Home / Romansa / Because You Are Mine / [03] - Cowok Brengsek

Share

[03] - Cowok Brengsek

Author: sansuris27
last update Last Updated: 2021-06-06 16:04:34

HAPPY READING ....

______________

Badai terus melanjutkan suapannya dengan tenang. Begitupun dengan Adel yang sedari tadi diam sambil menikmati gudeg pesaannya dengan lahap. Tidak ada pembicaraan yang terlontar, hanya dentingan sendok yang berbenturan dengan piring berwana putih itu yang sesekali terdengar merdu.

“Orang baru yah?” tanya Badai ketika dirinya sudah menyelesaikan makannya.

“He-em, baru sedetik yang lalu dilahirkan,” jawab Adel sekenanya. Dia masih melanjutkan makannya tanpa berpaling kearah cowok yang tidak dikenalnya itu.

“Oh, pantesan masih ada darahnya dikit,” ucap Badai berusaha biasa saja. Walaupun ia merasa pembicaraan mereka tidak ada manfaatnya sama sekali.

“Iya, kamu juga orang baru yah? cangkang lo masih menempel di punggung lo tuh. Kalau boleh tau habitat kamu di mana yah? Di Komodo, apa di Wakatobi?” tanya Adel.

Badai terdiam. Dia tidak tahu menjawab pertanyaan cewek aneh itu dengan apa? Yang terjelas pertanyaannya itu sangat konyol dan patut untuk dikubur dalam tanah sedalam mungkin.

“Keluarga komodo apa kura-kura?” lanjut Adel ketika pertanyaannya belum juga terjawab.

Badai masih terdiam. Ia hanya menatap cewek asing itu dalam keadaan beku. Adel langsung menoleh karena merasa cowok itu menatapnya intens, sampai ubun-ubunnya pun terasa tembus oleh pandangan matanya, “Napa liatin gue kek gitu?”

“Hah!?” Lamunan Badai buyar.

“Oh ... Gue tau! Lo naksir yah sama gue. Tapi gue kasih tau nih. Kalo lo itu bukan tipe gue. Gue gak akan suka sama Komodo apalagi Kura-kura.”

“Yang suka sama lo juga siapa? Dan yang Komodo juga siapa? Pe-de amat jadi orang!”

“Hehe ... bilang aja, gak usah malu-malu! Mas.”

Hening kembali menyeruak, karena Badai tidak merespon perkataan Adel setelahnya. Adel cepat-cepat menyelesaikan makannya dan berniat kembali ke tempat Ilham. Meladeni keluarga kura-kura ataupun komodo seperti cowok yang ada di sampingnya itu, tidak ada manfaatnya. Hanya buang-buang waktu saja.

Badai yang melihat pergerakan Adel hanya tersenyum miring, seperti memikirkan sesuatu yang cukup sulit untuk ditebak. Adel yang baru saja ingin meninggalkan kursi, langsung terhenti ketika tangannya terasa ada yang menahan.

Ia melihat tangan yang sedang melingkar di tangannya tanpa malu-malu. Kemudian, dia menatap pelakunya dari kaki sampai atas, “Astaga Kuyang!!?” teriaknya berpura-pura kaget.

Tentu saja Badai langsung memutar bola matanya jengah, dan langsung melepaskan pergelangan tangan Adel. “Gue bukan kuyang, mata lo aneh banget! Gak bisa orang ganteng!”

“Oh iya, lo emang bukan kuyang tapi Komodo, atau sejenis buaya darat gitulah? Mau apa? Ngapain lo nahan-nahan tangan gue, mau kenalan. Hus ... sorry, gak ada waktu buat kenalan sama buaya.”

Badai tadinya hanya sedikit gemas dengan Adel menjadi semakin gemas dengan cewek itu. Nih cewek kalau ngomong, bisa sopan gak sih. Dari tadi nganggep gue komodo lah, kura-kura lah, nah sekarang dia nganggep gue buaya. Ya Tuhan, mungkin matanya perlu diperiksa, batin Badai dan terus menatap Adel yang ada di depannya, “Lo itu diajarin ngomong sopan gak sih, sama orang tua lo?”

