"Katakan siapa?" tanya Hasta dingin. Suara yang sudah lama tidak Yudi dengar suara yang begitu mematikan membuat bulu kuduk berdiri."Orang dalam rumah sakit sedang saya cari identitasnya untuk yang lainnya sudah ada di kantong saya. Saya akan segera datang ke rumah sakit untuk menyerahkan bukti itu pada anda.""Lakukan dengan cepat dan bersih. Aku tidak ingin mereka bebas begitu saja. Mereka harus kita dapatkan secepatnya jika pihak berwajib tidak bisa menangkap mereka lakukan dengan cara kita seperti biasa." ujar Hasta suaranya tidak berubah terdengar suara gemeltuk dari giginya."Tapi pak, salah satu dari mereka sepertinya akan lolos dari catatan hukum karena saya sudah mengantongi nama orang yang di belakang salah satu dari mereka. Amada akan terkejut setelah mengetahuinya."Yudi melaporkan semua yang terjadi hingga sosok yang tidak asing lagi yang berada di belakang salah satu tersangka."Fokus pada intinya tidak perlu yang lain biar aku yang menyelesaikan semuanya." "Baik pak Ha
Tiga hari sudah Husna berada di rumah sakit selama itu pula hasta tidak hentinya memberikan penjagaan yang lebih ketat dari sebelumnya. Tidak ada yang bisa menembus keamanan yang sudah di siapkan dengan matang.Kondisi Husna yang semakin membaik sehingga Hasta bernafas lega berulang kali Zelena putri semata wayang Husna tidak hentinya menghubungi ponsel Husna. Meski Hasta sudah berulang kali memberikan kabar pada Bibi Imas untuk tidak menghubungi Husna tapi sepertinya putri semata wayangnya merasakan ikatan batin yang begitu kuat sehingga dengan terpaksa Hasta menghubungi Zelena."Hai, cantik. Apa kabar? Maaf, om lupa assalamualaikum," sapa Hasta saat layar ponselnya penampakan sosok gadis mungil dengan wajah yang sendu."Wa'alaikumsalam, om. Apa Mama masih sibuk?" tanya Zelena wajahnya semakin sendu beberapa hari ia tidak mendengar suara ibunya."Hum, sayang. Boleh Om mengatakan sesuatu pada gadis kecil yang sangat cantik ini?" tanya Hasta berusaha menghibur Zelena."Ya Om, apa yang i
Rini berusaha memberontak ia melepaskan tali yang mengikatnya. Semakin berusaha untuk melepaskan semakin kencang tali mengikatnya. Rini merutuki kebodohannya yang tidak bergerak cepat untuk kabur saat orang suruhan Hasta mengejarnya.Rini menyadari jika ia berada di gudang seorang diri tanpa adanya Della. Memindai sekeliling ruangan namun, nihil tidak ada sosok sahabatnya yang ia ingat tertangkap bersamanya. Lalu kemana Della?"Buka talinya! Woi, ada orang di luar?!" serunya tidak ada sahutan semakin cemas membayangkan dirinya yang tertangkap seorang diri."Della siapa kamu yang sebenarnya? Kenapa mereka bisa tidak menangkap kamu? Kenapa hanya aku, kenapa?" gumamnya tanpa ada yang bisa ia perbuat tangannya terikat begitu juga dengan kakinya. Beruntung mulutnya tidak di lakban sehingga Rini berusaha untuk berteriak meminta pertolongan meski hal itu nihil."Tolong! Tolong!" "Diam!! Dari tadi teriak terus, budek kupingku tau!" Dua pria dengan tato memenuhi lengan dan dadanya menatap se
Jordi yang biasa dipanggil Jon mendekati Yudi yang tengah menghubungi Hasta."Ada apa?" tanya Yudi memperhatikan Jordi yang terlihat gugup."Bos, seperti yang tadi saya katakan pada anda. Apa yang harus kita lakukan?" Jordi mengulang kembali pertanyaan yang sempat ia tanyakan pada Yudi."Kamu tetap sekap wanita itu, jangan bebaskan dia sebelum pak Hasta yang memintanya." ucap Yudi tegas."Lalu untuk wanita yang bernama Della itu apa perlu kami mengejarnya? Sepertinya seseorang yang memiliki kekuasaan yang bisa melakukan ini dengan cepat dan begitu rapih." Jordi menceritakan pada Yudi kejanggalan seseorang yang datang untuk menyelamatkan Della.Kerjanya yang begitu cepat tanpa di curigai berhasil mengecoh Jordi dan temannya. Terlebih saat ia berusaha untuk mengejar Della dan Rini bersamaan dengan itu sebuah mobil datang mendekati Della dan membawanya pergi dan ia berusaha untuk mengejarnya tapi sayangnya hal itu gagal karena beberapa orang sudah menghadangnya."Kamu sudah melacak semua
