"Sudah, jangan ada air mata lagi. Menangislah nanti tapi air mata bahagia jangan ada kesedihan lagi tetaplah menjadi Husna yang terbaik untukku, Husna sahabatku yang begitu manis dan Husna wanita yang terhebat itu." Mereka saling berpelukan memberikan kekuatan masing-masing, Husna yang begitu bahagia bertemu dengan Linda begitu juga sebaliknya untuk pertama kalinya Linda memiliki sahabat seperti Husna bahkan secara tidak langsung bisa mengajarkannya arti sebuah kesabaran, perjuangan dan pengorbanan."Ayo aku akan traktir kamu makan pecel ayam di kantin. Harganya tidak mahal Lin, cuma dua puluh ribu. Aku tidak mau mendengar kata penolakan dari kamu sekarang ikutlah denganku!" Husna menarik pergelangan tangan Linda dan mengajaknya ke kantin yang berada di lantai bawah tanpa mereka sadari sosok pria dengan tatapan tajam bahkan beberapa kali mengusap bulir bening mengalir antara bahagia dan sedih menyatu melihat sosok yang kinie jauh darinya namun, ia tidak membiarkan wanitanya dalam baha
Husna mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ucapannya saat suara Rini memenuhi ruangan lift."Diam kau wanita rendahan! Aku sendang bicara jadi kau cukup diam dan dengarkan aku!! Aku mau kamu meninggalkan kantor ini, jika tidak!!" tatapan nyalang Rini berhasil mengukir senyum licik di bibir Della."Mampus, kamu Husna." gumamnya tanpa di dengar oleh Husna dan Rini."Kalau aku adalah wanita rendahan lalu kamu, apa? Apa harga dirimu tidak ada? Sampai seorang wanita seperti dirimu merendahkan diri hanya untuk mendapatkan cinta seseorang? Begitu hina hingga mengemis dan menghancurkan orang lain hanya demi seseorang yang tidak akan bisa menerima cintamu? Jadi di sini siapa yang memiliki harga diri yang begitu rendah bahkan, seperti yang kau katakan siang tadi maka kata-kata itu cocok untukmu, bukan aku." ucap Husna tenang, begitu tenang hingga Rini dan Della terdiam tanpa bisa mengucapkan kata untuk membalas Husna."Kurang ajar!! Kamu orang baru di perusahaan ini. Jaga sikapmu jika tidak–"
Andaru tersentak kedatangan wanita yang sudah melahirkannya dengan wajah yang merah padam membuat Andaru berusaha untuk bersikap tenang walau ia tahu jika ada sesuatu yang sangat besar sehingga wajah ibunya terlihat tidak bersahabat."M– maksud Mama, apa?" tanya Andaru berusaha menenangkan detak jantungnya."Jangan bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu Andaru! Katakan pada Mama apa benar wanita itu mengandung?" ucapan Fara kembali mengejutkan Andaru. Selama ini tidak ada yang tahu permasalahan antara dirinya dengan Husna bahkan malam pertama yang terakhir dengan paksaan. Andaru mengambil kesucian Husna meski wanita yang sampai detik ini masih berstatus sebagai istrinya tidak menyadari jika dia hanyalah menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh Husna."Mama bicara apa sih? Mana mungkin aku tertarik dengan wanita murahan seperti dia! Aku cuma bisa menginginkan tubuh Vlora. Tidak mungkin aku bisa nikmati tubuh wanita lain." Andaru duduk dengan tenang kali ini dia mampu menyembunyikan
Candra menatap wajah Andaru dengan kedua orang tuanya secara bergantian.Terlihat dengan jelas wajah mereka terkejut dengan acara makan malam yang di adakan secara mendadak. Candra yang sebenarnya menginginkan putrinya dengan cepat menikah dengan Andaru mengingat putrinya yang tergila-gila pada Andaru. "Pak Candra, jangan khawatir putra kami pasti menikah dengan Vlora. Saya pastikan secepatnya, lagi pula mereka sudah berpacaran cukup lama," Fara mendahului Frans."Pak Frans, saya percaya putra kalian memiliki hati yang baik. Dan tidak menunda lagi, bagaimana jika kita rencanakan pernikahan untuk mereka, lebih cepat? Saya sudah memilih hotel di Bali untuk acara pernikahan mereka." ujar Candra. Sontak membuat keluarga Andaru saling pandang, bagaimana tidak hotel yang akan di pilih keluarga Vlora tentu tidak sembarangan ada harga yang harus di bayar permalam."Bagaimana kalau bulan depan? Kamu sudah bersiap bukan? Lagi pula, wanita itu sudah mati. Lalu untuk apa kalian menundanya?" lanju
