ketakutan. Dia juga masuk angin dan mimpi buruk. Ayah dan Ibu nggak bisa meninggalkan dia," ucap kakakku.

Kakakku melanjutkan lagi, "Kakak juga baru mengambil alih perusahaan. Kamu juga tahu, masih banyak pemegang saham yang belum menerima Kakak. Setiap hari Kakak selalu sibuk dan lelah. Kakak benar-benar ingin meluangkan waktu untuk datang, tapi ...."

Aku menurunkan pandangan dan tersenyum tipis, lalu menyelanya, "Ya, aku tahu. Kakak sudah bekerja keras."

Aku jelas-jelas mengiakan kata-katanya dan sama sekali tidak bermaksud menyalahkannya. Namun, entah mengapa kakakku tiba-tiba jadi jengkel. Dia berucap, "Kalau kamu nggak senang, bilang saja terus terang. Nggak usah menyindir!"

Aku terdiam.

Kakakku melanjutkan, "Ya, kami nggak datang menjengukmu, tapi memangnya kamu nggak bersalah? Apa kamu nggak bisa introspeksi diri? Hanya karena luka ringan, kamu dirawat selama tiga bulan lebih di rumah sakit. Nggak ada orang yang lebih pintar berulah daripada kamu!"

"Pantas saja Ayah dan Ibu lebih menyukai Rara daripada putri kandung mereka sendiri. Kalau kamu nggak berubah, seumur hidup nggak akan ada yang akan menyukaimu!" tandasnya.

Setelah dicaci sedemikian rupa, aku benar-benar kehilangan kata-kata. Yang bisa kulakukan hanyalah tertawa.

Kakakku tercinta sepertinya lupa bahwa sejak kecil aku benci pergi ke rumah sakit. Saat aku masih kecil dan jatuh sakit, dia harus membujukku mati-matian agar aku mau pergi berobat. Jika aku bisa keluar rumah sakit secepatnya, aku tidak mungkin menunda semenit lebih lama.

Lagi pula, aku tidak punya modal untuk berbuat onar. Kalaupun aku punya dan memang ingin berulah, aku tidak mungkin memilih cara dengan tinggal selama ini di rumah sakit.

"Saat kamu bersantai-santai di rumah sakit, aku sibuk bekerja. Perusahaan butuh campur tanganku dalam segala hal, Ayah dan Ibu juga ...," ucap kakakku lagi.

Kakakku terus menyalahkanku sambil membenarkan sikapnya sendiri. Setelah lelah menyalahkanku, dia akhirnya berkata dengan frustrasi, "Sudahlah, siapa suruh aku adalah kakakmu. Biar seburuk apa pun temperamenmu, aku nggak bisa membencimu."

"Ingatlah bagaimana Kakak memanjakanmu saat kamu kecil. Di dunia ini, hanya Kakak satu-satunya yang sebaik ini padamu!" tambahnya.

Aku menatap kakakku. Saat mengingat kisah masa kecilku, hatiku serasa dihantam sakit yang tajam.

Dahulu kakakku memang sangat baik padaku. Hanya saja, segala sesuatu berubah setelah orang tuaku mengadopsi Sierra yang kehilangan kedua orang tuanya.

Tubuhku masih sangat lemah karena baru keluar dari rumah sakit. Tidak lama setelah masuk ke dalam mobil, aku terlelap.

Saat kakakku membangunkanku, aku memandang pemandangan di luar jendela dengan bingung. Aku tertegun untuk sesaat sebelum lamunanku buyar oleh desakan tidak sabar kakakku.

"Kak, sepertinya ini bukan ...." Sepertinya ini bukan tempat tinggalku.

Sebelum aku selesai bicara, kakakku sudah menarikku turun dari mobil. "Ayo, kamu sudah sembunyi tiga bulan lebih. Sudah saatnya kamu minta maaf pada Sierra," ucapnya.

Aku terdiam. Pantas saja kakakku yang sibuk ini menyempatkan diri untuk menjemputku di rumah sakit. Pasti tidak mudah baginya untuk berpura-pura perhatian dengan berkata dia datang buat menjemputku.

Tanpa menunggu jawabanku, kakakku berkata lagi, "Gara-gara kamu membuat Rara ikut diculik bersamamu, dia jadi masuk angin seminggu lebih. Kamu harus minta maaf padanya."

