Share

Bab 6

Penulis: Dewita
Ibuku yang masih ingin mengatakan sesuatu sontak tertegun saat mendengar kata-kataku. Tampaknya dia tidak menyangka aku akan setuju secepat ini. Ayahku yang siap untuk meledakkan amarahnya juga ikut tercengang.

Bagaimanapun, dahulu aku terlalu keras kepala. Sekalipun mereka memukuliku hingga mati, aku tidak akan pernah mau bercerai.

Tanpa menunggu mereka sadar dari keterkejutan, aku berkata lagi, "Tubuhku belum sembuh benar, aku nggak ingin bergerak. Aku nggak akan ikut kalian minta maaf. Setelah Steven selesai menyusun surat cerai, minta pengacaranya datang menemuiku."

Usai berkata begitu, aku menarik selimut dan berbaring.

Selimut yang basah menjadi menyesakkan dan membuatku kesulitan bernapas. Namun, itu lebih baik daripada melihat wajah gembira yang pasti akan segera terlihat di wajah orang tuaku.

Orang tuaku masih cukup memahamiku. Mereka memang masih sulit percaya bahwa aku akan langsung setuju untuk bercerai. Namun, setelah rasa terkejut mereka pudar, mereka sadar aku tidak sedang mengacau, aku benar-benar ingin menceraikan Steven.

Mereka tiba-tiba saja menjadi sangat lembut dan penyayang.

"Anakku, akhirnya kamu dewasa. Kamu lelah, 'kan? Istirahat saja. Kalau kamu nggak mau bergerak, aku akan minta Bi Yuyun datang dan merawatmu. Biar dia yang kerja, kamu berbaring saja!" ucap ibuku.

Ayahku menaruh selembar kartu di nakas dan berkata, "Ada 200 juta di kartu ini, kamu bisa pakai sesukamu. Kalau nggak cukup, minta saja pada Ayah. Kamu masih muda, jaga dirimu baik-baik. Hari-hari baik masih menunggu di masa depan."

Setiap kali mereka menyuruhku merelakan sesuatu untuk Sierra, mereka akan memperlakukanku dengan sangat baik.

Mungkin mereka tidak sabar untuk menyampaikan kabar baik ini pada Sierra, jadi setelah berbasa-basi sejenak, mereka segera pergi.

Setelah memastikan bahwa mereka sudah pergi, aku baru menghela napas lega. Dengan bertopang pada kepala ranjang, aku perlahan bangkit dan turun.

Meskipun pemanas ruangan dinyalakan maksimal, aku tetap menggigil kedinginan setelah diguyur dua baskom air dingin. Aku ingin bergegas mandi air panas di kamar mandi, tetapi langkahku sama sekali tidak bisa cepat.

Dahulu, aku suka sekali becermin setelah mandi. Aku merasa setiap bagian diriku sangatlah cantik, terutama kulitku yang halus dan berseri. Melihatnya saja membuatku tergoda untuk menggigitnya.

Sekarang, aku bahkan tidak berani melihat cermin. Kata "tubuh penuh lubang" bukan sekadar kata kiasan, tetapi itu bahkan tidak cukup untuk menggambarkan situasiku sekarang.

Di Vila Willow.

Steven duduk di sofa dan melonggarkan dasinya. Wajah tampannya terlihat lelah.

Tubuh Sierra terlalu rapuh. Begitu menerima rangsangan, dia tidak akan bisa tidur semalaman. Beberapa hari ini Steven juga tidak tidur dengan baik. Lantaran ikut bergadang satu hari lagi, dia merasa sedikit sakit kepala.

Semalam, Steven minum banyak di bar tanpa memakan apa pun. Sekarang perutnya juga mulai terasa sakit. Dia berkata dengan alis berkerut, "Luna, obat sakit perut di mana? Ambilkan untukku! Satu lagi, tolong buatkan aku bubur untuk melancarkan pencernaan. Perutku sakit."

Biasanya, begitu Steven pulang, Luna akan langsung menyambutnya tanpa disuruh. Dia akan menempelinya, memperhatikannya dengan ini dan itu hingga Steven merasa jengkel. Setelah disuruh diam, barulah Luna berhenti.

Anehnya, meski kali ini Steven sudah bersuara cukup lama, dia sama sekali tidak mendengar jawaban. Hal ini membuatnya mengernyit heran. Dia memanggil lagi dengan nada tidak sabar, "Luna?"

Steven berseru memanggil Luna sekali lagi, tetapi hanya keheningan yang menyambutnya. Saat itu, Wati kebetulan keluar dari dapur.

"Mana Luna? Dia nggak di rumah?" tanya Steven.

