Tidak hentinya Husna berdoa untuk putrinya yang kini berada di meja operasi. Gelisah, khawatir semua ia rasakan terlebih sudah dari tiga jam namun operasi tidak kunjung selesai. Ketakutan yang tidak beralasan membuatnya tanpa sadar terduduk dengan linangan air mata. Putrinya yang baru berusia lima tahun harus berjuang seorang diri di dalam ruang yang menakutkan."Husna minumlah dulu, sejak tadi kamu tidak minum. Kamu harus kuat, aku tidak mau saat Zelena sadar kamu lemah." ujar Hasta yang telah habis akal membujuk Husna."Aku tidak haus, bibi Imas saja dan pak Hasta yang minum." sahutnya tanpa menoleh kearah Hasta."Kamu pikir kami bisa minum jika kamu tidak minum? Kami akan merasakan kelaparan dan kehausan seperti kamu jadi jangan paksa kami untuk minum begitu juga seperti kami akan mengikuti apa yang kamu lakukan.""T– tapi kenapa? Aku tidak ingin Pak Hasta dan juga Bibi Imas sakit, hanya karena menunggu putriku di sini dan Kalian juga harus–" Husna terdiam sejenak melihat kearah bi
dokter Alan tidak mempu mengatakan, tiba-tiba bibirnya kelu saat berhadapan dengan Husna."Putrimu sangat hebat. Aku kagum padanya, maaf Bu Husna kenapa ayah Zelena tidak datang kesini? Maaf saya tidak bermaksud–""Dokter Alan maaf saya tidak ingin membahas tentang pribadi. Tetapi jika mengenai putriku maka dengan senang hati saya akan menjawab dan ada banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan juga pada dokter Alan." ucap Husna.Jujur Husna tidak ingin masalah pribadinya menjadi topik pembicaraan mereka. Walau bagaimanapun Andaru adalah ayah dari putrinya tidak mungkin ia membuka aib mantan suaminya."Maaf Bu Husna saya sudah lancang dengan bertanya hal yang pribadi." Alan merasa bersalah atas ucapannya yang begitu tidak tahu dirinya bertanya hal pribadi. Apakah salah jika bertanya bahkan mereka berdua ada di kantin rumah sakit."Bu Husna,""Dok, tidak perlu merasa bersalah. Saya baik-baik saja," sahut Husna menghabiskan teh di cangkirnya."Ternyata kamu orang yang baik Husna, aduh!
"Seperti sebelumnya Nyonya Adhicandra. Anda sudah tahu jawabannya dan untuk apa anda lelah datang menemui saya berulang kali dengan pertanyaan dan permintaan yang sama? Karena saya pun tidak bisa merubah keputusan meskipun anda akan memberikan bayaran yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Tapi kejujuran adalah lambang perusahaan saya tentu anda sudah tahu hal itu bukan?"Herman mengulas senyum penuh arti bahwa seberapa banyak dan kekuasaan yang di janjikan oleh menantu Adhicandra tidak akan bisa menyuap dirinya dan time."Aku tahu itu, tapi apakah kamu tidak ingin melakukan hal yang sedikit greget dari sebelumnya? Begitu setiakah kamu pada istrimu dan keluargamu sampai kamu menolak wanita sepertiku? Aku hanya melakukan ini padamu tapi, sepertinya kamu benar-benar akan menolak tegas apa yang ingin aku berikan padamu. Tapi tidak apa Aku hargai kesetiaan kamu pada keluargamu setidaknya ingatlah pada masa depan putra dan putrimu dan keluargamu tidakkah kamu ingin memberikan yang terbaik
"Kenapa tidak sejak lama kamu mikir Daru? Otakmu ternyata hebat juga! Kapan kamu lakukan? Kamu sudah melihat anaknya?" tanya Fara senyum membayangkan jika anak Husna berada di tangannya. Semua akan kembali pada tempatnya. Pikiran licik seorang Fara."Aku akan cari tahu anaknya. Tapi Ma, apa tidak keterlaluan? Aku minta sama Mama jangan sakiti anak Husna, walau bagaimanapun dia juga anakku." lirih Andaru, sejenak ia membayangkan wajah anaknya meski ia tidak pernah bertemu dengannya namun, ia yakin jika anaknya akan memiliki wajah seperti dirinya."Bodoh! Mana mungkin Mama menyakitinya, Mama tahu kamu sayang sama anak itu. Tapi kamu juga harus mikir kalau seandainya dia ada disini bukankah itu anak membahayakan pernikahan kalian? Kamu ingin tahu rencana Mama, setelah mendapatkan harta nenekmu itu?" Fara menyenderkan tubuhnya ingatannya kembali ke masa lalu.Hidup dalam kekurangan terlebih pria yang di cintainya menikah dengan wanita yang lebih sukses darinya."Aku benci kemiskinan, aku t