“Ya elah Mas, gue ini itu udah sopan tau. Emang gini gaya bicara gue kalau sama cowok norak seperti anda.”

Badai menghela napas panjang dan terdiam. Sedangkan netranya terus melototi tubuh Adel seakan menelanjangi cewek yang ada di depannya. Pikiran aneh mulai menghinggapi otak Badai.

Cup!

Secepat kilat Badai menyambar bibir tipis Adel dan menciumnya. Lalu pergi setelah senyuman miringnya tepat di hadapan Adel. “Thanks, bibir lo manis,” ujar Badai sedikit menggoda tapi Adel hanya diam membeo tak mampu berbicara, sementara mukanya sudah memerah seperti udang rebus. Ini terlalu tiba-tiba, tubuh Adel tergidik seperti habis kesetrum belut listrik.

Badai mempercepat langkahnya. Dalam pikirannya, mungkin  tiga detik lagi, akan ada bom yang meledak di dalam warung Mbak Iren.

Satu ... dua ... tig ---

“BRENGSEEEKK!!”

Badai tersenyum miring ketika dari dalam warung, suara guntur sudah terdengar. Sudah ia duga sebelumny, tetapi itu hadiah yang cocok untuk bibir yang cerewet. Tetapi ngomong-ngomong bibir cewek itu manis juga ternyata.

Badai mempercepat langkahnya menuju motor CBR1000-nya. Kalau berlama-lama berada di tempat ini, ia takutkan Mbak Iren bisa tahu dan memberitahu kelakuannya kepada papa sama mama. Bisa berabe kalau orang tuanya sampai tahu.

Adel yang merasa menjadi korban pelecehan berlari keluar mengikuti arah berlalunya cowok komodo, kura-kura, ayam, monyet, babi dan apalah itu. Intinya dia adalah cowok brengsek yang telah berani merenggut first kiss-nya. Arga, pacarnya di Bandung saja tidak seberaninya mencium dia. Nah ini cowok belum dia kenal, sudah berani melakukan hal tak senonoh itu. Ini tidak boleh dibiarkan, Adel harus membalas perbuatannya.

Adel terus berlari mencari sosok cowok buaya itu yang kemungkinan belum jauh, tetapi akhirnya Adel menyerah juga, ketika melihat pelakunya telah menjauh dengan motor CBR1000nya yang sama-sama kusamnya dengan muka pemiliknya.

“KURANG AJARR!”

“BRENGSEKK!”

“BAJINGAN!”

Ilham yang melihat adiknya teriak histeris seakan melihat kuntilanak di sore yang cerah ini langsung berlari menghampirinya. “Kenapa Del, kenapa teriak seperti itu? Sudah-sudah, gak baik dilihatin sama orang-orang,” ucap Ilham berusaha menenangkan Adel yang terus berteriak mengumpat cowok brengsek itu.

Di kejauhan, tepat di bibir pintu warungnya, Mbak Iren hanya membeku sementara rahangnya sudah mengatup keras. Dia tahu banget, orang yang sedang diumpatkan cewek itu adalah Badai, adik sepupunya. Memang tuh anak, suka banget cari gara-gara. Nah ini gara-gara apalagi yang dia perbuat kepada cewek itu? Batin Mbak Iren bertanya-tanya. Bukannya tadi terdengar baik-baik saja? Gue harus temui Badai nanti. Dia harus bertanggungjawab!

*****

Adel tiba di rumah Akmal, dengan segudang masalah. Bak disambar petir di siang bolong, Adel terus merutuki dirinya yang tidak berhati-hati dengan cowok seperti Badai. Tetapi sekarang dia bisa apa? Semuanya sudah terlanjur. Sekarang dia harus mencari cowok itu, dan memberinya pelajaran yang setimpal.