Wati terdiam. Luna sudah tiga bulan lebih tidak pulang. Apa Steven tidak terlalu terlambat dengan menanyakan ini sekarang?

Saat tahu bahwa Luna belum pulang, Steven hanya bisa memijat pangkal hidungnya. Ke mana wanita itu setelah keluar dari rumah sakit? Mengapa dia tidak pulang?

Luna sudah berulah selama tiga bulan lebih. Kemarin, dia juga mengancamnya dengan perceraian. Steven sama sekali tidak meladeninya. Apa wanita itu masih belum tahu letak kesalahannya?

Teringat bagaimana Luna merestuinya dan Sierra serta bagaimana dia bersikeras ingin bercerai, sakit kepala Steven makin menjadi. Luna benar-benar tidak bisa berhenti berbuat onar.

Steven sama sekali memercayai kata-kata Luna tentang perceraian. Bercerai? Mana mungkin Luna rela? Wanita itu terlalu mencintainya.

Steven mengambil ponsel dan menelepon Luna, tetapi panggilannya tidak tersambung. Ketika dia mengirim pesan WhatsApp, dia juga terkejut melihat tanda seru merah di layar. Apa dia telah ... diblokir?

Wati yang berdiri di samping juga melihat panggilan Steven yang tidak tersambung dan pesan WhatsApp-nya yang tidak terkirim. Dia ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya berkata, "Nggak peduli seberapa larutnya, dulu Nyonya selalu pulang. Nyonya nggak pernah pergi selama ini, bahkan sampai tiga bulan lebih. Apa Tuan sudah menyakiti perasaan Nyonya, makanya dia nggak pulang selama ini, bahkan sampai memblokir nomor Tuan?"

Steven memblokir berita tentang penculikan yang menimpaku dan Sierra. Jadi, tidak banyak yang tahu apa yang telah terjadi pada kami.

"Nyonya sangat mencintai Tuan. Tuan seharusnya memperlakukan Nyonya dengan lebih baik. Bujuk dia, jangan terus menyakiti perasaannya. Hati wanita yang sudah terluka terlalu dalam mungkin nggak akan pernah kembali lagi," tambah Wati.

Wati sudah cukup lama bekerja di Vila Willow. Dia sering melihat Luna menunggui Steven pulang selama berjam-jam. Dia sangat iba pada majikannya itu.

Steven tidak membalas ucapan Wati. Dia langsung berdiri, mengambil mantelnya, dan berjalan keluar.

Wati yang mengira Steven hendak membujuk Luna pulang lantas berkata dengan antusias, "Tuan mau bujuk Nyonya pulang, ya? Apa kalian akan makan di luar nanti? Perlu aku siapkan makan malam romantis untuk kalian?"

Steven mendengus dan berkata, "Membujuknya?"

Sebelum Wati sempat mengiakan, Steven sudah berucap lagi dengan nada dingin, "Aku nggak punya waktu untuk itu!"

Toh Luna tidak mungkin pergi selamanya. Setelah puas berbuat onar dan tahu semua itu sia-sia, dia pasti akan pulang sendiri.

....

Kukira dengan desakan kedua orang tuaku dan cinta di antara Steven dan Sierra, aku akan segera menerima surat cerai dari Steven. Namun, setelah menunggu seminggu lebih, surat cerai itu masih tidak kunjung datang.

Aku tidak kuasa menunggu lebih lama dan berinisiatif memanggil pengacara sendiri. Begitu surat cerai selesai disusun, aku membuka blokir nomor Steven dan mengirimkannya. Supaya bisa segera bercerai, setelah mengirimkan surat cerai itu, aku juga menambahkan satu pesan.

[ Kalau bisa bercerai besok, syarat-syarat perceraian bisa kita negosiasikan. ]

Selama pernikahan ini bisa diakhiri secepat mungkin, aku bersedia menerima sejumlah kerugian finansial yang masih dalam batas wajar.

Setelah sibuk seminggu lebih, Steven yang baru sempat beristirahat menerima pesan dari Luna. Dia mengangkat alisnya dengan puas sambil membuka pesan itu.

Pikir Steven, Luna akhirnya menyadari kesalahannya dan berinisiatif meminta maaf. Namun, ketika dia membuka pesan dan melihat surat cerai yang sangat mendetail dan disiapkan dengan cermat itu, raut wajahnya sontak berubah muram.

Luna ... wanita itu benar-benar keterlaluan! Apa dia pikir Steven tidak akan marah?

"Kenapa, Steven?" tanya Edgar.

Melihat raut wajah Steven yang duduk di sebelahnya tiba-tiba berubah muram, Edgar refleks menunduk. Dia sontak tertegun ketika melihat kata "surat cerai" di ponsel temannya.