"Maaf, aku tidak bisa menahan tawa, membayangkan wajah Husna saat itu. Lanjutkan lagi ceritanya." Rini menghentikan tawanya, menghargai Anggi."Dia di besarkan di salah satu panti asuhan, dengan tubuhnya dia meminta untuk di nikahi oleh Andaru. Cucu Adhicandra!" ujar Anggi."Wah! Dia seorang anak panti asuhan!" pekik Rini."Selain murahan dia anak yang di buang oleh orang tuanya! Hahaha! Luar biasa hidupnya." lanjutnya dengan tawa yang semakin keras.***Vlora tidak menyangka jika acara makan malam yang begitu mendadak menjadi hal yang indah untuknya. Bagaimana tidak, kekasih hatinya telah melamar dirinya dengan cincin berlian yang sudah di siapkan Andaru sejak lama."Mas, kamu tahu hari ini adalah hari yang paling membahagiakan selain hari kelahiran aku. Kamu laki-laki yang mampu membuat aku bertahan sampai saat ini, cuma kamu yang bisa menjadi impianku di masa mendatang!" Vlora tidak hentinya memeluk tubuh tinggi Andaru. "Sayang apa pun akan mas lakukan untukmu. Sebab kamu adalah wa
Husna merasakan tubuhnya yang nyeri bibirnya yang mengeluarkan darah, ketika wajahnya mencium lantai yang dingin tanpa sengaja bibirnya tergigit."Halah!! Udh bawa sana pak! Kami akan menjadi saksi kegilaan mereka!" Husna kalah ia membiarkan dirinya di seret keluar dari perusahaan namun langkahnya terhenti saat ia menangkap senyum seseorang kearahnya."Mampus," ucapnya tanpa suara. Berlahan Husna mendekatinya dengan senyuman yang indah di bibirnya yang terluka. Bukan hanya bibirnya tetapi hatinya yang lebih sakit, di permalukan dan di hina oleh mereka yang berusaha untuk menjatuhkan dirinya."Aku tahu ini ulahmu, kamu harus ingat. Kebenaran akan terungkap, saat itu jangan datang padaku." ucap Husna lirih penuh penekanan."Bu Husna, maafkan saya. Seandainya saya tidak memaksa Bu Husna kejadian ini tidak akan terjadi pada kita. Sekali lagi tolong maafkan saya," lirih Rusdi yang tidak menyangka jika niat baiknya berakhir dengan kejadian memalukan. Pemecatan terbayang di depan mata karen
"Singkirkan tangan kotor kalian dari Husna. Jika tidak detik ini pula saya patahkan tangan kalian!!"Suara yang mampu menghentikan mereka semua tanpa terkecuali Rini dan Della seketika mereka saling pandang wajahnya begitu pias dan tubuhnya terdiam seketika tatapan tajam dari seorang mata Hasta mampu meleburkan tulang di tubuh mereka.Hatinya bergetar namun, kedengkian pada Husna meleburkan rasa takutnya pada Hasta. Tidak perduli dengan konsekuensi untuk mereka, karena yang mereka pikirkan hanyalah menyingkirkan orang yang menjadi saingannya."P– pak, Hasta? Anda salah paham akan kami ceritakan kejadian sebenarnya, dan wanita yang tidak lain Husna ini adalah orang yang pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti yang kami lakukan ini." ujar Rini setelah terdiam beberapa saat."Siapa kamu yang berani bertindak tanpa persetujuan dari saya? Apakah kamu adalah pemilik perusahaan ini? Atau jangan-jangan ini semua karena akal-akalan kamu agar Husna pergi dari perusahaan ini? Dan kalian apa te
"Singkirkan tangan kotor kalian dari Husna. Jika tidak detik ini pula saya patahkan tangan kalian!!"Suara yang mampu menghentikan mereka semua tanpa terkecuali Rini dan Della seketika mereka saling pandang wajahnya begitu pias dan tubuhnya terdiam seketika tatapan tajam dari seorang mata Hasta mampu meleburkan tulang di tubuh mereka.Hatinya bergetar namun, kedengkian pada Husna meleburkan rasa takutnya pada Hasta. Tidak perduli dengan konsekuensi untuk mereka, karena yang mereka pikirkan hanyalah menyingkirkan orang yang menjadi saingannya."P– pak, Hasta? Anda salah paham akan kami ceritakan kejadian sebenarnya, dan wanita yang tidak lain Husna ini adalah orang yang pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti yang kami lakukan ini." ujar Rini setelah terdiam beberapa saat."Siapa kamu yang berani bertindak tanpa persetujuan dari saya? Apakah kamu adalah pemilik perusahaan ini? Atau jangan-jangan ini semua karena akal-akalan kamu agar Husna pergi dari perusahaan ini? Dan kalian apa te