Aku tidak ingin minta maaf. Biarpun ada beberapa hal yang kulupakan, aku masih mengingat interaksi antara Sierra dan para penculik itu. Masih ada banyak hal yang harus kuselidiki.

Namun, tubuhku belum benar-benar pulih. Ditarik secara pelan saja sudah sangat menyakitiku, jadi aku tidak berani melawan dan terpaksa mengikutinya.

Kala kami tiba di ruang VIP bar, suasana di dalam sudah ramai. Sekelompok orang sedang mengelilingi sepasang pria dan wanita, mendorong mereka untuk berciuman.

"Cium! Cium! Cium!"

Aku terbawa atmosfer meriah itu dan tanpa sadar bertepuk tangan dan bersorak, ikut mendorong keduanya berciuman. Mungkin karena suaraku cukup lantang, ruang VIP yang tadinya ramai tiba-tiba menjadi hening.

Tatapan semua orang tiba-tiba tertuju padaku. Aku jadi merasa sedikit canggung di bawah tatapan mereka.

"Jangan menatapku begitu, kalian lanjut saja! Sama seperti kalian, kurasa mereka memang cocok banget!" kataku sambil menatap pria yang dikelilingi orang-orang di tengah, suami sahku.

"Jangan pedulikan aku, kalian ciuman saja! Aku datang untuk memberikan restuku pada kalian berdua!" tambahku.

Bab terkait

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 4

    Selama satu bulan lebih terakhir pemulihan diri di rumah sakit, aku tidak diam saja. Aku menyuruh orang menyelidiki segala sesuatu tentangku, suami sahku, dan Sierra.Ternyata aku dan Steven menikah atas dasar cinta. Setidaknya, aku selalu berpikir aku menikah karena cinta.Demi pria ini, aku mengorbankan segala sesuatu untuk membantunya merintis bisnis. Aku bahkan rela meninggalkan studiku dan menjadi ibu rumah tangga agar bisa menjaganya secara lebih maksimal.Siapa sangka, ternyata Steven hanya memanfaatkan perasaanku demi keuntungannya. Wanita yang sebenarnya dia cintai adalah adik angkatku, Sierra.Setelah Sierra kembali ... semuanya berporos padanya. Pada hari ulang tahun pernikahan kami, Steven menemani Sierra melihat aurora di Kutub Utara. Pada hari ulang tahunku, dia menemani Sierra menikmati bunga sakura yang romantis di Takya.Pada Hari Kasih Sayang, Steven memberi Sierra mawar merah yang memenuhi satu vila dan cincin berlian besar. Sementara itu, dia hanya memberiku barang

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 5

    Semua orang seketika mengecamku tak berperasaan. Di tengah cemooh semua orang, aku melihat tatapan puas dan penuh provokasi Sierra. Semenjak wanita itu datang ke rumahku, aku terus-menerus kalah oleh kebaikan hatinya yang rapuh itu.Sierra adalah orang yang tidak pernah ragu melukai dirinya sendiri. Seperti ketika dia mencengkeram tanganku dan membuat seolah-olah aku mendorongnya dari tangga untuk memfitnahku tidak menyukainya. Akibatnya, dia luka parah dan harus dirawat selama sebulan lebih di rumah sakit.Mendengar kata-kataku, Sierra menyunggingkan senyum lembut dan pedih, lalu menekan pisau itu ke lehernya sendiri.Jika Steven tidak bergerak cepat dan merebut pisau itu tepat waktu, mungkin darahnya sudah berceceran di lantai. Kadang-kadang, aku benar-benar mengagumi keberaniannya.....Meskipun Steven bergerak cukup cepat sehingga Sierra tidak terluka berat, pisau tajam itu masih sedikit menggores kulitnya. Luka kecil yang akan sembuh dengan berobat sebentar ke rumah sakit itu suda

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 6

    Ibuku yang masih ingin mengatakan sesuatu sontak tertegun saat mendengar kata-kataku. Tampaknya dia tidak menyangka aku akan setuju secepat ini. Ayahku yang siap untuk meledakkan amarahnya juga ikut tercengang.Bagaimanapun, dahulu aku terlalu keras kepala. Sekalipun mereka memukuliku hingga mati, aku tidak akan pernah mau bercerai.Tanpa menunggu mereka sadar dari keterkejutan, aku berkata lagi, "Tubuhku belum sembuh benar, aku nggak ingin bergerak. Aku nggak akan ikut kalian minta maaf. Setelah Steven selesai menyusun surat cerai, minta pengacaranya datang menemuiku."Usai berkata begitu, aku menarik selimut dan berbaring.Selimut yang basah menjadi menyesakkan dan membuatku kesulitan bernapas. Namun, itu lebih baik daripada melihat wajah gembira yang pasti akan segera terlihat di wajah orang tuaku.Orang tuaku masih cukup memahamiku. Mereka memang masih sulit percaya bahwa aku akan langsung setuju untuk bercerai. Namun, setelah rasa terkejut mereka pudar, mereka sadar aku tidak seda