"Nggak kenapa-kenapa," balas Steven sambil menyimpan ponselnya dengan kesal.

Kali ini Luna sudah membuat onar terlalu lama. Dia sudah kelewatan.

Melihat Steven yang tidak berhenti minum, Edgar berkata dengan ragu-ragu, "Steven, ada kalanya wanita juga gengsian. Kalau bisa, cobalah mengalah sejenak pada Luna. Biarkan dia menjaga gengsinya, jangan terus merajuk seperti ini."

Edgar berucap lagi, "Kamu kenal Brandon, putra kedua Keluarga Sutrisno itu, 'kan? Ada seorang gadis yang selalu mengikutinya. Dia sangat patuh dan diperintah melakukan apa pun, dia selalu menurut. Bagaimanapun dia diperlakukan, gadis itu juga nggak pernah meninggalkan sisinya. Brandon nggak pernah menganggapnya serius."

"Beberapa waktu lalu, gadis itu akhirnya menikah, tapi bukan dengan Brandon. Brandon menangis hebat di pesta pernikahan, tapi gadis itu sama sekali nggak memberinya kesempatan lagi. Kalau hati seorang wanita sudah dingin, dibujuk seperti apa pun nggak akan mempan," tambahnya.

Ucapan Edgar mengingatkan Steven pada kata-kata Wati sebelumnya. Dia tiba-tiba bertambah kesal dan minum makin banyak. Gelas demi gelas dihabiskannya dengan cepat.

Sebelum benar-benar mabuk, Steven merasa kata-kata Edgar cukup masuk akal. Wanita juga memiliki gengsinya sendiri. Ada kalanya seorang pria harus mengalah.

Akhirnya, Steven menyuruh seseorang membawanya ke tempat Luna. Sejujurnya dia tahu di mana Luna tinggal setelah keluar dari rumah sakit. Hanya saja, dia terus menunggu wanita itu pulang sendiri.

....

Setelah mengirim surat cerai pada Steven, aku terus menatap ponselku, menunggu balasannya. Alhasil, laksana batu yang dibuang ke laut, surat ceraiku lama sekali tidak mendapat respon.

Aku jadi merasa sedikit kesal. Aku benar-benar tidak ingin terikat lebih lama dengan Steven berengsek itu.

Tepat ketika aku hendak menelepon Steven, pria itu dibawa masuk ke tempat tinggalku dalam keadaan mabuk.

Aku tertegun. Aku baru mengganti kata sandi, bagaimana mereka tahu kata sandi baruku dan masuk? Lagi pula, kami sudah akan bercerai. Jika dia mabuk, mengapa dia tidak pulang dan malah datang ke tempatku?

Aku memang mau mencari Steven, tetapi apa yang bisa kubicarakan dengan pria mabuk? Melihatnya saja sudah memancing emosi. Aku juga tidak ingin dia datang ke tempatku di waktu selarut ini.

Memikirkan waktu istirahatku yang terbuang sia-sia dan keharusan membersihkan seisi rumah dengan disinfektan setelah kepergiannya, aku pun bertambah kesal.

"Luna, kenapa kamu diam saja? Ayo bantu Steven!" ujar Dylan, salah seorang teman dekat Steven. Dia menatapku seolah-olah aku adalah sampah tidak berguna yang tidak peka.

"Pantas saja Steven nggak menyukaimu biarpun kalian sudah bersama selama bertahun-tahun. Siapa yang bakal suka dengan wanita sepertimu? Identitasmu yang bukan siapa-siapa saja sudah cukup buruk, sekarang kamu bahkan nggak bisa mengurus Steven. Apa gunanya kamu hidup?" tambahnya.

Aku tidak tahu seberapa lembek diriku sebelumnya hingga membiarkan orang lain menindasku sesuka hati seperti ini. Namun, mulai sekarang aku tidak akan tinggal diam lagi.

Aku menatapnya dan menyahut dengan nada muram, "Hidup buat mengambil nyawamu!"

Dylan tertegun, tampak tidak menyangka akan mendengar kata-kata itu dari mulutku. Setelah syoknya reda, dia berkata, "Luna, kamu tahu siapa aku? Beraninya kamu ...."

Tanpa menunggunya selesai bicara, aku mendengus dan menyela, "Henry, ayahmu, bersikap penuh hati-hati dan selalu menyanjungku. Kamu yang hanya putra haram dan nggak punya kedudukan di rumah bisa apa? Kenapa aku nggak berani?"

"Luna, ka ... kamu ...." Dylan paling benci mendengar orang lain mengungkit tentang statusnya sebagai anak haram.