“Adik kamu kenapa, Ham? Kusut banget?” tanya Akmal kepada Ilham ketika mereka sedang mengeluarkan barang-barangnya dari bagasi mobil. Mereka berdua memperhatikan Adel yang berjalan seperti zombi dari mobil menuju teras rumah berwarna putih di sana.

“Tadi ada masalah di stasiun, tapi gue juga nggak tahu. Soalnya, kalau gue nanyain dia gak mau jawab, Bang,” balas Ilham yang mengangkat koper miliknya dari dalam bagasi yang dibantu oleh Akmal yang mengangkatnya pula.

“Oh gitu, baiknya lo tenangin nanti. Gak baik kalau dia seperti zombi gitu,” saran Akmal tersenyum. “Yuk masuk!” ajaknya kemudian sambil menenteng barang-barang sepupunya serta koper Adel yang ditinggalkan sendiri. Ilham mengikuti Akmal dari belakang, dan menarik kopernya menuju rumah bercat putih milik om-nya.

Akmal – sepupu Ilham dan Adel. Dia adalah anak dari paman Reza kakak Ridwan, ayahnya. Memang mereka sudah kenal akrab, karena mereka selalu silaturahmi setiap tahun. Jadi, Ilham maupun Adel tidak merasa canggung dengan sepupunya itu. Akmal pun demikian, ia sudah menganggap kedua kakak adik itu sebagai adiknya sendiri.

“Masuk yuk! Setelah istriahat nanti, baru kita ke rumah sakit bareng. Sama papa juga,” ujar Akmal mulai membuka pintu rumahnya. Hari ini tidak ada siapa-siapa di rumah. Reza belum pulang dari kantor tempatnya bekerja, sedangkan Oma sedang menemani Ridwan di rumah sakit.

Adel dan Ilham mengikut di belakang. Rencananya, mereka hanya akan bermalam di rumah pamannya hanya semalam. Bukan karena tidak enak. Hanya saja mereka akan menyewa kontrakan di sana, untuk dijadikan tempat tinggal kedepannya.

“Ham, lo istirahat di kamar gue aja. Kalo Adel, kamu di kamar tamu, gak papa kan?” tanya Akmal seraya meletakkan barang-barang Adel di ruang tamu.

Adel tidak menggubris ucapan Akmal dengan perkataan. Dia hanya mengambil barangnya lalu berjalan ke kamar tamu, tempatnya tidur setiap dia berkunjung ke rumah ini. Mungkin istirahat yang bisa memulihkan moodnya yang sedang drop akibat cowok brengsek di warung tadi.

Ilham juga mengangguk dan berjalan menuju kamar Akmal sambil menarik koper besar miliknya. Dia juga akan istirahat. Selama perjalanan tadi, ia tidak bisa tidur. Mungkin kalau dengan kasur empuk sepupunya, ia bisa tidur. Semoga saja ia mampu soalnya jam sudah menunjukkan jam 17: 11 WIB.

______________

TO BE CONTINUED

Related chapters

  • Because You Are Mine   [04] - Rumah Sakit

    HAPPY READING .... _____________ Jam telah menunjukkan pukul 19:12 waktu setempat. Semua orang sudah berkumpul di meja makan. Mereka kali ini makan berempat. Karena oma sepertinya belum pulang, sebab mereka belum ke rumah sakit untuk menggantikannya. Di atas meja makan sudah tersedia jenis-jenis makanan khas Yogyakarta ada gudeg, opor ayam dan lainnya. Itu semua Akmal yang beli di warung terdekat, karena pembantunya pulang kampung tiga hari yang lalu. Jadi, kalau mau makan mereka harus beli dulu. Setidaknya, itu terjadi sampai pembantunya kembali pulang. “Silakan makan, lepas ini kita semua ke rumah sakit!” perintah Om Reza memulai mengambil gudeg lalu melahapnya dengan nikmat. Detik selanjutnya, gerakan Reza pun disusul oleh Akmal, dan kedua keponakannya. Tak berselang berapa menit, mereka semua telah menyelesaikan makannya. Adel yang merasa dirinya perempuan, mulai membereskan peralatan makan yang kotor itu