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 7

    Aku terkejut dan secara naluriah mundur beberapa langkah. Kupikir, dia hanya pura-pura mabuk dan berencana melakukan sesuatu yang tidak baik padaku. Namun, ternyata dia bahkan lebih berbahaya daripada sekadar berpura-pura mabuk."Sayang, aku pulang ...." Steven berdiri dengan tubuh terhuyung-huyung, lalu menerjang ke arahku. Dia bertubuh tinggi dan kuat. Kalau benar-benar menabrakku hingga jatuh, mungkin nyawaku sungguh tak bisa diselamatkan lagi.Aku ketakutan dan buru-buru menghindar ke samping. Berhubung tidak mengenai sasaran, tubuh besarnya jatuh terjerembap ke lantai dengan suara yang begitu keras, hingga lantai pun ikut bergetar sejenak."Sayang ...." Sepertinya Steven tidak menyangka aku akan menghindar. Tatapannya yang penuh rasa terluka dan kecewa tertuju padaku.Tatapan itu seperti seorang anak kecil yang dengan penuh kebahagiaan ingin berlari ke arah orang yang paling disukainya dan paling dipercayainya, tetapi justru didorong menjauh. Melihatnya seperti ini, aku hampir saj

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 8

    Steven membalas, "Luna, aku sudah berkali-kali bilang, nggak ada apa-apa di antara aku dan Rara! Hubungan kami bukan seperti yang kamu pikirkan. Jangan gunakan perceraian untuk mengancamku. Meskipun kamu terus mengancam, aku tetap nggak akan mengirimnya ke luar negeri!"Aku pikir Steven akhirnya sadar bahwa aku benar-benar ingin bercerai dengannya. Namun ternyata, dia malah menganggapku hanya sedang marah dan menggunakan perceraian sebagai ancaman.Berhadapan dengan seseorang yang tidak bisa diajak bicara dengan masuk akal seperti ini sungguh membuatku frustrasi.Aku menatapnya dengan sangat serius, lalu menegaskan lagi dan lagi, "Steven, aku nggak marah dan bukan sedang mengancammu dengan perceraian. Aku sama sekali nggak berniat menyuruhmu mengirim Sierra ke luar negeri.""Aku sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati sangat berharap kalian bisa bersama. Kalau saja aku bisa merobek dadaku dan menunjukkan isi hatiku padamu, aku benar-benar ingin melakukannya supaya kamu bisa melihat bet

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 9

    "Nggak apa-apa, cuma luka kecil." Steven menarik kembali tangannya dan menjaga jarak dari Sierra.Sekilas ada kilatan dingin di mata Sierra, tetapi segera menghilang. Saat dia menatap Steven lagi, ekspresinya kembali lembut dan penuh perhatian. Dia berucap, "Kak Steven, cepatlah pergi membalut lukamu dulu."Steven menolak, "Nggak perlu, aku akan membawamu menemui profesor dulu."Saat orang tua Luna melihat bagaimana Steven begitu peduli pada Sierra, bahkan sampai mengabaikan lukanya sendiri demi mengurusnya, mereka hanya bisa menghela napas.Kalau bukan karena kejadian itu, kalau saja Steven sudah bercerai, bukankah dia dan Sierra bisa bersama dengan bahagia? Sayangnya ....Saat mengingat bahwa semua ini adalah kesalahan Luna, mereka makin tidak bisa menyukai putri kandung mereka sendiri.....Makin memikirkannya, ibuku menjadi makin emosi. Dia langsung meneleponku dan memarahi, "Lenora, kamu sengaja, 'kan? Kamu pasti tahu bahwa Steven masih belum bisa melewati rintangan di hatinya, ma