Dylan tidak menyangka bahwa orang yang selama ini dia remehkan berani menyinggung dan merendahkannya begini. Saking marahnya, dia bicara dengan terbata-bata, "A ... aku ... aku ini teman baik Steven!" Berani sekali Luna mengejeknya. Awas saja, dia akan membujuk agar Steven benar-benar mencampakkannya!

Aku mendengus. Steven berengsek itu saja tidak kupandang serius, apalagi para anteknya. Namun, mengingat kondisi tubuhku sekarang, aku tidak ingin bicara lebih lama dengan mereka.

Sebaliknya, aku langsung memerintah, "Aku beri kalian satu menit untuk membawa bajingan pemabuk ini pergi. Kalau nggak, aku akan lapor polisi dan menuntut kalian karena masuk tanpa izin!"

Kata-kataku membuat semua orang yang membawa Steven ke sini tercengang. Sebelumnya, setiap kali mereka membawa pulang Steven yang mabuk, aku selalu mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Aku berharap mereka memujiku di depan Steven sehingga pria itu mau sering-sering pulang.

Biasanya yang kulakukan adalah menjilat mereka, bukannya berkata-kata kasar seperti ini. Apalagi, aku juga menyebut Steven bajingan pemabuk dan ingin mengusirnya.

Dylan berkata dengan nada tidak percaya, "Luna, sepertinya kamu benar-benar sudah gila ...."

Sebelum Dylan selesai bicara, seseorang di sampingnya menariknya mundur dan menyela, "Luna, jangan ladeni Dylan. Dia mabuk, makanya sembarangan bicara begini. Kami sudah antarkan Steven pulang, tolong jaga dia baik-baik!"

Usai berkata begitu, orang itu menyeret Dylan pergi. Dia sama sekali tidak memberiku kesempatan bicara.

Aku menatap masam Steven yang mereka tinggalkan di sini. Aku ingin sekali menelepon polisi agar mereka membawa pergi pria berengsek ini.

Namun, aku lalu teringat bahwa aku masih harus membahas masalah perceraian dengannya. Jika aku menelepon polisi dan mereka membawanya pergi, kami akan sulit berdiskusi.

Aku terpaksa menahan jijik dan membiarkannya tinggal semalam. Besok, aku akan membersihkan seluruh rumah setelah selesai membahas perceraian dengannya.

Saat aku hendak bangun dan pergi, pria yang berbaring di sofa seperti gumpalan sampah itu tiba-tiba membuka matanya.

Bab terkait

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 7

    Aku terkejut dan secara naluriah mundur beberapa langkah. Kupikir, dia hanya pura-pura mabuk dan berencana melakukan sesuatu yang tidak baik padaku. Namun, ternyata dia bahkan lebih berbahaya daripada sekadar berpura-pura mabuk."Sayang, aku pulang ...." Steven berdiri dengan tubuh terhuyung-huyung, lalu menerjang ke arahku. Dia bertubuh tinggi dan kuat. Kalau benar-benar menabrakku hingga jatuh, mungkin nyawaku sungguh tak bisa diselamatkan lagi.Aku ketakutan dan buru-buru menghindar ke samping. Berhubung tidak mengenai sasaran, tubuh besarnya jatuh terjerembap ke lantai dengan suara yang begitu keras, hingga lantai pun ikut bergetar sejenak."Sayang ...." Sepertinya Steven tidak menyangka aku akan menghindar. Tatapannya yang penuh rasa terluka dan kecewa tertuju padaku.Tatapan itu seperti seorang anak kecil yang dengan penuh kebahagiaan ingin berlari ke arah orang yang paling disukainya dan paling dipercayainya, tetapi justru didorong menjauh. Melihatnya seperti ini, aku hampir saj

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 8

    Steven membalas, "Luna, aku sudah berkali-kali bilang, nggak ada apa-apa di antara aku dan Rara! Hubungan kami bukan seperti yang kamu pikirkan. Jangan gunakan perceraian untuk mengancamku. Meskipun kamu terus mengancam, aku tetap nggak akan mengirimnya ke luar negeri!"Aku pikir Steven akhirnya sadar bahwa aku benar-benar ingin bercerai dengannya. Namun ternyata, dia malah menganggapku hanya sedang marah dan menggunakan perceraian sebagai ancaman.Berhadapan dengan seseorang yang tidak bisa diajak bicara dengan masuk akal seperti ini sungguh membuatku frustrasi.Aku menatapnya dengan sangat serius, lalu menegaskan lagi dan lagi, "Steven, aku nggak marah dan bukan sedang mengancammu dengan perceraian. Aku sama sekali nggak berniat menyuruhmu mengirim Sierra ke luar negeri.""Aku sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati sangat berharap kalian bisa bersama. Kalau saja aku bisa merobek dadaku dan menunjukkan isi hatiku padamu, aku benar-benar ingin melakukannya supaya kamu bisa melihat bet

