"Singkirkan tangan kotor kalian dari Husna. Jika tidak detik ini pula saya patahkan tangan kalian!!"Suara yang mampu menghentikan mereka semua tanpa terkecuali Rini dan Della seketika mereka saling pandang wajahnya begitu pias dan tubuhnya terdiam seketika tatapan tajam dari seorang mata Hasta mampu meleburkan tulang di tubuh mereka.Hatinya bergetar namun, kedengkian pada Husna meleburkan rasa takutnya pada Hasta. Tidak perduli dengan konsekuensi untuk mereka, karena yang mereka pikirkan hanyalah menyingkirkan orang yang menjadi saingannya."P– pak, Hasta? Anda salah paham akan kami ceritakan kejadian sebenarnya, dan wanita yang tidak lain Husna ini adalah orang yang pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti yang kami lakukan ini." ujar Rini setelah terdiam beberapa saat."Siapa kamu yang berani bertindak tanpa persetujuan dari saya? Apakah kamu adalah pemilik perusahaan ini? Atau jangan-jangan ini semua karena akal-akalan kamu agar Husna pergi dari perusahaan ini? Dan kalian apa te
"Untuk apa memfitnah orang lain? Saya tahu jika kamu yang sudah menjebak mereka!" tegas Hasta membuat Rini sontak menatap bosnya."A– apa maksud bapak? Apa saya di tuduh menjadi pelakunya? Saya katakan tadi bahwa lift ini tidak rusak. Kenapa saya yang di tuduh?" elak Rini. Ia tidak ingin menjadi bulan-bulanan teman kantornya, terlebih Hasta yang sudah pasti akan memecatnya. Maka kemenangan ada di tangan Husna, hal yang tidak ingin di lihat oleh Rini."Pa Hasta, mana mungkin lift rusak? Jika Rini sudah lebih dulu memakainya? Apa karena Bu Husna adalah orang kepercayaan anda dan juga pak Rusdi, sehingga Anda menutup fakta sebenarnya?" ucapan Winda berhasil memancing amarah Hasta yang sejak tadi ia coba untuk menekannya."Yang di katakan oleh pak Hasta benar. Lift dalam keadaan rusak, silahkan buka ponsel kalian masing-masing!" ucap Yudi, mengambil alih ucapan Hasta setelah mendapatkan anggukan dari pemilik perusahaan.Tanpa menunggu lama mereka mengambil ponselnya di dalam tas melihat v
Della sontak menoleh kearah Rini gumamnya terdengar begitu jelas di telinganya. Della hanya bisa menghela napasnya tidak hentinya ia merutuki kebodohan Rini."Kamu dengar Della, aku bisa menyingkirkan Husna tanpa tangan ini menyentuhnya. Kamu lihat saja nanti, kamu akan tahu bagaimana aku berkerja." ucapnya menyakinkan."Kamu yakin?" tanya Della ragu."Sangat yakin, kali ini aku bisa. Kamu mau ikut denganku atau tidak?" Rini berbisik agar tidak terdengar oleh Eko dan Joni. "Buktikan jika yang kamu katakan itu adalah benar. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padaku tapi, sebelum itu kamu pikirkan bagaimana supaya kita bisa bebas dari jeratan yang mungkin akan menimpa kita sebenarnya yang dikatakan oleh Pak Eko dan Pak Joni benar. Tidak mungkin Pak Hasta melepaskan kita begitu saja. Kamu tahu bagaimana istimewanya seorang Husna di mata pak Hasta." ujar Della. Meski ragu namun ia merasa untuk mengikuti yang dikatakan oleh Rini namun semua itu tidaklah penting saat ini. Sebab ada jeratan ya
Husna memilih memejamkan mata saat dering ponsel Pak Hasta terdengar di telinganya. Setelah meminta izin pada Husna, Hasta pun keluar ruang perawatan."Husna, Saya tinggal dulu jika ada apa-apa segera hubungi saya." ucapnya sebelum meninggalkan Husna."Iya pak Hasta, terima kasih." "Sekali lagi bilang terima kasih, aku halalkan hari ini juga." "Hah? Pak, Pak Hasta!" Hasta mengabaikan suara Husna, ia tersenyum meninggalkan Husna dengan seribu pertanyaan di benaknya.Di kantor Della yang tidak bisa diam lagi berulang kali membuat ulah sehingga Joni menghubungi Hasta."Ada apa ini?" "Ini pak Hasta mereka berusaha untuk kabur." ucap Joni, menceritakan kejadian setelah kepergian Hasta ke rumah sakit."Ya sudah, sekarang kamu mau apa? Jangan berharap kalian bisa dibebaskan begitu saja!""Pak Hasta saya mohon untuk tidak melaporkan kami ke polisi. Jika hal itu terjadi lalu bagaimana dengan kami? Kami sebenarnya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ini hanya asumsi saya karena melihat k