    Last Updated : 2021-06-10
  • Because You Are Mine   [05] - Kamu Harus Tanggung Jawab

    HAPPY READING __________________ Setelah Om Reza, Oma dan Akmal pulang. Adel dan Ilham kembali duduk di sofa yang ada di kamar Ridwan. Adel dan Ilham hanya tersenyum senang ketika melihat Ridwan tengah istirahat di atas brangkar sana. Semoga saja ayahnya itu cepat sembuh. Mengingat kejadian tadi sore di stasiun, ingin rasanya Adel mencabik-cabik mulut cowok brengsek itu. Akan tetapi, semuanya sudah terlambat, apa yang harus dia perbuat sekarang? Tidak ada! Namun, dia sudah berniat untuk membalas perbuatan cowok itu. Raut muka Adel yang berubah menjadi bersungut-sungut memancing Ilham untuk bertanya? “Del, kamu kenapa? Mukanya kusut gitu, kalau udah ngantuk tidur aja.” Ilham mendekati Adel dan duduk lebih dekat dengannya. Menyadari ada yang memperhatikannya, Adel hanya menampilkan smirk-nya, “Kagak ada apa-apa, Kak. Adel belum ngantuk, kalau kakak mau tidur. Tidur aja,” balas Adel. Ilham mengangguk pelan, “Baik

    Last Updated : 2021-06-24
  • Because You Are Mine   [06] - Kecopet

    HAPPY READING __________________ Selamat pagi Yogyakarta. Kota sejuta mimpi, kota sejuta harapan dan kota sejuta aktivitas mulai bangun kembali. Gelap remang-remang disertai dengan kokok ayam dari berbagai perkampungan kecil saling beradu merdu untuk membangunkan para pejuang rupiah. Menidurkan hansip malam yang habis berkeliling kompleks, serta mengingatkan sang mentari yang hampir lupa muncul pagi ini. Dari kamar melati – Rumah Sakit Yogyakarta, seorang perempuan terlihat baru bangun dari tempat berlabuhnya tadi malam. Sedangkan kakak semata wayangnya sudah mandi dan bersiap-siap, sejak tadi subuh. Mereka adalah Adel dan Ilham – kakak beradik yang semalam telah menemani Ridwan di rumah sakit. “Pagi Del, gimana tidurnya, nyenyak?” sapa Ilham kepada Adel yang masih menggaruk tengkuknya yang terasa gatal, raut mukanya masih terlihat sayu dan rambutnya yang dibiarkan terurai semalam, sudah seperti habis kesetrum listrik. Adel ha

    Last Updated : 2021-06-25
  • Because You Are Mine   [07] - Dituduh Copet

    HAPPY READING __________________ “Ponsel gue!!!” Tiba-tiba, seorang pencopet langsung menyambar ponsel yang ada di tangan Adel, membuatnya berteriak panik. Ilham langsung berlari mengejar pencopet itu, berharap ponsel adiknya masih bisa terselamatkan. Adel mengacak-acak rambutnya frustrasi, bagaimana bisa ia seceroboh itu. Dia hanya mampu menatap tempat menghilangnya Ilham seraya menggigit jari. Ya Allah, semoga saja bang Ilham bisa menyelamatkan ponsel aku! Batin Adel berdo’a. ***** Suasana siang yang begitu panas membuat semua orang yang sedang istirahat dari kerja kantor memilih bercengkerama di salah satu cafe terkenal yang ada di Jalan Diponegoro. Cafe Andalusi, di sana pula terdapat sekelompok anak geng motor dari SMA Sriwijaya sedang bercengkerama ria. Untung sekali, hari ini anak geng motor itu tidak lagi membuat keonaran. Walaupun hanya bercengkerama ria, tetapi pemilik cafe tetap was-was,