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 9

    "Nggak apa-apa, cuma luka kecil." Steven menarik kembali tangannya dan menjaga jarak dari Sierra.Sekilas ada kilatan dingin di mata Sierra, tetapi segera menghilang. Saat dia menatap Steven lagi, ekspresinya kembali lembut dan penuh perhatian. Dia berucap, "Kak Steven, cepatlah pergi membalut lukamu dulu."Steven menolak, "Nggak perlu, aku akan membawamu menemui profesor dulu."Saat orang tua Luna melihat bagaimana Steven begitu peduli pada Sierra, bahkan sampai mengabaikan lukanya sendiri demi mengurusnya, mereka hanya bisa menghela napas.Kalau bukan karena kejadian itu, kalau saja Steven sudah bercerai, bukankah dia dan Sierra bisa bersama dengan bahagia? Sayangnya ....Saat mengingat bahwa semua ini adalah kesalahan Luna, mereka makin tidak bisa menyukai putri kandung mereka sendiri.....Makin memikirkannya, ibuku menjadi makin emosi. Dia langsung meneleponku dan memarahi, "Lenora, kamu sengaja, 'kan? Kamu pasti tahu bahwa Steven masih belum bisa melewati rintangan di hatinya, ma

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 10

    Saat malam tiba, suasana di klub makin ramai. Lampu berwarna-warni terlihat berkelip-kelip, musik berdentum keras, dan kemewahan terpancar di setiap sudut.Saat Edgar membawa kliennya menuju ruangan VIP untuk membicarakan bisnis, langkahnya tiba-tiba terhenti. Dia meminta asistennya untuk lebih dulu mengantarkan klien, sementara dirinya berbelok ke ruangan VIP sebelah. Setelah berbasa-basi sebentar, pandangannya beralih ke Steven.Edgar segera bertanya, "Kak Steven, bukankah hari ini ulang tahun ke-70 Nenek Monika?"Kenapa Steven tidak menghadiri perayaan itu, malah duduk di sini minum-minum? Namun, Steven tidak menjawab. Dia hanya mengambil gelas di atas meja dan meneguk isinya dalam sekali tegukan.Edgar bertanya lagi, "Masih marah pada istrimu? Yang benar saja. Di saat seperti ini, kenapa dia nggak coba menenangkanmu? Hari ini, ulang tahun ke-70 neneknya lho. Kalau kamu nggak hadir bersamanya, kira-kira berapa banyak orang yang akan mentertawakannya?"Sorot mata Steven menjadi makin

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 11

    Dulu, aku menjadi rendah diri dan penakut karena ketidaksukaan Steven. Namun alasan utamaku tidak pernah melawan mereka adalah karena aku berpikir, sesama wanita tidak perlu saling menyulitkan.Nyatanya, sikap mengalahku tidak mempermudah hidupku, melainkan hanya membuat mereka makin semena-mena. Setiap kali, aku selalu menjadi sasaran penghinaan mereka. Kalau begitu, lebih baik aku menghadapi mereka secara langsung saja.Helen dan Shania adalah teman dekat dari Dania. Setelah kebingungan sesaat, Dania segera memasang ekspresi berwibawa dan mulai menegurku, "Luna, apa-apaan cara bicaramu ini?"Aku menatapnya dengan tenang, lalu membalas sambil tersenyum, "Jangan buru-buru, Bibi. Aku belum selesai. Kalau aku ini ayam tua mandul, lalu Steven itu apa? Gimana dengan dirimu?"Aku melanjutkan, "Lagian daripada menyalahkanku karena nggak bisa melahirkan anak, kenapa nggak membawa keponakan kesayanganmu itu untuk diperiksa dulu? Siapa tahu, justru dia yang bermasalah?""Apalagi, Keluarga Sunar

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 12

    Di hadapan begitu banyak orang apalagi di acara yang begitu penting, dimarahi seperti itu tentu saja membuat raut wajah kedua orang tuaku seketika berubah menjadi sangat canggung.Melihat situasi ini, putri angkat kesayangan mereka, harta yang paling mereka lindungi selama ini, segera maju dengan ekspresi lemah lembut.Suara Sierra terdengar lembut dan penuh kepedulian ketika berucap, "Nenek, jangan marah ya. Nenek sudah salah paham. Kak Steven cuma membantuku masuk karena kakiku terluka!"Di sampingnya, Steven yang sejak tadi memasang wajah muram langsung menambahkan, "Benar, Nenek sudah salah paham. Aku bukan datang bareng Rara. Kami cuma kebetulan bertemu di depan pintu. Karena kakinya cedera dan sulit berjalan, aku pun membantunya masuk.""Lagian, dia terluka juga karena Nenek. Dia mendengar bahwa jimat dari Kuil Sotala sangat manjur, terutama kalau diminta pada hari ulang tahun seseorang. Jadi, dia pergi ke sana untuk meminta jimat demi kesehatan dan keselamatan Nenek," ucap Steve