"Apa Tante! Jadi–" Vlora menutup mulutnya mendengar penuturan dari wanita yang kini terisak."Lalu apa yang akan kalian lakukan? Mas, apa kita? Rencana pernikahan kita harus di tunda lagi? Aku nggak mau!" Vlora menjatuhkan punggungnya kesadaran kursi sejenak ia berfikir langkah apa yang akan ia ambil. Mengatakan pada orang tuanya sudah tentu akan menjadi masalah, tapi jika pernikahan yang ia impikan tertunda jangka waktu yang lama membuat Vlora malu mengingat Ia pun sudah mengatakan pada teman-temannya bahwa pernikahannya akan segera dilaksanakan mengingat kepergian Andaru ke luar kota."Vlora bukankah kita sudah pernah membahas bahwa pernikahan kalian akan dilakukan setelah proyek ini berhasil. Lalu kenapa sekarang kamu bisa berubah pikiran?" ujar Fara yang tidak tahu pembahasan mereka berdua setelah acara makan malam."Mas, kamu belum cerita sama mama tentang pernikahan kita yang dipercepat? Alasan proyek baru kamu itu yang pada akhirnya memutuskan kita menikah lebih cepat dan aku s
Husna menceritakan kejadian dirinya yang tanpa sengaja melihat chat antara Hasta dan juga putrinya yang di bantu oleh bibi Imas."Hum, sudahlah. Sekarang masuk ke mobil. Kami mengangku kalah." ujar Hasta membantu Zelena memasuki mobil berdampingan dengan Husna. Perjalanan menuju apartemen yang menjadi tempat tinggal putrinya dan bibi Imas di dalam mobil semakin ceria mereka hanya menimpali ucapan Zelena yang tidak hentinya berceloteh. Hasta pria yang penuh misteri berubah menghangat sikapnya begitu lembut padanya dan pada Zelena meski Husna tahu mereka bertemu berapa kali."Sudah sampai!" seru Hasta membukakan pintu untuk Husna dan menggendong Zelena mendudukkan di kursi roda.Husna terdiam memperhatikan Hasta yang begitu lihai membantu Zelena begitu pula dengan bibi Imas berulang kali ia sigap membuka pintu apartemen yang menjadi hampir delapan bulan menjadi rumah nyaman mereka selama di Singapura dan seseorang yang membantu kebutuhannya."Kenapa diam? Masuklah, lihat putrimu ingin b
Tidak hentinya Husna berdoa untuk putrinya yang kini berada di meja operasi. Gelisah, khawatir semua ia rasakan terlebih sudah dari tiga jam namun operasi tidak kunjung selesai. Ketakutan yang tidak beralasan membuatnya tanpa sadar terduduk dengan linangan air mata. Putrinya yang baru berusia lima tahun harus berjuang seorang diri di dalam ruang yang menakutkan."Husna minumlah dulu, sejak tadi kamu tidak minum. Kamu harus kuat, aku tidak mau saat Zelena sadar kamu lemah." ujar Hasta yang telah habis akal membujuk Husna."Aku tidak haus, bibi Imas saja dan pak Hasta yang minum." sahutnya tanpa menoleh kearah Hasta."Kamu pikir kami bisa minum jika kamu tidak minum? Kami akan merasakan kelaparan dan kehausan seperti kamu jadi jangan paksa kami untuk minum begitu juga seperti kami akan mengikuti apa yang kamu lakukan.""T– tapi kenapa? Aku tidak ingin Pak Hasta dan juga Bibi Imas sakit, hanya karena menunggu putriku di sini dan Kalian juga harus–" Husna terdiam sejenak melihat kearah bi
dokter Alan tidak mempu mengatakan, tiba-tiba bibirnya kelu saat berhadapan dengan Husna."Putrimu sangat hebat. Aku kagum padanya, maaf Bu Husna kenapa ayah Zelena tidak datang kesini? Maaf saya tidak bermaksud–""Dokter Alan maaf saya tidak ingin membahas tentang pribadi. Tetapi jika mengenai putriku maka dengan senang hati saya akan menjawab dan ada banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan juga pada dokter Alan." ucap Husna.Jujur Husna tidak ingin masalah pribadinya menjadi topik pembicaraan mereka. Walau bagaimanapun Andaru adalah ayah dari putrinya tidak mungkin ia membuka aib mantan suaminya."Maaf Bu Husna saya sudah lancang dengan bertanya hal yang pribadi." Alan merasa bersalah atas ucapannya yang begitu tidak tahu dirinya bertanya hal pribadi. Apakah salah jika bertanya bahkan mereka berdua ada di kantin rumah sakit."Bu Husna,""Dok, tidak perlu merasa bersalah. Saya baik-baik saja," sahut Husna menghabiskan teh di cangkirnya."Ternyata kamu orang yang baik Husna, aduh!