    Last Updated : 2021-06-26
  • Because You Are Mine   [08] - Masuk Kontrakan

    HAPPY READING __________________ Hari semakin gelap. Adel dan Ilham kembali ke rumah Om Reza. Bukan untuk bermalam, tetapi untuk pamit karena dia sudah mendapatkan kontrakan murah tak jauh dari rumah sakit. Setelah salam, mereka berdua masuk dan menghampiri Reza yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu – membaca koran. Hari ini Reza pulang lebih cepat. Mungkin karena kerjaan kantor lagi tidak banyak, jadi Reza bisa pulang sebelum adzan magrib berkumandang. “Udah pulang, Om?” tanya Ilham sambil mencium punggung tangan pamannya. Reza mengangguk pelan, “Iya, Nak. Gimana? Udah dapat kontrakan?” tanya Reza ramah seraya menyalami kedua keponakannya. Ilham mengangguk lalu mendaratkan pantatnya di sofa yang ada di depan Reza, begitu pula dengan Adel. Setelah menyalami pamannya, dia langsung duduk di samping Ilham. “Tapi, kenapa sih kalian tidak tinggal di rumah om saja. Kenapa mesti cari kontrakan?” tanya Reza. “Tid

    Last Updated : 2021-06-27
  • Because You Are Mine   [09] - Tekad Badai

    HAPPY READING ***** Malam ini Badai tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran dengan kejadian tadi siang di depan cafe. Benar-benar terhina, harga dirinya di injak-injak oleh perempuan sialan itu. Badai tidak jadi ke basecamp Dark Tiger karena kondisi hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik. Saat ini dia hanya duduk di balkon kamarnya, seraya menjabak rambutnya frustrasi. Dia tidak habis pikir jika ada cewek seberani itu menginjak haga dirinya di depan teman-temannya. Jika Dark Tiger tidak mau menerimanya lagi bagaimana? Mengingat kejadian tadi siang. “Oh maaf, gue sudah salah duga. terimah kasih yah,” ujar Ilham meminta maaf dan mengelus bahu Badai pelan. Badai menjadi lega karena merasa permasalahannya dengan cowok yang ada di dekat perempuan sialan itu sudah selesai. Tetapi bukannya selesai, malahan cowok itu mendekatinya dan berbisik ke telinga Badai. “Tapi masalahnya sekarang, lo ngapain adek gue k

    Last Updated : 2021-07-05
  • Because You Are Mine   [10] - Senjata Makan Tuan?

    HAPPY READING ***** Terasa ada yang kurang pagi ini. Ilham yang tidur lagi selepas shalat subuh tadi, menjadi heran tidak mendapati Adel di kamar. Ilham menjadi bingung dan cemas dibuatnya. Jujur, meskipun dia sedikit kesal kepada adiknya itu, tetapi jikalau dia tidak mengetahui Adel ke mana, dia juga merasa khawatir akan terjadi apa-apa kepada adiknya itu. Ilham mondar-mandir di dalam ruangan, membuat Ridwan yang baru saja bangun dari alam mimpinya menautkan alis, karena bingung. Ada apa geranga, mengapa Ilham mondar-mandir seperti itu? Jikalau memang dia ingin jogging atau berjalan santai sambil olahraga, kenapa tidak keluar saja? “I-Ilham, kenapa mondar-mandir di situ, Nak? Adikmu mana?” tanya Ridwan terbata-bata. Ilham menghentikan aksinya, dan mendekati brangkar Ridwan. Dia berusaha menghilangkan rasa cemasnya, agar Ridwan tidak ikut cemas, tetapi dia tidak bisa. Sekuat tenaga dia melakukannya, tetapi rau

    Last Updated : 2021-07-05
  • Because You Are Mine   [11] - Ilham Masih Ngambek?