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 13

    Menurutku, pasti ada sesuatu di antara mereka berdua. Namun, aku terlalu mencintai Steven. Saking cintanya, sekalipun sangat menderita dan merasa mereka ada sesuatu, aku tetap memilih percaya saat Steven mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa.Aku justru lebih berusaha untuk menyenangkan Steven, mendekatinya, bahkan memikirkan berbagai cara untuk mendapatkan kembali hatinya.Setiap kali terjadi sesuatu antara Steven dan Sierra, aku begitu gelisah seperti burung yang takut ditembak. Aku takut kali ini benar-benar akan kehilangan Steven. Ketika dia pulang, aku terus bertanya apakah dia mencintaiku.Aku yang takut kesakitan, bahkan rela menyayat pergelangan tanganku hanya untuk memohon padanya kembali dari tempat Sierra.Namun bagi Steven, penderitaan dan ketakutan yang aku rasakan malah dianggap kekonyolan dan sandiwara. Itu sebabnya ketika aku menyayat pergelangan tanganku, dia bukan hanya tidak pulang untuk mengasihaniku, bahkan makin merasa apa pun yang kulakukan hanya mem

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 14

    Steven begitu serius. Saking seriusnya, aku sampai hampir percaya pada ucapannya. Dia memang ahli menghibur setelah menyakiti seseorang. Pantas saja, aku yang dulu begitu tidak bisa melepaskannya. Sayangnya, aku sudah melupakannya. Aku tidak akan ditaklukkan lagi olehnya.Setelah Steven melontarkan perkataannya, suasana menjadi sunyi. Perasaan semua orang seketika tidak karuan. Jelas-jelas Steven sendiri yang meremehkan dan menyiksa istrinya, sedangkan kekasihnya diperlakukan layaknya permata.Mereka hanya ingin membantu Steven. Pada akhirnya, mereka malah menjadi serba salah, bahkan diberi peringatan oleh Steven. Sungguh tidak bisa dipercaya. Mereka seketika merasa tidak tahu harus bagaimana.Wajah adik angkatku tiba-tiba berubah menjadi sangat muram dan menakutkan. Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikannya. Namun, raut wajahnya kembali seperti biasa dalam sekejap.Sierra menatapku sambil tersenyum dengan begitu tulus. Katanya, "Kak Luna, sekarang kamu sudah percaya aku

Bab terbaru

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 50

    "Sayang." Steven akhirnya sadar dan langsung melangkah ke arahku.Namun, saat dia melewati Sierra, Sierra yang awalnya berdiri dengan baik, tiba-tiba melemas dan jatuh.Ekspresi Steven sontak berubah drastis. Dia buru-buru menangkap Sierra, sepenuhnya melupakan keberadaanku.Di sudut yang tak terlihat oleh Steven, Sierra melirikku dengan senyuman penuh provokasi. Aku membalas dengan senyuman santai.Aku tidak takut dia punya trik, justru takut sebaliknya. Aku masih berharap dia bisa membantuku mempercepat perceraianku!Melihat Sierra pingsan, Yunita langsung maju. "Kak Rara, kamu kenapa? Kamu sampai jatuh sakit karena Luna mau merebut barangmu?"Usai berkata demikian, dia menangis sambil menatap Steven. "Kak, kamu selalu meminta kami mengalah pada Luna dan kami menurut! Tapi, dia keterlaluan sekali! Dia tahu betapa berharganya desain Master Tex bagi Kak Rara, tapi tetap bersikeras merebut! Kak Rara marah sampai sakit!""Dia ingin Kak Rara mati!"Di dalam pelukan Steven, Sierra berucap

