Husna mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ucapannya saat suara Rini memenuhi ruangan lift."Diam kau wanita rendahan! Aku sendang bicara jadi kau cukup diam dan dengarkan aku!! Aku mau kamu meninggalkan kantor ini, jika tidak!!" tatapan nyalang Rini berhasil mengukir senyum licik di bibir Della."Mampus, kamu Husna." gumamnya tanpa di dengar oleh Husna dan Rini."Kalau aku adalah wanita rendahan lalu kamu, apa? Apa harga dirimu tidak ada? Sampai seorang wanita seperti dirimu merendahkan diri hanya untuk mendapatkan cinta seseorang? Begitu hina hingga mengemis dan menghancurkan orang lain hanya demi seseorang yang tidak akan bisa menerima cintamu? Jadi di sini siapa yang memiliki harga diri yang begitu rendah bahkan, seperti yang kau katakan siang tadi maka kata-kata itu cocok untukmu, bukan aku." ucap Husna tenang, begitu tenang hingga Rini dan Della terdiam tanpa bisa mengucapkan kata untuk membalas Husna."Kurang ajar!! Kamu orang baru di perusahaan ini. Jaga sikapmu jika tidak–"
Andaru tersentak kedatangan wanita yang sudah melahirkannya dengan wajah yang merah padam membuat Andaru berusaha untuk bersikap tenang walau ia tahu jika ada sesuatu yang sangat besar sehingga wajah ibunya terlihat tidak bersahabat."M– maksud Mama, apa?" tanya Andaru berusaha menenangkan detak jantungnya."Jangan bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu Andaru! Katakan pada Mama apa benar wanita itu mengandung?" ucapan Fara kembali mengejutkan Andaru. Selama ini tidak ada yang tahu permasalahan antara dirinya dengan Husna bahkan malam pertama yang terakhir dengan paksaan. Andaru mengambil kesucian Husna meski wanita yang sampai detik ini masih berstatus sebagai istrinya tidak menyadari jika dia hanyalah menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh Husna."Mama bicara apa sih? Mana mungkin aku tertarik dengan wanita murahan seperti dia! Aku cuma bisa menginginkan tubuh Vlora. Tidak mungkin aku bisa nikmati tubuh wanita lain." Andaru duduk dengan tenang kali ini dia mampu menyembunyikan
Candra menatap wajah Andaru dengan kedua orang tuanya secara bergantian.Terlihat dengan jelas wajah mereka terkejut dengan acara makan malam yang di adakan secara mendadak. Candra yang sebenarnya menginginkan putrinya dengan cepat menikah dengan Andaru mengingat putrinya yang tergila-gila pada Andaru. "Pak Candra, jangan khawatir putra kami pasti menikah dengan Vlora. Saya pastikan secepatnya, lagi pula mereka sudah berpacaran cukup lama," Fara mendahului Frans."Pak Frans, saya percaya putra kalian memiliki hati yang baik. Dan tidak menunda lagi, bagaimana jika kita rencanakan pernikahan untuk mereka, lebih cepat? Saya sudah memilih hotel di Bali untuk acara pernikahan mereka." ujar Candra. Sontak membuat keluarga Andaru saling pandang, bagaimana tidak hotel yang akan di pilih keluarga Vlora tentu tidak sembarangan ada harga yang harus di bayar permalam."Bagaimana kalau bulan depan? Kamu sudah bersiap bukan? Lagi pula, wanita itu sudah mati. Lalu untuk apa kalian menundanya?" lanju
"Maaf, aku tidak bisa menahan tawa, membayangkan wajah Husna saat itu. Lanjutkan lagi ceritanya." Rini menghentikan tawanya, menghargai Anggi."Dia di besarkan di salah satu panti asuhan, dengan tubuhnya dia meminta untuk di nikahi oleh Andaru. Cucu Adhicandra!" ujar Anggi."Wah! Dia seorang anak panti asuhan!" pekik Rini."Selain murahan dia anak yang di buang oleh orang tuanya! Hahaha! Luar biasa hidupnya." lanjutnya dengan tawa yang semakin keras.***Vlora tidak menyangka jika acara makan malam yang begitu mendadak menjadi hal yang indah untuknya. Bagaimana tidak, kekasih hatinya telah melamar dirinya dengan cincin berlian yang sudah di siapkan Andaru sejak lama."Mas, kamu tahu hari ini adalah hari yang paling membahagiakan selain hari kelahiran aku. Kamu laki-laki yang mampu membuat aku bertahan sampai saat ini, cuma kamu yang bisa menjadi impianku di masa mendatang!" Vlora tidak hentinya memeluk tubuh tinggi Andaru. "Sayang apa pun akan mas lakukan untukmu. Sebab kamu adalah wa
Husna merasakan tubuhnya yang nyeri bibirnya yang mengeluarkan darah, ketika wajahnya mencium lantai yang dingin tanpa sengaja bibirnya tergigit."Halah!! Udh bawa sana pak! Kami akan menjadi saksi kegilaan mereka!" Husna kalah ia membiarkan dirinya di seret keluar dari perusahaan namun langkahnya terhenti saat ia menangkap senyum seseorang kearahnya."Mampus," ucapnya tanpa suara. Berlahan Husna mendekatinya dengan senyuman yang indah di bibirnya yang terluka. Bukan hanya bibirnya tetapi hatinya yang lebih sakit, di permalukan dan di hina oleh mereka yang berusaha untuk menjatuhkan dirinya."Aku tahu ini ulahmu, kamu harus ingat. Kebenaran akan terungkap, saat itu jangan datang padaku." ucap Husna lirih penuh penekanan."Bu Husna, maafkan saya. Seandainya saya tidak memaksa Bu Husna kejadian ini tidak akan terjadi pada kita. Sekali lagi tolong maafkan saya," lirih Rusdi yang tidak menyangka jika niat baiknya berakhir dengan kejadian memalukan. Pemecatan terbayang di depan mata karen