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 10

    Saat malam tiba, suasana di klub makin ramai. Lampu berwarna-warni terlihat berkelip-kelip, musik berdentum keras, dan kemewahan terpancar di setiap sudut.Saat Edgar membawa kliennya menuju ruangan VIP untuk membicarakan bisnis, langkahnya tiba-tiba terhenti. Dia meminta asistennya untuk lebih dulu mengantarkan klien, sementara dirinya berbelok ke ruangan VIP sebelah. Setelah berbasa-basi sebentar, pandangannya beralih ke Steven.Edgar segera bertanya, "Kak Steven, bukankah hari ini ulang tahun ke-70 Nenek Monika?"Kenapa Steven tidak menghadiri perayaan itu, malah duduk di sini minum-minum? Namun, Steven tidak menjawab. Dia hanya mengambil gelas di atas meja dan meneguk isinya dalam sekali tegukan.Edgar bertanya lagi, "Masih marah pada istrimu? Yang benar saja. Di saat seperti ini, kenapa dia nggak coba menenangkanmu? Hari ini, ulang tahun ke-70 neneknya lho. Kalau kamu nggak hadir bersamanya, kira-kira berapa banyak orang yang akan mentertawakannya?"Sorot mata Steven menjadi makin

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 11

    Dulu, aku menjadi rendah diri dan penakut karena ketidaksukaan Steven. Namun alasan utamaku tidak pernah melawan mereka adalah karena aku berpikir, sesama wanita tidak perlu saling menyulitkan.Nyatanya, sikap mengalahku tidak mempermudah hidupku, melainkan hanya membuat mereka makin semena-mena. Setiap kali, aku selalu menjadi sasaran penghinaan mereka. Kalau begitu, lebih baik aku menghadapi mereka secara langsung saja.Helen dan Shania adalah teman dekat dari Dania. Setelah kebingungan sesaat, Dania segera memasang ekspresi berwibawa dan mulai menegurku, "Luna, apa-apaan cara bicaramu ini?"Aku menatapnya dengan tenang, lalu membalas sambil tersenyum, "Jangan buru-buru, Bibi. Aku belum selesai. Kalau aku ini ayam tua mandul, lalu Steven itu apa? Gimana dengan dirimu?"Aku melanjutkan, "Lagian daripada menyalahkanku karena nggak bisa melahirkan anak, kenapa nggak membawa keponakan kesayanganmu itu untuk diperiksa dulu? Siapa tahu, justru dia yang bermasalah?""Apalagi, Keluarga Sunar

Bab terbaru

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 50

    "Sayang." Steven akhirnya sadar dan langsung melangkah ke arahku.Namun, saat dia melewati Sierra, Sierra yang awalnya berdiri dengan baik, tiba-tiba melemas dan jatuh.Ekspresi Steven sontak berubah drastis. Dia buru-buru menangkap Sierra, sepenuhnya melupakan keberadaanku.Di sudut yang tak terlihat oleh Steven, Sierra melirikku dengan senyuman penuh provokasi. Aku membalas dengan senyuman santai.Aku tidak takut dia punya trik, justru takut sebaliknya. Aku masih berharap dia bisa membantuku mempercepat perceraianku!Melihat Sierra pingsan, Yunita langsung maju. "Kak Rara, kamu kenapa? Kamu sampai jatuh sakit karena Luna mau merebut barangmu?"Usai berkata demikian, dia menangis sambil menatap Steven. "Kak, kamu selalu meminta kami mengalah pada Luna dan kami menurut! Tapi, dia keterlaluan sekali! Dia tahu betapa berharganya desain Master Tex bagi Kak Rara, tapi tetap bersikeras merebut! Kak Rara marah sampai sakit!""Dia ingin Kak Rara mati!"Di dalam pelukan Steven, Sierra berucap

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 49

    Teresia mengacungkan jempol padaku. "Keren!"Aku tahu dia sedang memujiku. Aku tidak lupa pada siapa pun, kecuali Steven. Itu benar, aku melupakannya dengan sangat sempurna!"Oke, jangan bahas bajingan itu lagi. Hari ini ulang tahunmu, kita harus merayakannya dengan baik!"Hari ini, aku akan memanjakan Teresia seperti seorang tuan putri yang paling bahagia di dunia ini!Aku merangkul Teresia. Begitu mengambil satu langkah ke depan, tiba-tiba terdengar suara keras di belakang. Sebuah benda berat menghantam lantai!Kami spontan menoleh. Sebuah pot bunga besar jatuh tepat di tempat kami berdiri barusan. Pot itu langsung hancur berkeping-keping.Wajah kami seketika pucat pasi. Entah bagaimana jika kami terlambat sedetik. Dengan ukuran dan berat seperti itu, jika pot itu mengenai kepala kami, yang pecah bukan hanya potnya, tetapi juga kepala kami!Teresia tersadar dari keterkejutannya. Dia langsung menengadah, siap memaki ke arah atas. Namun, sebelum sempat berteriak, tampak dua anak kecil