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 49

    Teresia mengacungkan jempol padaku. "Keren!"Aku tahu dia sedang memujiku. Aku tidak lupa pada siapa pun, kecuali Steven. Itu benar, aku melupakannya dengan sangat sempurna!"Oke, jangan bahas bajingan itu lagi. Hari ini ulang tahunmu, kita harus merayakannya dengan baik!"Hari ini, aku akan memanjakan Teresia seperti seorang tuan putri yang paling bahagia di dunia ini!Aku merangkul Teresia. Begitu mengambil satu langkah ke depan, tiba-tiba terdengar suara keras di belakang. Sebuah benda berat menghantam lantai!Kami spontan menoleh. Sebuah pot bunga besar jatuh tepat di tempat kami berdiri barusan. Pot itu langsung hancur berkeping-keping.Wajah kami seketika pucat pasi. Entah bagaimana jika kami terlambat sedetik. Dengan ukuran dan berat seperti itu, jika pot itu mengenai kepala kami, yang pecah bukan hanya potnya, tetapi juga kepala kami!Teresia tersadar dari keterkejutannya. Dia langsung menengadah, siap memaki ke arah atas. Namun, sebelum sempat berteriak, tampak dua anak kecil

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 48

    Wajah Steven seketika memucat. Dia akhirnya teringat, orang yang suka kacang itu adalah Sierra.Wati sungguh kehabisan kata-kata melihat situasi ini. Saat menyiapkan bahan untuk roti, dia sempat mengatakan bahwa kacangnya terlalu banyak. Dia sendiri tidak pernah melihat Luna makan kacang, jadi dia menduga bahwa Luna tidak menyukainya.Namun, Steven malah berkata dengan yakin bahwa istrinya paling suka kacang. Ketika melihat keyakinannya, Wati pun percaya. Dia bahkan sempat berpikir akan membuatkan lebih banyak makanan yang mengandung kacang mulai sekarang.Alhasil, nyonyanya ini bukan hanya tidak suka kacang, bahkan alergi berat terhadap kacang. Ini ... sungguh keterlaluan.Sebagai seorang suami, Steven bukan hanya tidak tahu bahwa istrinya alergi kacang, tetapi malah mengira kacang adalah makanan favoritnya.Bukan hanya sang istri yang merasa kecewa, bahkan Wati yang hanya seorang pelayan juga merasa demikian. Tuannya ini benar-benar ....Wati melirik Steven sekilas. Untuk sesaat, dia

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 47

    Awalnya, Wati menyarankan untuk memasak telur tomat. Dia pikir, hanya perlu memotong tomat lalu menggorengnya dengan telur. Asalkan tidak terlalu asin atau hambar, rasanya bisa diterima.Siapa sangka, Steven, pria cerdas dan berbakat, raja di dunia bisnis, sosok luar biasa yang disebut sebagai genius langka, ternyata bahkan tidak bisa memasak telur tomat yang sesimpel itu. Hasilnya sampai tidak bisa dimakan!Melihat itu, Wati langsung menyerah dan menyuruhnya mencoba masakan lain. Mengingat nyonya mereka suka makan roti dan membuat roti dengan mesin adalah hal yang paling simpel, dia pun menyarankan Steven membuat roti. Cukup memasukkan bahan, menekan tombol, lalu roti akan matang.Yang penting punya tangan. Apalagi, roti sangat cocok untuk sarapan. Makanya, Wati memberinya saran seperti itu.Dengan bimbingan Wati, takaran bahan pun pas, dan hasilnya roti matang tanpa kesalahan, bahkan terlihat sangat menggugah selera."Sayang, ayo coba ini. Bukankah kamu paling suka kacang?" Steven me

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 46

    Aku ingin mengatakan bahwa dia sangat menjijikkan. Namun, dalam kondisiku sekarang, aku tidak bisa membuang energi untuk berdebat dengan seorang pemabuk. Jadi, aku berkata, "Lepaskan aku dulu. Aku nggak nyaman dipeluk begini."Mendengar itu, Steven sedikit mengendurkan pelukannya, tetapi tidak melepaskanku sepenuhnya.Aku melanjutkan, "Kamu bilang kamu nggak akan seperti dulu lagi. Kalau begitu, tunjukkan ketulusanmu. Kamu nggak bisa mengharapkanku memaafkanmu hanya dengan satu kata maaf setelah kamu menyakitiku begitu dalam dan melihatku hampir mati tanpa melakukan apa-apa."Aku bisa mendengar sedikit rasa bersalah dalam suaranya tentang insiden aku tenggelam. Jadi, aku sengaja mengungkitnya untuk membuat rasa bersalah itu semakin besar.Benar saja, lengannya yang memelukku menegang beberapa saat."Lepaskan aku dulu. Sekarang sudah sangat larut, aku ingin tidur. Kalau kamu benar-benar bisa menunjukkan perubahanmu, mungkin suatu hari aku bisa melupakan luka ini."Meskipun sedang menena