Della menimpali perkataan Rini agar mereka diijinkan untuk masuk.Della saling pandang dengan Rini detak jantung mereka bekerja lebih cepat meyakini bahwa rencana mereka berhasil. Namun, mereka pun merasakan ketakutan tersendiri walau bagaimanapun apa yang akan mereka lakukan tentu membahayakan orang lain dan buruknya lagi adalah nyawa Husna akan melayang. Della tidak peduli apa yang akan terjadi nanti tentu dia bisa terbebas dari tuntutan dia hanya perlu mengatakan pada ayahnya namun berbeda dengan Rini yang sudah di pastikan jika wanita di sampingnya akan mendekam di penjara.Sementara itu Andaru dengan enggan kembali ke perusahaan milik Hasta proyek besar yang bekerjasama dengan Hasta bernilai miliaran tentu tidak mungkin ia lepaskan begitu saja meski dia ingin menghindari Husna, wanita yang sangat ia benci dalam hidupnya. Keluar dari mobil ia mengayunkan kakinya menuju ruang Hasta yang berada di lantai tiga namun saat dia berada di lobby beberapa karyawan yang tengah bergosip men
"Katakan siapa?" tanya Hasta dingin. Suara yang sudah lama tidak Yudi dengar suara yang begitu mematikan membuat bulu kuduk berdiri."Orang dalam rumah sakit sedang saya cari identitasnya untuk yang lainnya sudah ada di kantong saya. Saya akan segera datang ke rumah sakit untuk menyerahkan bukti itu pada anda.""Lakukan dengan cepat dan bersih. Aku tidak ingin mereka bebas begitu saja. Mereka harus kita dapatkan secepatnya jika pihak berwajib tidak bisa menangkap mereka lakukan dengan cara kita seperti biasa." ujar Hasta suaranya tidak berubah terdengar suara gemeltuk dari giginya."Tapi pak, salah satu dari mereka sepertinya akan lolos dari catatan hukum karena saya sudah mengantongi nama orang yang di belakang salah satu dari mereka. Amada akan terkejut setelah mengetahuinya."Yudi melaporkan semua yang terjadi hingga sosok yang tidak asing lagi yang berada di belakang salah satu tersangka."Fokus pada intinya tidak perlu yang lain biar aku yang menyelesaikan semuanya." "Baik pak Ha
Tiga hari sudah Husna berada di rumah sakit selama itu pula hasta tidak hentinya memberikan penjagaan yang lebih ketat dari sebelumnya. Tidak ada yang bisa menembus keamanan yang sudah di siapkan dengan matang.Kondisi Husna yang semakin membaik sehingga Hasta bernafas lega berulang kali Zelena putri semata wayang Husna tidak hentinya menghubungi ponsel Husna. Meski Hasta sudah berulang kali memberikan kabar pada Bibi Imas untuk tidak menghubungi Husna tapi sepertinya putri semata wayangnya merasakan ikatan batin yang begitu kuat sehingga dengan terpaksa Hasta menghubungi Zelena."Hai, cantik. Apa kabar? Maaf, om lupa assalamualaikum," sapa Hasta saat layar ponselnya penampakan sosok gadis mungil dengan wajah yang sendu."Wa'alaikumsalam, om. Apa Mama masih sibuk?" tanya Zelena wajahnya semakin sendu beberapa hari ia tidak mendengar suara ibunya."Hum, sayang. Boleh Om mengatakan sesuatu pada gadis kecil yang sangat cantik ini?" tanya Hasta berusaha menghibur Zelena."Ya Om, apa yang i
Rini berusaha memberontak ia melepaskan tali yang mengikatnya. Semakin berusaha untuk melepaskan semakin kencang tali mengikatnya. Rini merutuki kebodohannya yang tidak bergerak cepat untuk kabur saat orang suruhan Hasta mengejarnya.Rini menyadari jika ia berada di gudang seorang diri tanpa adanya Della. Memindai sekeliling ruangan namun, nihil tidak ada sosok sahabatnya yang ia ingat tertangkap bersamanya. Lalu kemana Della?"Buka talinya! Woi, ada orang di luar?!" serunya tidak ada sahutan semakin cemas membayangkan dirinya yang tertangkap seorang diri."Della siapa kamu yang sebenarnya? Kenapa mereka bisa tidak menangkap kamu? Kenapa hanya aku, kenapa?" gumamnya tanpa ada yang bisa ia perbuat tangannya terikat begitu juga dengan kakinya. Beruntung mulutnya tidak di lakban sehingga Rini berusaha untuk berteriak meminta pertolongan meski hal itu nihil."Tolong! Tolong!" "Diam!! Dari tadi teriak terus, budek kupingku tau!" Dua pria dengan tato memenuhi lengan dan dadanya menatap se