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 48

    Wajah Steven seketika memucat. Dia akhirnya teringat, orang yang suka kacang itu adalah Sierra.Wati sungguh kehabisan kata-kata melihat situasi ini. Saat menyiapkan bahan untuk roti, dia sempat mengatakan bahwa kacangnya terlalu banyak. Dia sendiri tidak pernah melihat Luna makan kacang, jadi dia menduga bahwa Luna tidak menyukainya.Namun, Steven malah berkata dengan yakin bahwa istrinya paling suka kacang. Ketika melihat keyakinannya, Wati pun percaya. Dia bahkan sempat berpikir akan membuatkan lebih banyak makanan yang mengandung kacang mulai sekarang.Alhasil, nyonyanya ini bukan hanya tidak suka kacang, bahkan alergi berat terhadap kacang. Ini ... sungguh keterlaluan.Sebagai seorang suami, Steven bukan hanya tidak tahu bahwa istrinya alergi kacang, tetapi malah mengira kacang adalah makanan favoritnya.Bukan hanya sang istri yang merasa kecewa, bahkan Wati yang hanya seorang pelayan juga merasa demikian. Tuannya ini benar-benar ....Wati melirik Steven sekilas. Untuk sesaat, dia

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 47

    Awalnya, Wati menyarankan untuk memasak telur tomat. Dia pikir, hanya perlu memotong tomat lalu menggorengnya dengan telur. Asalkan tidak terlalu asin atau hambar, rasanya bisa diterima.Siapa sangka, Steven, pria cerdas dan berbakat, raja di dunia bisnis, sosok luar biasa yang disebut sebagai genius langka, ternyata bahkan tidak bisa memasak telur tomat yang sesimpel itu. Hasilnya sampai tidak bisa dimakan!Melihat itu, Wati langsung menyerah dan menyuruhnya mencoba masakan lain. Mengingat nyonya mereka suka makan roti dan membuat roti dengan mesin adalah hal yang paling simpel, dia pun menyarankan Steven membuat roti. Cukup memasukkan bahan, menekan tombol, lalu roti akan matang.Yang penting punya tangan. Apalagi, roti sangat cocok untuk sarapan. Makanya, Wati memberinya saran seperti itu.Dengan bimbingan Wati, takaran bahan pun pas, dan hasilnya roti matang tanpa kesalahan, bahkan terlihat sangat menggugah selera."Sayang, ayo coba ini. Bukankah kamu paling suka kacang?" Steven me

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 46

    Aku ingin mengatakan bahwa dia sangat menjijikkan. Namun, dalam kondisiku sekarang, aku tidak bisa membuang energi untuk berdebat dengan seorang pemabuk. Jadi, aku berkata, "Lepaskan aku dulu. Aku nggak nyaman dipeluk begini."Mendengar itu, Steven sedikit mengendurkan pelukannya, tetapi tidak melepaskanku sepenuhnya.Aku melanjutkan, "Kamu bilang kamu nggak akan seperti dulu lagi. Kalau begitu, tunjukkan ketulusanmu. Kamu nggak bisa mengharapkanku memaafkanmu hanya dengan satu kata maaf setelah kamu menyakitiku begitu dalam dan melihatku hampir mati tanpa melakukan apa-apa."Aku bisa mendengar sedikit rasa bersalah dalam suaranya tentang insiden aku tenggelam. Jadi, aku sengaja mengungkitnya untuk membuat rasa bersalah itu semakin besar.Benar saja, lengannya yang memelukku menegang beberapa saat."Lepaskan aku dulu. Sekarang sudah sangat larut, aku ingin tidur. Kalau kamu benar-benar bisa menunjukkan perubahanmu, mungkin suatu hari aku bisa melupakan luka ini."Meskipun sedang menena