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 45

    Steven si berengsek itu memang tidak menganggapku sebagai istri. Namun, dia sangat antusias dengan urusan ranjang.Ini jelas perilaku bajingan kelas kakap. Namun, dulu aku malah menganggap ini sebagai bukti cintanya. Aku berpikir, jika dia tidak mencintaiku dan sudah muak denganku, dia pasti tidak akan menyentuhku, apalagi begitu terobsesi denganku.Wanita hanya akan menyerahkan dirinya pada pria yang mereka cintai. Setelah tidak mencintai, disentuh sedikit pun akan terasa menjijikkan.Namun, pria tidak begitu. Bagi mereka, nafsu dan cinta adalah dua hal yang sangat berbeda. Pria yang suka tidur denganmu tidak berarti mencintaimu.Setelah mengalami cedera dan sadar kembali, aku harus minum obat tidur setiap hari supaya bisa tidur. Namun, di rumah ini, aku tidak berani minum obat. Sekalipun pintu dikunci, aku tetap tidak berani.Jadi, aku hanya bisa memejamkan mata, bertahan sampai pukul 2 dini hari, tetapi tetap tidak bisa tidur. Aku mulai menghitung domba, satu ... dua ... tiga ....A

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 44

    Dia bilang aku berpikiran kotor, jadi melihat segalanya dengan cara yang kotor. Dia bilang aku picik, jadi tidak bisa menerima orang lain. Yang dia bela itu adalah adikku, penyelamat hidupnya! Bagaimana mungkin aku berpikir buruk tentangnya?Menghadapi ejekanku, Steven tidak bisa berkata-kata lagi. Dia sangat tahu bagaimana dia menjawab pertanyaanku dulu, berkali-kali.Setelah beberapa saat, dia menarik dasinya dengan frustrasi dan melemparkannya ke sofa. "Luna, kamu dan aku berbeda!""Apa yang berbeda? Karena aku benar-benar bersyukur atas orang yang menyelamatkan hidupku, sementara kamu memanfaatkan alasan itu untuk mengontrolku, menyiksaku, dan membuatku gila?"Steven tahu bahwa pria dan wanita seharusnya menjaga jarak dan memiliki batasan. Dia tahu bahwa banyak tindakannya selama ini salah. Namun, dia tetap melakukannya, bahkan menyalahkanku dan menudingku yang salah.Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah dia memang sengaja menyiksaku, ingin membuatku menderita, ingin membuatk

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 43

    Aku tiba-tiba merasa sangat muak dan tidak ingin mendengar apa pun lagi darinya. "Kalau kamu benar-benar ingin mati, tancap gas lebih cepat lagi. Pastikan kalau terjadi kecelakaan, kamu bakal mati total. Jangan sampai malah cacat dan nggak bisa mati, itu merepotkan!"Aku lebih memilih mati daripada harus mengalami rasa sakit seperti sebelumnya.Steven yang tadinya ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdiam. Matanya menjadi suram, lalu dia tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya memperlambat laju mobil.Aku tidak bisa menahan tawa dingin. Dasar pria berengsek! Saat aku memintamu untuk pelan, kamu tidak mau. Begitu disuruh mati, dia justru melambat.Sama seperti bagaimana dia memperlakukanku dulu. Ketika aku menginginkannya, dia tidak peduli. Sekarang saat aku tidak menginginkannya lagi, justru dia yang tidak rela.Mobil melaju kencang menuju sebuah tempat yang terasa familier, tetapi juga asing bagiku. Sebuah vila mewah di pusat kota, harganya sangat mahal. Namun, lingkungannya memang lu

  • Belenggu Cinta Tak Terbalas   Bab 42

    Melihat Sierra duduk tegak dan menjaga jarak darinya, seberkas kekecewaan melintas di mata Willy."Aku sudah menyelidikinya, tapi nggak menemukan apa-apa. Luka Luna begitu parah sampai turun dari tempat tidur saja nggak bisa. Seharusnya dia juga nggak bisa melakukan apa pun.""Menurutku, kemungkinan besar dia cuma benar-benar patah hati. Dia terluka separah itu, tapi Pak Steven nggak pernah menjenguknya. Itu pasti membuatnya sangat hancur."Bagi Willy, Luna hanyalah seorang wanita bodoh dan tidak berguna. Orang seperti dia tidak mungkin memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, apalagi merencanakan sesuatu yang besar.Namun, mata Sierra menjadi suram. Dia tahu Luna terluka parah dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apa pun. Namun, tidak peduli seberapa parah lukanya, seberapa sakit hatinya, dengan cintanya yang mendalam kepada Steven, seharusnya Luna tidak berubah sejauh ini!Ada yang tidak beres! Pasti ada sesuatu yang terjadi selama wanita itu dirawat di rumah sakit!Sierra

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status