Andaru berharap apa yang sudah ia katakan pada Linda mampu membuat wanita yang menjadi sahabat dekat Husna percaya sehingga ia hasil mengetahui di mana Husna saat ini. Namun, semua di luar dugaan Linda tetap bungkam tanpa memberikan jawaban tentang Husna membuat Andaru geram melihat tingkahnya."Kenapa kamu hanya diam saja? Kamu lupa bahwa aku adalah suami Husna dan aku adalah Ayah dari anaknya? Kenapa kamu tetap tidak mengatakan keberadaan mereka. Aku tahu sebenarnya kamu mengetahui di mana Husna berada, tidak apa-apa jika kamu ragu padaku. Tapi setidaknya pikirkan masa depan anak kami jika masalah kami bisa menemui titik terang maka kehidupannya akan baik-baik saja begitu pula dengan anak kami. Apa kamu tidak ingin memberitahuku dimana keberadaan mereka? Setidaknya untuk terakhir kalinya aku menemuinya setelah ini aku berjanji tidak akan mengganggu mereka lagi."Linda kembali terdiam mencerna setiap perkataan yang dilontarkan oleh Andaru padanya mengenai hubungan mereka walau yang di
"Aku harus membututi Hasta, ya itu harus!" Andaru menyambar kunci mobilnya yang berada di atas meja. Proyek yang bekerja sama dengan perusahaan Hasta sementara waktu ia mengutus orang kepercayaannya untuk tetap berada di proyek sampai Husna kembali.Dari jarak aman Andaru menepikan mobilnya tetap memantau keberadaan Hasta beruntung ia mengunakan mobil perusahaan sehingga Hasta tidak bisa mengenali dirinya.Dua jam berlalu tiba-tiba sebuah mobil keluar dari perusahaan Hasta, senyum Andaru terpancar melihat mobil mewah milik Hasta walau ia tidak tahu siapa yang berada di dalam mobil."Bukankah itu mobil Hasta? Kemana mereka, aku harus ikuti mereka." Andaru mengikutinya dengan jarak yang aman tidak ingin Hasta menyadari jika sedang diikuti olehnya.Sementara itu Hasta yang mengetahui ada seseorang yang mengikuti mobilnya dengan tenang menghubungi seseorang untuk mencari tahu siapa yang ingin bermain-main dengannya."Yudi, putar balik ke cafe." ucap Hasta tanpa menoleh kearah Yudi."T– t
"Hei, aku tahu kalau putrimu hanya bercanda. Sudahlah, ayok kita berangkat."Hasta mengangkat tubuh Zelena ke dalam gendongannya. Membiarkan pria tampan itu berbincang ria dengan Zelena. Sampai di bawah dengan hati-hati mendudukkan di kursi depan berdampingan dengannya. Waktu tempuh yang tidak lama mereka telah sampai di bandara internasional Singapura. "Pak Hasta biarkan saya yang mendorong kursi rodanya." Ujar Husna mengambil alih kursi roda yang berada di tangan Hasta."Mama, aku rasa Mama sama ayah yang lagi berebut aku!" ucap Zelena lantang."Hah!" untuk berapa kali Husna di buat malu oleh tingkah putrinya di depan Hasta.Kecanggungan diantara Husna dan Hasta membuat mereka memilih untuk sibuk dengan pikiran mereka masih-masing. Husna yang kembali memperhatikan berkas yang sudah dikirim oleh timnya begitu juga dengan Hasta yang sibuk dengan ponsel canggihnya beberapa pesan penting mengisi layar depannya diantaranya adalah pesan dari Yudi orang kepercayaan.[Bos ada seseorang yang
Hasta bergegas keluar memeriksa suara yang mengejutkan mereka. Husna mengikuti dari belakang tak kalah terkejut saat dua orang pria berlari tunggang langgang saat Hasta keluar."Yudi pastikan mereka tidak lolos. Cepat tangkap mereka!" ucap Hasta dingin."Baik bos." Seandainya mereka tidak lagi dalam keadaan genting sudah di pastikan Yudi akan menjadi bulan-bulanan Hasta yang selalu memanggilnya dengan sebutan Tuan panggilan yang tidak di sukai oleh Hasta."Pak Hasta siapa mereka? Kenapa mereka berlari saat melihat pak Hasta keluar?" tanya Husna merasa takut jika mereka adalah orang suruhan Vlora. Bayangan masa lalu tiba-tiba berkelebat di benaknya menghadirkan rasa takut yang begitu dalam terlebih putrinya yang kini ada di sampingnya."Kamu jangan takut semua akan baik-baik saja. Husna, apa kamu tidak ingin mencari tempat tinggal baru?" tawar Hasta. Merasa dirinya tidak mungkin bisa menjaga Husna dan putrinya 24 jam sehingga Hasta memberikan tawaran pada Husna. Walau dia tahu bahwa