    HAPPY READING ***** Sehabis membeli sarapan, Ilham kembali ke kamar ayahnya. Terlihat dia berisul-siul kecil melewati lorong koridor seraya menjinjing kantong kresek berwarna hitam polos disertai aroma-aroma enak yang mengikutinya. Sepertinya Ilham baru saja membeli gudeg dari pedagang kaki lima di depan rumah sakit sana. Memang sih, makanan pedangan kaki lima tidak kalah dengan makanan di restoran, atau bahkan di pedagang kaki lima lebih untung. Sudah enak, sederhana, murah lagi. Tidak sama di restoran, kelihatannya saja mewah, tetapi rasanya, sama. Mewah juga. Bisa membuat rekening jadi limit. Ilham membuka pintu dan melihat Adel sedang main ponsel di sofa. Sedangkan Ridwan sedang di periksa oleh suster. “Nih!” ujar Ilham seraya menyimpan gudeg di atas sofa. “Buat aku?” tanya Adel singkat. “Buat sofa! Yah buat kamu lah,” sungut Ilham membanting dirinya di sofa. Adel hanya mengerucutkan bibirnya. Lalu

    Last Updated : 2021-07-05

Latest chapter

  • Because You Are Mine   [14] - Hari Pertama Sekolah

    HAPPY READING ***** Tidak terasa sudah banyak jam yang telah terlewati di Yogyakarta. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya, suka, duka, senang, dan sedih semuanya sudah dirasakan oleh seorang Adela Andriana. Semuanya memerlukan mental yang kokoh, untungnya masih ada Ilham yang selalu setia membantunya. Meskipun dia sekarang sedikit menjengkelkan, jujur Adel tidak bisa hidup tanpanya. Terdengar sangat lebay emang, tetapi persepsi orang kan berbeda-beda. Dan satu yang pasti, seandainya cerita ini tidak habis kena kontrak, mungkin authornya sudah mengubah judulnya, “I Love my Brother,” tetapi karena beberapa ketentuan lain maka dia akan tetap setia di judul, “Because You’re Mine.” Sudahlah, lebih baik kita masuk ke cerita. Cerita sang putri yang sangat cantik dan pada akhirnya akan bahagia dengan pangeran berkuda. “Akhirnya mereka berdua bahagia selamanya. Tamat!” Terdengar sangat klise bukan? Tanpa mendengar pendapat kalian, Author se

  • Because You Are Mine   [13] - Kecoa Lagi?

    HAPPY READING ***** “Bang!” ucap Adel menatap kakaknya yang sedang berselonjor di kursi ruang tamu. “Apa?” tanya Ilham. “Gak usah banyak tanya, baiknya kamu terusin mijitnya, di bagian sini nih!” lanjutnya memerintah. “Bukan di situ, yah ... ah bukan, di sini!” “Dih, apasih Bang! Emm!!” kesal Adel lalu memijit lengan Ilham kuat-kuat. “Aww! Kamu mau bunuh, Abang?” tanya Ilham mengaduh kesakitan. “Sudah-sudah!” putusnya kemudian lalu mengenyangkan tangan Adel dari lengannya. Bisa-bisa badannya remuk seperti habis ditindas buldozer jika Adel memijatnya seperti itu. “Dasar lo jadi adek, gak ikhlas banget kalau ngebantuin!” lirih Ilham kemudian. “Abisnya sih, Abang menjengkelkan sekali. Kayak bos killer norak tahu gak,” sahut Adel merespon. Sepertinya Adel mendengar perkataan Ilham barusan. Yang lebih kesal sekarang adalah Adel. Enak saja abangnya itu memerintahnya untuk memijitnya, tetapi kalau tidak enak, malah ma