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 45

    Steven si berengsek itu memang tidak menganggapku sebagai istri. Namun, dia sangat antusias dengan urusan ranjang.Ini jelas perilaku bajingan kelas kakap. Namun, dulu aku malah menganggap ini sebagai bukti cintanya. Aku berpikir, jika dia tidak mencintaiku dan sudah muak denganku, dia pasti tidak akan menyentuhku, apalagi begitu terobsesi denganku.Wanita hanya akan menyerahkan dirinya pada pria yang mereka cintai. Setelah tidak mencintai, disentuh sedikit pun akan terasa menjijikkan.Namun, pria tidak begitu. Bagi mereka, nafsu dan cinta adalah dua hal yang sangat berbeda. Pria yang suka tidur denganmu tidak berarti mencintaimu.Setelah mengalami cedera dan sadar kembali, aku harus minum obat tidur setiap hari supaya bisa tidur. Namun, di rumah ini, aku tidak berani minum obat. Sekalipun pintu dikunci, aku tetap tidak berani.Jadi, aku hanya bisa memejamkan mata, bertahan sampai pukul 2 dini hari, tetapi tetap tidak bisa tidur. Aku mulai menghitung domba, satu ... dua ... tiga ....A

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 44

    Dia bilang aku berpikiran kotor, jadi melihat segalanya dengan cara yang kotor. Dia bilang aku picik, jadi tidak bisa menerima orang lain. Yang dia bela itu adalah adikku, penyelamat hidupnya! Bagaimana mungkin aku berpikir buruk tentangnya?Menghadapi ejekanku, Steven tidak bisa berkata-kata lagi. Dia sangat tahu bagaimana dia menjawab pertanyaanku dulu, berkali-kali.Setelah beberapa saat, dia menarik dasinya dengan frustrasi dan melemparkannya ke sofa. "Luna, kamu dan aku berbeda!""Apa yang berbeda? Karena aku benar-benar bersyukur atas orang yang menyelamatkan hidupku, sementara kamu memanfaatkan alasan itu untuk mengontrolku, menyiksaku, dan membuatku gila?"Steven tahu bahwa pria dan wanita seharusnya menjaga jarak dan memiliki batasan. Dia tahu bahwa banyak tindakannya selama ini salah. Namun, dia tetap melakukannya, bahkan menyalahkanku dan menudingku yang salah.Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah dia memang sengaja menyiksaku, ingin membuatku menderita, ingin membuatk

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 43

    Aku tiba-tiba merasa sangat muak dan tidak ingin mendengar apa pun lagi darinya. "Kalau kamu benar-benar ingin mati, tancap gas lebih cepat lagi. Pastikan kalau terjadi kecelakaan, kamu bakal mati total. Jangan sampai malah cacat dan nggak bisa mati, itu merepotkan!"Aku lebih memilih mati daripada harus mengalami rasa sakit seperti sebelumnya.Steven yang tadinya ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdiam. Matanya menjadi suram, lalu dia tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya memperlambat laju mobil.Aku tidak bisa menahan tawa dingin. Dasar pria berengsek! Saat aku memintamu untuk pelan, kamu tidak mau. Begitu disuruh mati, dia justru melambat.Sama seperti bagaimana dia memperlakukanku dulu. Ketika aku menginginkannya, dia tidak peduli. Sekarang saat aku tidak menginginkannya lagi, justru dia yang tidak rela.Mobil melaju kencang menuju sebuah tempat yang terasa familier, tetapi juga asing bagiku. Sebuah vila mewah di pusat kota, harganya sangat mahal. Namun, lingkungannya memang lu

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 42

    Melihat Sierra duduk tegak dan menjaga jarak darinya, seberkas kekecewaan melintas di mata Willy."Aku sudah menyelidikinya, tapi nggak menemukan apa-apa. Luka Luna begitu parah sampai turun dari tempat tidur saja nggak bisa. Seharusnya dia juga nggak bisa melakukan apa pun.""Menurutku, kemungkinan besar dia cuma benar-benar patah hati. Dia terluka separah itu, tapi Pak Steven nggak pernah menjenguknya. Itu pasti membuatnya sangat hancur."Bagi Willy, Luna hanyalah seorang wanita bodoh dan tidak berguna. Orang seperti dia tidak mungkin memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, apalagi merencanakan sesuatu yang besar.Namun, mata Sierra menjadi suram. Dia tahu Luna terluka parah dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apa pun. Namun, tidak peduli seberapa parah lukanya, seberapa sakit hatinya, dengan cintanya yang mendalam kepada Steven, seharusnya Luna tidak berubah sejauh ini!Ada yang tidak beres! Pasti ada sesuatu yang terjadi selama wanita itu dirawat di rumah sakit!Sierra

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status