"Singkirkan tangan kotor kalian dari Husna. Jika tidak detik ini pula saya patahkan tangan kalian!!"Suara yang mampu menghentikan mereka semua tanpa terkecuali Rini dan Della seketika mereka saling pandang wajahnya begitu pias dan tubuhnya terdiam seketika tatapan tajam dari seorang mata Hasta mampu meleburkan tulang di tubuh mereka.Hatinya bergetar namun, kedengkian pada Husna meleburkan rasa takutnya pada Hasta. Tidak perduli dengan konsekuensi untuk mereka, karena yang mereka pikirkan hanyalah menyingkirkan orang yang menjadi saingannya."P– pak, Hasta? Anda salah paham akan kami ceritakan kejadian sebenarnya, dan wanita yang tidak lain Husna ini adalah orang yang pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti yang kami lakukan ini." ujar Rini setelah terdiam beberapa saat."Siapa kamu yang berani bertindak tanpa persetujuan dari saya? Apakah kamu adalah pemilik perusahaan ini? Atau jangan-jangan ini semua karena akal-akalan kamu agar Husna pergi dari perusahaan ini? Dan kalian apa te
"Singkirkan tangan kotor kalian dari Husna. Jika tidak detik ini pula saya patahkan tangan kalian!!"Suara yang mampu menghentikan mereka semua tanpa terkecuali Rini dan Della seketika mereka saling pandang wajahnya begitu pias dan tubuhnya terdiam seketika tatapan tajam dari seorang mata Hasta mampu meleburkan tulang di tubuh mereka.Hatinya bergetar namun, kedengkian pada Husna meleburkan rasa takutnya pada Hasta. Tidak perduli dengan konsekuensi untuk mereka, karena yang mereka pikirkan hanyalah menyingkirkan orang yang menjadi saingannya."P– pak, Hasta? Anda salah paham akan kami ceritakan kejadian sebenarnya, dan wanita yang tidak lain Husna ini adalah orang yang pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti yang kami lakukan ini." ujar Rini setelah terdiam beberapa saat."Siapa kamu yang berani bertindak tanpa persetujuan dari saya? Apakah kamu adalah pemilik perusahaan ini? Atau jangan-jangan ini semua karena akal-akalan kamu agar Husna pergi dari perusahaan ini? Dan kalian apa te
"Untuk apa memfitnah orang lain? Saya tahu jika kamu yang sudah menjebak mereka!" tegas Hasta membuat Rini sontak menatap bosnya."A– apa maksud bapak? Apa saya di tuduh menjadi pelakunya? Saya katakan tadi bahwa lift ini tidak rusak. Kenapa saya yang di tuduh?" elak Rini. Ia tidak ingin menjadi bulan-bulanan teman kantornya, terlebih Hasta yang sudah pasti akan memecatnya. Maka kemenangan ada di tangan Husna, hal yang tidak ingin di lihat oleh Rini."Pa Hasta, mana mungkin lift rusak? Jika Rini sudah lebih dulu memakainya? Apa karena Bu Husna adalah orang kepercayaan anda dan juga pak Rusdi, sehingga Anda menutup fakta sebenarnya?" ucapan Winda berhasil memancing amarah Hasta yang sejak tadi ia coba untuk menekannya."Yang di katakan oleh pak Hasta benar. Lift dalam keadaan rusak, silahkan buka ponsel kalian masing-masing!" ucap Yudi, mengambil alih ucapan Hasta setelah mendapatkan anggukan dari pemilik perusahaan.Tanpa menunggu lama mereka mengambil ponselnya di dalam tas melihat v
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y
Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew
Bukan hanya Husna dan Hasta tetapi juga Andaru dan Indri mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Zelena yang tidak ada kabar. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh mereka yakni Cavin pria remaja yang berstatus sebagai adik Zelena ternyata sudah memiliki firasat yang berbeda terhadap pria yang mengaku sebagai kekasih kakaknya.Di dalam kamar Cavin tidak hentinya mencari tahu keberadaan sang kakak bahkan dia rela meminta pada seseorang untuk mencari keberadaan Kayan."Aku sendiri yang akan melenyapkan kamu jika saja menyentuh kulit kakak 'ku." Ujar Cavin mengepalkan tangannya.Cavin yang kini telah menginjak remaja begitu menjaga sang kakak walau Zelena jauh dari pandangannya tetapi Cavin tidak lepas memperhatikan dan menjaganya dan kali ini untuk pertama kalinya gagal. Meski tetap bergerak tanpa sepengetahuan orang tua dan kakaknya tetapi sama halnya dengan yang lain ia pun kehilangan jejak Zelena. Cavin tidak tinggal diam seperti sekarang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s