  • Because You Are Mine   [12] - Renovasi

    HAPPY READING ***** Kegiatan bersih-bersih masih berlangsung hingga saat ini. Keringat yang sudah menetes berbenturan dengan kuman membuat Adel merasakan ada aroma-aroma yang sangat enak dicium. Yah, bau-bau yang membuat kita ingin menutup hidung agar aroma itu tidak sampai masuk ke dalam indra penciuman dan membuat organ tubuh menjadi pingsan dan tidak melaksanakan kinerjanya dengan baik. Akan tetapi, meskipun demikian. Adel dan Ilham tetap tidak mau menghentikan pekerjaannya yang dirasa masih belum adalah lima puluh persen selesai dalam perenovasian ini. Acara bersih-bersih sudah selesai dan kecoa-kecoa sialan yang sudah mati kini terkumpul di dalam baskom. Akibat semprotan Adel yang secara serampangan membuat semua makhluk yang menciumnya isdet alias berpulang ke Illahi. Sangat miris emang, apalagi keluarga besar kecoa bawah bantal semuanya tidak ada yang tersisa. Mulai dari nenek buyut hingga cucu-cucu yang masih dalam telur dan p

  • Because You Are Mine   [11] - Ilham Masih Ngambek?

    HAPPY READING ***** Sehabis membeli sarapan, Ilham kembali ke kamar ayahnya. Terlihat dia berisul-siul kecil melewati lorong koridor seraya menjinjing kantong kresek berwarna hitam polos disertai aroma-aroma enak yang mengikutinya. Sepertinya Ilham baru saja membeli gudeg dari pedagang kaki lima di depan rumah sakit sana. Memang sih, makanan pedangan kaki lima tidak kalah dengan makanan di restoran, atau bahkan di pedagang kaki lima lebih untung. Sudah enak, sederhana, murah lagi. Tidak sama di restoran, kelihatannya saja mewah, tetapi rasanya, sama. Mewah juga. Bisa membuat rekening jadi limit. Ilham membuka pintu dan melihat Adel sedang main ponsel di sofa. Sedangkan Ridwan sedang di periksa oleh suster. “Nih!” ujar Ilham seraya menyimpan gudeg di atas sofa. “Buat aku?” tanya Adel singkat. “Buat sofa! Yah buat kamu lah,” sungut Ilham membanting dirinya di sofa. Adel hanya mengerucutkan bibirnya. Lalu

  • Because You Are Mine   [10] - Senjata Makan Tuan?

    HAPPY READING ***** Terasa ada yang kurang pagi ini. Ilham yang tidur lagi selepas shalat subuh tadi, menjadi heran tidak mendapati Adel di kamar. Ilham menjadi bingung dan cemas dibuatnya. Jujur, meskipun dia sedikit kesal kepada adiknya itu, tetapi jikalau dia tidak mengetahui Adel ke mana, dia juga merasa khawatir akan terjadi apa-apa kepada adiknya itu. Ilham mondar-mandir di dalam ruangan, membuat Ridwan yang baru saja bangun dari alam mimpinya menautkan alis, karena bingung. Ada apa geranga, mengapa Ilham mondar-mandir seperti itu? Jikalau memang dia ingin jogging atau berjalan santai sambil olahraga, kenapa tidak keluar saja? “I-Ilham, kenapa mondar-mandir di situ, Nak? Adikmu mana?” tanya Ridwan terbata-bata. Ilham menghentikan aksinya, dan mendekati brangkar Ridwan. Dia berusaha menghilangkan rasa cemasnya, agar Ridwan tidak ikut cemas, tetapi dia tidak bisa. Sekuat tenaga dia melakukannya, tetapi rau

  • Because You Are Mine   [09] - Tekad Badai

    HAPPY READING ***** Malam ini Badai tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran dengan kejadian tadi siang di depan cafe. Benar-benar terhina, harga dirinya di injak-injak oleh perempuan sialan itu. Badai tidak jadi ke basecamp Dark Tiger karena kondisi hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik. Saat ini dia hanya duduk di balkon kamarnya, seraya menjabak rambutnya frustrasi. Dia tidak habis pikir jika ada cewek seberani itu menginjak haga dirinya di depan teman-temannya. Jika Dark Tiger tidak mau menerimanya lagi bagaimana? Mengingat kejadian tadi siang. “Oh maaf, gue sudah salah duga. terimah kasih yah,” ujar Ilham meminta maaf dan mengelus bahu Badai pelan. Badai menjadi lega karena merasa permasalahannya dengan cowok yang ada di dekat perempuan sialan itu sudah selesai. Tetapi bukannya selesai, malahan cowok itu mendekatinya dan berbisik ke telinga Badai. “Tapi masalahnya sekarang, lo ngapain adek gue k

  • Because You Are Mine   [08] - Masuk Kontrakan

    HAPPY READING __________________ Hari semakin gelap. Adel dan Ilham kembali ke rumah Om Reza. Bukan untuk bermalam, tetapi untuk pamit karena dia sudah mendapatkan kontrakan murah tak jauh dari rumah sakit. Setelah salam, mereka berdua masuk dan menghampiri Reza yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu – membaca koran. Hari ini Reza pulang lebih cepat. Mungkin karena kerjaan kantor lagi tidak banyak, jadi Reza bisa pulang sebelum adzan magrib berkumandang. “Udah pulang, Om?” tanya Ilham sambil mencium punggung tangan pamannya. Reza mengangguk pelan, “Iya, Nak. Gimana? Udah dapat kontrakan?” tanya Reza ramah seraya menyalami kedua keponakannya. Ilham mengangguk lalu mendaratkan pantatnya di sofa yang ada di depan Reza, begitu pula dengan Adel. Setelah menyalami pamannya, dia langsung duduk di samping Ilham. “Tapi, kenapa sih kalian tidak tinggal di rumah om saja. Kenapa mesti cari kontrakan?” tanya Reza. “Tid

  • Because You Are Mine   [07] - Dituduh Copet

    HAPPY READING __________________ “Ponsel gue!!!” Tiba-tiba, seorang pencopet langsung menyambar ponsel yang ada di tangan Adel, membuatnya berteriak panik. Ilham langsung berlari mengejar pencopet itu, berharap ponsel adiknya masih bisa terselamatkan. Adel mengacak-acak rambutnya frustrasi, bagaimana bisa ia seceroboh itu. Dia hanya mampu menatap tempat menghilangnya Ilham seraya menggigit jari. Ya Allah, semoga saja bang Ilham bisa menyelamatkan ponsel aku! Batin Adel berdo’a. ***** Suasana siang yang begitu panas membuat semua orang yang sedang istirahat dari kerja kantor memilih bercengkerama di salah satu cafe terkenal yang ada di Jalan Diponegoro. Cafe Andalusi, di sana pula terdapat sekelompok anak geng motor dari SMA Sriwijaya sedang bercengkerama ria. Untung sekali, hari ini anak geng motor itu tidak lagi membuat keonaran. Walaupun hanya bercengkerama ria, tetapi pemilik cafe tetap was-was,

  • Because You Are Mine   [06] - Kecopet

    HAPPY READING __________________ Selamat pagi Yogyakarta. Kota sejuta mimpi, kota sejuta harapan dan kota sejuta aktivitas mulai bangun kembali. Gelap remang-remang disertai dengan kokok ayam dari berbagai perkampungan kecil saling beradu merdu untuk membangunkan para pejuang rupiah. Menidurkan hansip malam yang habis berkeliling kompleks, serta mengingatkan sang mentari yang hampir lupa muncul pagi ini. Dari kamar melati – Rumah Sakit Yogyakarta, seorang perempuan terlihat baru bangun dari tempat berlabuhnya tadi malam. Sedangkan kakak semata wayangnya sudah mandi dan bersiap-siap, sejak tadi subuh. Mereka adalah Adel dan Ilham – kakak beradik yang semalam telah menemani Ridwan di rumah sakit. “Pagi Del, gimana tidurnya, nyenyak?” sapa Ilham kepada Adel yang masih menggaruk tengkuknya yang terasa gatal, raut mukanya masih terlihat sayu dan rambutnya yang dibiarkan terurai semalam, sudah seperti habis kesetrum listrik. Adel ha

DMCA.com Protection Status